Yogyakarta, 21 Agustus 2025 – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada melalui Jurusan Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa menyelenggarakan pameran keris bertajuk “Pusaka Manjing Pawiyatan”. Pameran ini menjadi ruang apresiasi sekaligus upaya menumbuhkan wacana mengenai keris sebagai karya adhiluhung bangsa Indonesia yang sarat nilai filosofi.
Keris, yang sejak 2005 telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Takbenda, tidak hanya berfungsi sebagai benda pusaka, melainkan juga sebagai simbol identitas bangsa dan sumber inspirasi budaya. Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya menjadikan keris tetap eksis di tengah masyarakat hingga saat ini.
Rangkaian acara diawali dengan sambutan dari Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) serta perwakilan FIB UGM, dilanjutkan penjelasan kuratorial mengenai filosofi keris, registrasi peserta workshop, penyampaian materi Grha Keris, hingga sesi diskusi interaktif sebelum acara resmi ditutup. Pameran ini tidak hanya menghadirkan keris sebagai artefak, melainkan juga sebagai media pembelajaran (pawiyatan) untuk menggali nilai sosial, spiritual, dan budaya yang melekat padanya.
Lebih dari sekadar pameran, kegiatan ini sekaligus mendukung tercapainya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dengan memberikan ruang edukasi budaya kepada generasi muda. Kehadirannya juga sejalan dengan SDG 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan) karena turut memperkuat identitas Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan yang hidup dan berkelanjutan. Selain itu, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam keris menjadi relevan dengan SDG 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh) karena mengajarkan harmoni, kearifan lokal, serta etika sosial yang dapat memperkuat ketahanan budaya bangsa.
Dengan demikian, “Pusaka Manjing Pawiyatan” bukan hanya sekadar peristiwa kebudayaan, melainkan juga langkah strategis dalam menjaga warisan, menguatkan jati diri bangsa, serta menempatkan budaya sebagai bagian penting dari pembangunan berkelanjutan.
[Humas FIB UGM, Alma Syahwalani]