• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • Magister Sastra
  • Magister Sastra
Arsip:

Magister Sastra

Budayawan dan Akademisi Membaca Karya Cak Nun dalam Peringatan Ambal Warsa ke-72

HEADLINERilis BeritaSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 2 Juni 2025

Yogyakarta, 25 Mei 2025 — Suasana penuh khidmat menyelimuti acara bertajuk “Membaca Karya Emha dan Doa Ambal Warsa Cak Nun 72 Tahun” dalam rangka memperingati Ambal Warsa ke-72 tokoh budayawan Emha Ainun Nadjib, atau yang akrab disapa Cak Nun. Acara ini berlangsung di Selasar Office Barat Jogja Expo Center (JEC) sejak pukul 06.00 pagi hingga 09.00 WIB, dan dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari akademisi, budayawan, hingga masyarakat umum.

Acara ini bukan hanya menjadi ajang penghormatan terhadap Cak Nun, tetapi juga menjadi ruang spiritual dan intelektual tempat berbagai tokoh menyuarakan karya, doa, dan harapan atas bertambahnya usia serta keberlanjutan kiprah beliau dalam dunia sastra, budaya, dan dakwah. Kegiatan ini diprakarsai oleh Sigit Sugito, ketua Koperasi Seniman Yogyakarta (KOSETA).

Selain seniman dan budayawan, hadir pula para akademisi, salah satunya Prof. Aprinus Salam Ketua Program Studi Magister Sastra yang turut hadir dan membacakan puisi karya Cak Nun Bersama dengan istrinya Pristi Salam yang membawakan syair dengan suara merdu, dan sukses menyentuh hati para hadirin.

Di antara tamu yang hadir, tampak pula seniman senior Yati Pesek, yang dikenal luas sebagai pelawak dan pemain ketoprak legendaris. Ia menyampaikan kekagumannya terhadap sosok Cak Nun yang dinilainya istimewa dalam menjaga keseimbangan antara nilai Islam dan budaya lokal. “Suatu hari saya bertemu Kyai Maimun Zubair, beliau berdakwah seperti biasa dan menyampaikan bahwa sebaiknya budaya lokal bisa beriringan dengan agama islam. Saya pikir Cak Nun sudah menerapkan itu dalam perjalanan hidupnya. Cak Nun mempertahankan budaya Jawa sekaligus sebagai pengagung Kanjeng Nabi Muhammad. Itu yang membuat saya kagum kepada beliau (Cak Nun).” ungkapnya.

Sementara itu, budayawan Yani Saptohoedojo menggarisbawahi kualitas reflektif dalam karya-karya Cak Nun. “Kadang karyanya mengandung kritik, tapi kritik yang halus,” ujarnya, menyoroti keunikan pendekatan Cak Nun dalam menyampaikan kegelisahan sosial melalui sastra.

Acara ini menjadi momen reflektif bagi para hadirin untuk mengenang sekaligus mengapresiasi perjalanan panjang Cak Nun dalam dunia sastra dan budaya. Di usia yang ke-72, harapannya, beliau senantiasa diberi kesehatan dan umur panjang agar dapat terus berkarya dan memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat dan peradaban.

[Humas Magister Sastra FIB UGM, Marsya Kamila]

Peluncuran Novel Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari Menghadirkan Kembali Wajah Humanisme Kuntowijoyo

HEADLINERilis BeritaSDGs 10: Berkurangnya kesenjanganSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 2 Juni 2025

Yogyakarta, 21 Mei 2025 — Peluncuran kembali novel Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari karya Kuntowijoyo menjadi salah satu momen istimewa dalam perhelatan Jogja Art + Books Fest 2025. Bertempat di The Ratan, Bantul, acara ini dihadiri oleh para akademisi, pegiat sastra, serta masyarakat umum. Diskusi peluncuran menghadirkan Prof. Faruk H.T. (Dosen Magister Sastra serta Kritikus Sastra) dan penulis Mahfud Ikhwan sebagai pembicara utama, dengan Amanatia Junda sebagai moderator.

