Program Studi Pariwisata FIB UGM menyelenggarakan kegiatan Konsorsium Program Studi Pariwisata se-Indonesia yang menghadirkan beberapa delegasi dari perguruan tinggi yang membuka program studi pariwisata jenjang sarjana. Beberapa delegasi yang hadir yakni dari Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Udayana, dan Universitas Pancasila, serta UGM sendiri sebagai tuan rumah. Kegiatan yang dilaksanakan pada Jumat (15/9) ini dimaksudkan sebagai awal pembentukan perkumpulan lembaga-lembaga pendidikan tinggi pariwisata yang membuka program studi S1 (sarjana), yang secara substantif memiliki perbedaan pendekatan dengan prodi sejenis jenjang diploma. Prodi-prodi pariwisata jenjang S1 diselenggarakan dengan penekanan pada aspek akademis, sebagai pembeda dari prodi sejenis pada jenjang vokasi yang menekankan pada aspek penguasaan keterampilan praktis. Pada kegiatan dirumuskan anggaran dasar dan anggara rumah tangga (AD/ART) Konsorsium Program Studi Pariwisata jenjang Akademik yang dilakukan di hadapan notaris.(popiirawan)
HEADLINE
Kamis (14/9) bertempat di Ruang Sidang I Fakultas Ilmu Budaya UGM, diadakan Public Lecture dari FIB untuk Chulalongkorn University. Public Lecture kali ini terbagi dalam dua sesi, yakni sesi pagi dan siang. Sesi pagi diisi oleh kuliah umum Prof. Inajati Adrisijanti dari Departemen Arkeologi. Materi yang diberikan ialah ‘General Overview about Indonesia, its Cultures and especially about Borobudur and Prambanan’, yang mana banyak menerangkan tentang kebudayaan Indonesia sejak periode prasejarah hingga sekarang, dan sedikit mengulas Prambanan serta Borobudur secara mendalam.
Sesi selanjutnya, yang diadakan usai makan siang diisi oleh Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A, M.Phil dengan materi ‘Issues in Indonesian Cultures’. Secara garis besar kuliah ini memberi pemahaman tentang bagaimana orang-orang Indonesia saling bertoleransi dan menjadi satu kesatuan meski memiliki budaya yang berbeda-beda.(tyassanti)
Belajar tidak selalu harus di dalam kelas, apalagi dalam mempelajari keanekaragaman dan seluk beluk budaya suatu masyarakat. Akan lebih menyenangkan apabila belajar budaya dengan cara terjun secara langsung ke masyarakat dan situs-situs peninggalan sejarah dan budaya. Itulah yang dialami dan dirasakan oleh lima belas mahasiswa dari Universitas Osaka. Mereka datang ke Indonesia dalam rangka belajar kebudayaan Jawa bersama dosen dan mahasiswa Program Studi Sastra Jawa UGM. Mereka didampingi oleh Ibu Yumi selaku dosen pendamping dari di Universitas Osaka. Program ini berlangsung selama dua belas hari, mulai 1 September hingga 12 September 2017. Selama dua belas hari ini, mahasiswa tinggal di Desa Mantrijeron Yogyakarta. Mereka tinggal di rumah-rumah yang berdekatan agar mudah dikontrol oleh dosen pendamping. Mahasiswa dari Prodi Sastra Jawa juga aktif mendampingi mereka sejak mereka tiba di Yogyakarta.
Kelima belas mahasiswa didampingi oleh dosen dan mahasiswa Prodi Sastra Jawa UGM memulai dengan kunjungan ke museum-museum di Yogyakarta. Mereka berkunjung ke museum Gunung Merapi untuk mempelajari legenda dan kearifan lokal, mempelajari cerita pahlawan dinasti Mataram di museum Ulen Sentalu, dan belajar membatik di Puro Pakualaman. Mereka juga berkunjung ke Kraton Yogyakarta untuk melihat seni tari. Selain ke museum, mereka juga mengunjungi candi Borobudur dan candi Prambanan untuk melihat Tari Ramayana. Mereka juga merasakan memakai pakaian adat jawa sekaligus menaiki ribuan anak tangga di makam raja-raja Imogiri. Tak ketinggalan, mereka juga menikmati wisata belanja di Malioboro dan Kotagede.
Tidak hanya mengunjungi tempat wisata bersejarah sembari mempelajari kebudayaan jawa, kelima belas mahasiswa Universitas Osaka ini juga belajar menganyam di Desa Tanjung dan menikmati beragam makanan tradisional di sana.
