Berangkat dari keresahan akan hak-hak penyandang disabilitas yang kurang terfasilitasi, baik sebagai pelaku maupun penikmat seni. Sebagai pelaku seni, Muhammad Jhony Fonsen (Pariwisata) dan Tim yang terdiri dari Reva (Ilmu Keperawatan), Hatta (Bahasa dan Sastra Indonesia), Eqi (Psikologi), dan Thomas (Kimia) yang didampingi langsung oleh Dr. Hayatul Cholsy, S.S., M.Hum bersinergi untuk menginisiasi program PKM Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tajuk program “TOK-SHOW OBAH: Self Actualization Difabel dalam Berkesenian melalui Tarian dengan Iringan Mainan Tradisional di Panti Asuhan Bina Siwi, Yogyakarta”.
Tidak serta merta menjadi keresahan personal, inisiasi program ini diselaraskan dengan permasalahan pihak mitra, yaitu Panti Asuhan Bina Siwi. Adanya visi misi yang kurang sejalan dengan implementasi menjadi persoalan yang memang harus diselesaikan. Meski telah ada program yang merujuk pada aktivitas berkesenian, nyatanya aktivitas tersebut kurang berkelanjutan dikarenakan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk mendatangkan praktisi yang expert di bidangnya.
Melalui program “TOK-SHOW OBAH” ternyata menjadi lentera bagi teman-teman kita para penyandang disabilitas di Panti Asuhan Bina Siwi. Terlihat dari adanya perubahan signifikan yang mampu memfasilitasi mereka. Sinergitas antar tim dan pihak pengasuh panti mampu menciptakan Ruang aktualisasi diri melalui sebuah kolaborasi karya seni dengan mainan tradisional “Otok-otok”. Perubahan tersebut terlihat jelas dengan meningkatnya rasa percaya diri, meningkatnya kreativitas melalui eksplorasi gerak, tingkat kebahagiaan yang perlahan mulai muncul melalui ekspresi senyuman, serta pemahaman mereka mengenai apa itu seni.
Melalui program yang berjalan kurang lebih selama 6 bulan (Juni-November) tentunya tidak terus berjalan lancar. Terdapat beberapa kendala yang mampu teratasi oleh Jhony dan tim dalam menyelesaikan permasalahan. Salah satunya yaitu memberikan pemahaman kepada para penyandang disabilitas yang notabennya memiliki karakteristik berbeda-beda. Kemampuan intelektual yang rendah berpengaruh terhadap daya ingat dalam menghafal gerak tari dan tempo musik. Namun, implementasi praktik berpikir kritis, problem solving, brainstorming bersama tim dan dosen pendamping, serta penerapan jiwa kepemimpinan menjadi langkah solutif dalam menyelesaikan permasalahan.
Sekian proses panjang yang berjalan kurang lebih satu tahun kebelakang, mulai dari pencarian tim dan dosen pendamping, penyusunan proposal, pendanaan, penyusunan laporan kemajuan, hingga lolos ke tahap Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang ke 36.
Meski Jhony dan Tim tidak berhasil memboyong medali di ajang bergengsi PIMNAS-36 yang dilaksanakan di Universitas Padjajaran pada tanggal 26-30, namun Jhony berhasil menorehkan prestasi meraih penghargaan sebagai Mahasiswa Bertalenta PIMNAS-36. Walaupun tidak berhasil menyumbangkan medali, Tim TOK-SHOW OBAH turut berpartisipasi mengantarkan Universitas Gadjah Mada kembali meraih gelar juara umum serta mengawal “PIALA ADIKARTA KERTAWIDYA” kembali pulang ke rumah setelah singgah di kampus lain.