Novel ini pertama kali ditulis Kuntowijoyo pada 1964. Latar belakang ceritanya berpijak pada revolusi Indonesia tahun 1949, namun alih-alih menonjolkan heroisme, Kuntowijoyo justru menampilkan potret masyarakat desa, konflik antarwarga, dan usaha kolektif untuk mencari makna kemerdekaan secara lebih manusiawi. Karya ini menjadi penting untuk dibaca ulang hari ini, terutama karena nuansa lokalitas dan spiritualitasnya yang khas.

Dalam paparannya, Prof. Faruk menekankan bahwa karya ini menyiratkan semangat rekonsiliasi dan gotong royong sebagai jalan keluar dari konflik sosial-politik. “Novel ini hadir sebagai solusi komunal atas pertentangan yang kala itu mengemuka antara kolonial dan terjajah, antara nasionalis dan orang tua yang kolot. Basisnya lisan, dan memaafkan adalah kata kunci di situ,” ujar Faruk. Hal ini menandakan adanya upaya rekonsiliasi pasca-konflik ideologi.

Mahfud Ikhwan yang akrab disapa Cak Mahfud dan dikenal sebagai novelis dengan minat mendalam pada sejarah sastra Indonesia, menyebut bahwa novel ini sempat lama “terlupakan” dan tidak banyak dibaca generasi baru. Beliau juga menyoroti aspek historis dari proses kreatif Kuntowijoyo. “Novel ini ditulis antara 1963–1964, tapi selalu dikaitkan dengan peristiwa 1965. Ini menarik karena kita bisa bertanya, apakah Kunto menulis ini sebagai respons terhadap peristiwa 1949, atau justru sebagai bentuk persiapan menghadapi 1965?” tanyanya.

Proses penerbitan ulang novel ini diprakarsai oleh Dodo Hartoko (Om Dodo) melalui Penerbit Pabrik Tulisan, dengan ilustrasi oleh Enka Komariah. “Harapan kami, bagaimana naskah ini bisa dibaca kalangan muda dan tidak meninggalkan kesan lama (vintage),” kata Om Dodo dalam sambutannya. Edisi baru ini dirancang dengan desain minimalis dan modern, sementara isinya tetap setia pada naskah asli. Om Dodo juga menyebut bahwa setting cerita yang mengambil lokasi di Ngawonggo, Ceper, memperkuat kesan lokal dari tema yang diangkat.

Sesi diskusi berlangsung hangat dan interaktif. Dalam sesi tanya jawab, Arif Kurniawan bertanya, “Jika Pak Kunto diberi kesempatan untuk menulis dan menyikapi kondisi politik yang semrawut hari ini, apa yang akan keluar dari mesin ketik beliau?” Prof. Faruk menjawab dengan menelusuri sejarah proses kreatif Kuntowijoyo. “Jika kita meninjau novel pertamanya, itu sangat spontan, kontrolnya sedikit, seperti pengarang bercakap dengan pembaca. Lalu makin ke sini makin tertib dan otonom, terasa seperti pengarangnya makin mundur ke belakang. Kalau Kuntowijoyo masih hidup dan menyikapi polemik hari ini, mungkin ia akan menulis lebih realis tapi tetap membawa misi profetiknya,” katanya. Mahfud menambahkan bahwa kepengarangan Kuntowijoyo beriringan dengan perkembangan ideologi sufisme yang kental dalam karya-karyanya, “Kuntowijoyo, dalam karyanya tidak hanya mencatat sejarah, tapi memberi makna melalui spiritualitas. Jika ia masih menulis hingga hari ini, mungkin seperti itulah gaya penulisannya. ” Tambah Cak Mahfud.

Peluncuran kembali novel Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari tidak hanya menandai kembalinya salah satu karya penting sastra Indonesia ke tengah pembaca, tetapi juga mempertegas pentingnya upaya konservasi karya sastra klasik. Acara ini menjadi bagian dari misi Jogja Art + Books Fest 2025 untuk menjadikan Yogyakarta sebagai ruang kolaborasi antara seni, buku, dan wacana kritis. Karya Kuntowijoyo, dalam hal ini, bukan hanya dibaca sebagai dokumen sejarah, tetapi sebagai tafsir tentang masa kini dan masa depan Indonesia.