Bagi mereka, sangat menyenangkan belajar di Yogyakarta. Mereka melakukan wawancara juga untuk kemudian dipresentasikan ketika penutupan program pada hari ini (12/9). Mereka mengangkat beberapa persoalan yang dikaitkan dengan budaya Indonesia dan Jepang seperti Peranan Ibu dalam Keluarga di Indonesia, Penggunaan Bahasa Jawa, Persamaan dan Perbedaan Jogja-Kyoto sebagai Kota Pariwisata, serta kesan pesan mereka terhadap cara hidup masyarakat Indonesia, termasuk cara makan, minum, mandi, dan pembagian waktu yang digunakan oleh masyarakat. Itu semua mereka dapatkan dalam dua belas hari ini.
Ibu Sri Ratna Sakti Mulya selaku Kaprodi Sastra Jawa UGM mengungkapkan bahwa banyak manfaat yang bisa dipetik dalam program ini. Tidak hanya mahasiswa dari Universitas Osaka saja yang banyak belajar, akan tetapi mahasiswa UGM, khususnya dari Prodi Sastra Jawa juga pasti mendapatkan banyak pelajaran dari teman-teman dari Osaka.
Kemudian di akhir sesi, ada penyerahan sertifikat dari FIB UGM untuk mahasiswa Universitas Osaka. Berakhirnya program ini tidak serta merta menutup kerja sama dan silaturahmi antara UGM dan Universitas Osaka. Diharapkan ke depannya, akan lebih banyak lagi kerja sama yang bisa dijalin untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman.(suzash)
Dr. Gabriele Wiechart dari University of Vienna berkunjung ke Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Beliau merupakan staff dari Departement of Social and Cultural Antrhopology yang merupakan sub unit dari Faculty of Social sciences. Kedatangan beliau untuk memberikan kuliah umum bagi mahasiswa Antropologi UGM yang berisi mengenai penjelasan mengenai gambaran tentang sejarah, perkembangan, kurikulum Antropologi yang ada di University of Vienna. Dalam memberikan kuliah umum tersebut Dr. Grabiele Wiechart juga ditemani oleh Dr. Bambang Hudayana, M.A dari Antropologi UGM. Kuliah umum ini bertempat di ruang 522 di Gedung R. Soegondo, Fakultas Ilmu Budaya, UGM, Yogyakarta.
University of Vienna merupakan salah satu perguruan tinggi yang terkenal di Eropa. Universitas yang berlokasi di Wina ini juga merupakan perguruan tinggi yang tertua di dunia. Dr Gabriele Weichart yang pada bulan Maret kemarin melakukan riset penelitian di beberapa kampung di Surabaya ini menceritakan tokoh-tokoh penting yang berperan dalam ilmu Antropologi di Austria, salah satunya Otto Reche, Peter Wiheim Schmidt, Peter Wiheim Kappers. Beliau juga menceritakan bahwa di salah satu museum di Austria juga menyimpan koleksi etnografi yang berasal dari Indonesia, salah satunya adalah wayang Klitik.
Kunjungan ini sekaligus juga mengajak mahasiswa Antropologi UGM untuk dapat belajar ke University of Vienna. Dr. Bambang Hudayana, M.A menginformasikan bahwa akan ada beasiswa bagi mahasiswa untuk dapat melanjutkan studi ke Austria dan beliau juga mengajak mahasiswa untuk juga mulai memunculkan minat untuk mempelajari kebudayaan-kebudayaan bangsa lain tidak hanya terbatas di Indonesia.
Di akhir kuliah umum ini, Dr. Gabriele Weichart memberikan pesan yaitu “Why doing Antropology? (today)” dan beliau menjelaskan untuk keperluan Unite in Diversity, Reievance of Area Studies, The familiar and The Exotic.(Yulio Ray Firmando)
Program Studi Sastra Arab, Departemen Bahasa dan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya UGM menyelenggarakan kuliah umum yang menghadirkan Profesor Mohamed Mohamed Emam Dawood dari Suez Canal University, Mesir. Kuliah umum yang bertema “Perkembangan Bahasa Arab Kontemporer” dan “Stilistika Arab Kontemporer” ini diselenggarakan pada hari Senin hingga Jumat, 12 – 15 September 2017 dan dihadiri oleh mahasiswa tahun pertama hingga tahun ketiga Prodi Sastra Arab FIB UGM. Dalam kuliahnya, Professor Dawood menjelaskan tentang metode mempelajari bahasa Arab yang efektif melalui teknik menyimak dan berbicara seraca simultan. Metode ini menitikberatkan pada kemahiran untuk menirukan kata, frasa, atau kalimat yang diucapkan oleh instruktur bahasa secara langsung. Sebagai contoh, dalam kuliahnya Professor Dawood membacakan beberapa kalimat yang diambil dari Alquran, yang diyakini merupakan cara yang efektif dalam memperlancar penguasaan bahasa lisan. Penerapan metode ini, terang Professor Dawood, harus diikuti dengan memperbanyak latihan pengucapan dan menyimak.
[gview file=”https://fib.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/09/Special-Lecture.pptx”]