Yogyakarta, 10/7/2025 – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada kembali mencatatkan sejarah akademik melalui sidang promosi doktor yang diselenggarakan pada Kamis, 10 Juli 2025. Arina Isti’anah, dosen sekaligus peneliti di bidang linguistik, secara resmi meraih gelar Doktor setelah memaparkan disertasi bertajuk Ecological Discourse Analysis of Indonesian Tourism Promotion: The Language Evaluation System.
Melalui pendekatan ekolinguistik berbasis korpus, penelitian Arina mengupas strategi bahasa yang digunakan dalam promosi pariwisata Indonesia, dengan fokus pada wacana berbahasa Inggris di situs resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hasil temuannya menunjukkan bahwa narasi pariwisata Indonesia cenderung mengedepankan citra lingkungan fisik secara berlebihan dengan menampilkan Indonesia sebagai negara tropis eksotis yang kaya sumber daya alam, namun terisolasi.
Dalam paparannya, Arina mengungkap bahwa praktik promosi pariwisata tidak hanya dipengaruhi oleh genre iklan, tetapi juga sarat muatan ideologis yang berpihak pada neoliberalisme dan kapitalisme. Penjelajahan pulau tersembunyi dan pencitraan keindahan alam justru dibalut dengan praktik komodifikasi dan privatisasi alam, sebuah ironi dalam narasi yang tampaknya “hijau”.
Menutup presentasinya, Arina menyampaikan bahwa strategi greenwashing menjadi salah satu pola utama dalam promosi pariwisata. Label “ramah lingkungan” yang kerap disematkan dalam iklan ternyata tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai ekologis sejati. Ia juga menekankan pentingnya penelitian lanjutan yang mengkaji versi Bahasa Indonesia dari promosi ini serta strategi penerjemahannya, termasuk perluasan korpus dan pendekatan multimodal untuk memperkaya analisis.
Promosi doktor yang berlangsung di Auditorium FIB UGM ini dihadiri oleh para akademisi lintas disiplin, mahasiswa, dan kolega dari berbagai lini. Kehadiran mereka menjadi saksi atas kontribusi penting Arina dalam mengembangkan kajian ecolinguistics di Indonesia.
Dengan pencapaiannya ini, Dr. Arina Isti’anah diharapkan dapat terus melanjutkan kontribusinya dalam kajian linguistik kritis dan ekologi, serta menginspirasi generasi akademisi selanjutnya untuk turut meneliti bahasa sebagai alat ideologis yang membentuk cara pandang masyarakat terhadap lingkungan.