Yogyakarta, 15/4/2025 – Seminar Nasional bertajuk “Linguistik Modern dan Relevansinya pada Studi Islam dan Humaniora” sukses digelar pada Sabtu, 12 April 2025, di Aula Rabithah Pondok Modern Tazakka Batang. Acara ini menghadirkan Prof. Dr. Sangidu, M.Hum., Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM), sebagai pemateri utama yang mengupas penafsiran QS. Al-Fath:29 melalui pendekatan linguistik dan humaniora. Seminar ini dibuka oleh KH Anang Rikza Masyhadi sebagai Keynote Speaker, yang menekankan pentingnya kolaborasi antara ilmu modern dan nilai-nilai keagamaan untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam pendidikan berkualitas dan pelestarian budaya.
Dalam paparannya, Prof. Dr. Sangidu menggunakan kerangka teori semiotik untuk membahas QS. Al-Fath:29 dengan dua metode pembacaan, yaitu heuristik dan hermeneutik. Metode heuristik memanfaatkan tafsir Al-Maroghi untuk memahami arti kata per kata secara literal, sedangkan metode hermeneutik atau retroaktif mengacu pada tafsir Ibnu Katsir, Fi Zhilalil Quran karya Sayyid Quthb, serta tafsir-tafsir lainnya guna menggali makna yang lebih mendalam dari ayat tersebut. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana linguistik modern dapat menjadi alat analisis yang relevan dalam memahami teks-teks keagamaan secara kontekstual dan multidimensional.
Seminar ini merupakan ajang diskusi ilmiah dengan fokus utama pada integrasi linguistik modern dalam studi Islam dan humaniora yang berkontribusi pada pengembangan pendidikan berkualitas. Dengan pendekatan yang inovatif dalam memahami teks-teks keagamaan, seminar ini bertujuan untuk memperkaya kurikulum pendidikan agama Islam dan meningkatkan kualitas pengajaran. Para peserta seminar, yang terdiri dari akademisi, guru, mahasiswa, dan para santri menyambut baik gagasan-gagasan yang disampaikan. Selain sebagai ajang diskusi ilmiah, penyelenggaraan seminar ini sekaligus memperkuat relasi kemitraan yang dibangun antara Program Studi Kajian Budaya Timur Tengah FIB UGM dengan Pondok Modern Tazakka. Dengan semangat kolaborasi, acara ini diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan pendidikan berbasis nilai-nilai keagamaan sekaligus mendukung pencapaian SDGs di Indonesia.
[Humas Kajian Budaya Timur Tengah, Nafila Azzahra]