[Humas Magister Sastra FIB UGM, Marsya Kamila]

HISKI Gelar Lokakarya Penulisan Peringati 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer

HEADLINERilis BeritaSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Kamis, 22 Mei 2025

Yogyakarta, 9 Mei 2025 — Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer, Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) menyelenggarakan Lokakarya Penulisan bertajuk “100 Tahun Pramoedya Ananta Toer”. Acara ini diadakan secara hybrid—luring di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada dan daring melalui Zoom Meeting—dengan menghadirkan sejumlah akademisi sastra dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap warisan pemikiran Pramoedya, namun juga membuka ruang bagi para penulis dan akademisi untuk menganalisis karya-karya Pramoedya dengan pendekatan teori sastra yang beragam. Dalam kerangka tersebut, HISKI menginisiasi lokakarya ini sebagai forum penulisan ilmiah, memberikan kesempatan bagi para peserta untuk menyusun dan mempresentasikan artikel akademik yang mendalami karya-karya Pramoedya dari berbagai sudut pandang kritis.

Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum., membuka acara dengan menekankan bahwa penulisan buku adalah bagian dari kegiatan umum yang bernilai strategis dalam dunia keilmuan dan kebudayaan. Ia menyebut bahwa HISKI selama ini aktif menghasilkan karya-karya kolaboratif, seperti Sastra Pariwisata, Antologi 222, 100 Tahun A.A. Navis, dan Antologi 122, sebagai wujud nyata kontribusi komunitas akademik.

“Respon terhadap kegiatan penulisan dalam rangka 100 tahun Pramoedya ini sangat menggembirakan. Tercatat sebanyak 136 abstrak telah kami terima dari para penulis,” ungkap Prof. Novi. Beliau juga menyoroti bahwa semangat berkarya Pram tidak pernah padam, bahkan ketika menghadapi penahanan. “Penahanan fisik tidak pernah membatasi Pram untuk berkarya. Ini menunjukkan bahwa kekuatan ide dan tulisan mampu melampaui ruang fisik.”

Sesi sambutan dilanjutkan oleh Prof. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Ph.D. dari Universitas Udayana selaku perwakilan editor. Dalam paparannya, ia menyatakan bahwa lokakarya ini menjadi ruang tutur dan inspirasi yang penting, di mana para penulis dapat bertukar pikiran secara terbuka dan membangun naskah akademik dengan referensi silang yang kuat. Menurutnya, suasana diskusi yang tumbuh selama lokakarya merupakan modal penting untuk memperkaya kualitas tulisan.

Sejumlah tokoh dan akademisi turut hadir dalam mendukung kegiatan ini, seperti Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd. (Universitas Negeri Malang), Dr. Sastri Sunarti, M.Hum. (Wakil Ketua III HISKI Pusat), Sudartomo Macaryus, M.Hum. (HISKI UST-UTY), dan Dr. Shoim Anwar, M.Pd. (Universitas PGRI Adi Buana Surabaya).

Acara inti lokakarya diisi oleh sesi presentasi dari para penulis, yang masing-masing memaparkan kerangka tulisannya. Tulisan-tulisan tersebut dianalisis secara kritis oleh dua reviewer utama, yakni Prof. Dr. Aprinus Salam, M.Hum. (HISKI UGM) dan Dr. Y. Yapi Taum, M.Hum. (Universitas Sanata Dharma). Keduanya memberikan masukan yang kritis terhadap tulisan, membuka ruang diskusi yang dinamis dan memperluas cara pandang para peserta terhadap karya Pramoedya.

Pendekatan kajian dalam tulisan-tulisan peserta sangat beragam, mencerminkan betapa luasnya daya jelajah pemikiran Pramoedya dalam lanskap studi sastra. Dari teori poskolonial hingga narasi identitas dan sejarah, para penulis menghadirkan pembacaan yang tidak hanya interpretatif, tetapi juga reflektif terhadap konteks sosial dan politik yang menyelimuti karya-karya Pramoedya.

Selain memperingati satu abad sang maestro, lokakarya ini juga menjadi bentuk konkret keterlibatan komunitas akademik dalam membangun diskursus sastra yang kritis dan relevan. Dengan semangat kolaboratif dan intelektual yang hidup, Lokakarya Penulisan 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer berhasil menjadi ruang pertemuan antara ide, interpretasi, dan semangat perubahan yang selama ini dihidupi oleh Pram sendiri melalui karya-karyanya.

[Humas Magister Sastra, Marsya Kamila]

Mengenal Lebih Dekat Dunia Pascasarjana melalui Studi Wawasan Prodi Tadris Bahasa Indonesia IAIN Madura X Prodi Magister Sastra UGM

HEADLINERilis BeritaSDGs 10: Berkurangnya kesenjanganSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Kamis, 22 Mei 2025

Yogyakarta, 14 Mei 2025 — Sebagai upaya memperluas cakrawala akademik, Program Studi Tadris Bahasa Indonesia IAIN Madura mengadakan kegiatan Studi Wawasan ke Program Studi Magister Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Kegiatan yang berlangsung pada Rabu, 14 Mei 2025 di Ruang Seminar L1, Gedung Perpustakaan dan Arsip UGM ini dihadiri oleh lebih dari 70 mahasiswa S1 Prodi Tadris Bahasa Indonesia serta dosen pendamping dari IAIN Madura.

Agenda utama kegiatan ini meliputi pengenalan ke-UGM-an, penjabaran kurikulum dan kegiatan mahasiswa Magister Sastra, dinamika kehidupan akademik di lingkungan kampus, serta sesi tanya-jawab seputar proses masuk dan beasiswa penunjang studi Pascasarjana.

Dalam sambutan sekaligus pemaparan materi, Prof. Dr. Aprinus Salam, M.Hum., Ketua Program Studi Magister Sastra UGM, beliau menekankan bahwa Magister Sastra UGM tidak hanya menyediakan pembelajaran akademik di kelas, namun juga berbagai aktivitas pengayaan yang mendukung pengembangan mahasiswa.

Sementara itu, Agus Purnomo Ahmad Putikadyanto, M.Pd., Ketua Prodi Tadris Bahasa Indonesia IAIN Madura dalam sambutannya berharap kegiatan ini dapat membuka wawasan dan memotivasi mahasiswa untuk mendalami ilmu lebih lanjut. “Harapannya mahasiswa kami bisa belajar dan punya pandangan tentang kuliah lanjutan agar termotivasi mengembangkan ilmu lebih jauh lagi,” ujarnya.

Sesi tanya jawab menjadi bagian yang paling interaktif dalam kegiatan ini. Nada Nadillah, mahasiswa aktif Magister Sastra sekaligus awardee beasiswa LPDP, berbagi pengalamannya sebagai penerima beasiswa LPDP, dengan menjelaskan secara rinci alur masuk, proses seleksi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon pendaftar.
“Beasiswa LPDP itu ada banyak jenisnya, seperti reguler dan afirmasi. Untuk proses seleksinya ada seleksi administrasi, skolastik, dan substansi. Selain itu, syaratnya ada TOEFL, transkip nilai, dan rencana studi.” terang Nada menjawab salah satu pertanyaan peserta.

Sementara itu, Marisa Santi Dewi, alumni Magister Sastra UGM, menanggapi pertanyaan terkait proses masuk ke jenjang magister. Ia menekankan bahwa seleksi masuk Magister Sastra tidak sesulit yang dibayangkan, asalkan dipersiapkan sejak awal.
“Masuk Magister Sastra mudah, kok. Syaratnya skor TOEFL, tes TPA, dan transkrip nilai. Bisa kalian persiapkan dari sekarang, apalagi masih semester empat, kan ?” jelas Marisa.

Kegiatan studi wawasan ini menjadi sarana pertukaran ilmu dan pengalaman yang positif antara dua institusi pendidikan. Harapannya, kegiatan ini dapat membuka cakrawala berpikir mahasiswa Prodi Tadris Bahasa Indonesia IAIN Madura mengenai jenjang pendidikan pascasarjana, sekaligus menumbuhkan semangat untuk terus mengembangkan diri di dunia akademik. Tidak hanya memberikan informasi mengenai kurikulum, jalur masuk, dan beasiswa, kegiatan ini juga menghadirkan sesi diskusi yang hangat dan interaktif bersama mahasiswa aktif serta alumni Magister Sastra UGM sehingga menjadi pelengkap dan memperkaya perspektif mahasiswa. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga membangun motivasi dan kesiapan mahasiswa untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

[Humas Magister Sastra, Marsya Kamila]

Magister Sastra UGM Gelar Kuliah Umum dan Ajak Mahasiswa Tinjau Ulang Konsep Tanah Air dan Identitas dalam Studi Diaspora dan Frankofon

HEADLINERilis BeritaSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 28 April 2025

Yogyakarta, 23 April 2025 – Program Studi Magister Sastra Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Beyond Borders: Rethinking Homeland and Belonging in Diaspora and Francophone Studies” pada Selasa, 23 April 2025 di Gedung Soegondo, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai jurusan dan dibuka secara resmi oleh Ketua Program Studi Magister Sastra, Prof. Dr. Aprinus Salam, M.Hum. Dalam sambutannya, Prof. Aprinus Salam menegaskan bahwa kegiatan kuliah umum merupakan bentuk nyata pelaksanaan Tri dharma Perguruan Tinggi. Ia menyampaikan pentingnya memperluas wawasan internasional. “Meski kita meminati sastra dari negara tertentu, wawasan global tetap menjadi bekal utama. Karena itu, prodi akan terus menghadirkan kuliah umum bertema sastra mutakhir dari berbagai belahan dunia.” ujarnya.

Materi utama disampaikan oleh Dr. Arifah Arum Candra Hayuningsih, S.S., M.A., yang mengajak mahasiswa untuk meninjau ulang pemahaman konvensional mengenai tanah air (homeland) dan keberadaan (belonging) dalam konteks diaspora dalam kajian Frankofon. Kuliah ini memantik pertanyaan-pertanyaan mendasar yang bersifat filosofis sekaligus politis: Apa arti rumah? Apakah identitas selalu berakar pada tempat tertentu?

Dr. Arifah Arum menyoroti bahwa konsep tanah air dan keberadaan seringkali dipahami secara kaku–terkait kewarganegaraan, wilayah, atau identitas nasional–padahal pengalaman diaspora menunjukkan bahwa identitas bersifat cair, penuh negosiasi, dan dibentuk oleh ingatan, bahasa, serta warisan kolonialisme. Kuliah ini membedah pemikiran penting dalam studi diaspora dari berbagai pakar seperti Pul Gilroy hingga Stuart Hall. Lebih lanjut, Dr. Arifah Arum menampilkan analisis terhadap karya sastra Frankofon seperti karya Leïla Sebbar, Maryse Condé, dan Mariama Ba, yang menunjukkan bagaimana pengalaman migrasi dan kolonialisme melahirkan identitas kreol yang majemuk. Sastra diaspora Frankofon, menurutnya, menjadi media penting untuk mengungkap pengalaman-pengalaman yang kerap tersisih dari narasi bangsa dominan.

Dalam sesi tanya jawab, mahasiswa terlibat aktif mengangkat isu-isu personal dan politis seputar identitas ganda, repatriasi, hingga makna ‘second home’. Dalam menanggapi persoalan identitas ganda, Dr. Arifah Arum berpendapat bahwa “yang membuat kita ada sekarang bukan sesuatu yang tunggal. Selalu ada fragmen patah-patah dalam membentuk identitas kita. Identitas kita akan terus berganti dan bereproduksi.” jelasnya. Kemudian, ia menekankan pentingnya bahasa, memori, dan representasi sebagai jembatan untuk membangun rasa keberadaan yang otentik.

Di akhir sesi, peserta diajak merenungi kembali, mungkinkah ‘tanah air’ bersifat jamak, emosional, bahkan imajiner? Dan bagaimana sastra berperan dalam membentuk dan mempertanyakan ulang makna rumah, identitas, serta keberadaan? Kuliah umum ini menandai pentingnya studi lintas budaya dalam memahami dinamika identitas global. Tidak hanya memperkaya wawasan akademik mahasiswa, kegiatan ini juga menggarisbawahi relevansi nilai-nilai pembangunan berkelanjutan.

[Humas Magister Sastra, Marsya Kamila]

123…5

Rilis Berita

  • Mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM Sukses Raih Juara Utama di Lomba KSI Yogyakarta 2025
  • Basket Asik IKMASA: Latihan Rutin, Seru-Seruan, dan Cari Bakat di Lapangan
  • Fun Match Futsal IKMASA: Seru-Seruan Bareng, Bangun Semangat dan Sportivitas
  • IKMASA Badminton Time: Seru-Seruan Bareng di Tengah Kesibukan Kuliah
  • Elvira Sundari Raih Juara 1 Duta Bahasa DIY 2025

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY