• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • HEADLINE
  • hal. 71
Arsip:

HEADLINE

Labuhan di Pantai Glagah: Kesempatan Mahasiswa untuk Berinteraksi Langsung dengan Kebudayaan Jawa

HEADLINERilis BeritaSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Selasa, 30 Juli 2024

Rabu, 17 Juli 2024, Pura Pakualaman melaksanakan upacara adat Labuhan yang bertempat di Pantai Glagah, Kalurahan Glagah, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Upacara Labuhan ini dilakukan setiap 10 Muharram atau 10 Sura. Bersama dengan dosen sekaligus abdi dalem Pura Pakualaman, Dr. Ratna Saktimulya, M.Hum., sebanyak 20 mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) berkesempatan mengikuti prosesi adat Labuhan tersebut.

Dalam pelaksanaannya, terdapat ketentuan khusus berupa busana yang harus dikenakan oleh para mahasiswa. Busana mahasiswa adalah baju adat pranakan dan jarit, sedangkan busana mahasiswi adalah kebaya beserta jarit. Para peserta berkumpul pada pukul 06.00 WIB di Pura Pakualaman sebelum melanjutkan perjalanan menuju Pesanggrahan Glagah menggunakan bus. Sesampainya di sana, mahasiswa mengikuti rangkaian upacara dan pemberkatan. Ubarampe yang telah didoakan kemudian diarak dan para partisipan mengikutinya menuju Joglo Labuhan. Beberapa gunungan kemudian dilarung ke laut.

Pengadaan tradisi Labuhan ini adalah sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, mendoakan para leluhur, serta mengharapkan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan bagi masyarakat. Bagi para mahasiswa, tradisi Labuhan di Pantai Glagah merupakan kesempatan emas untuk terjun langsung dan memahami bentuk kebudayaan Jawa yang adiluhung ini. Pengalaman dan interaksi kultural secara langsung ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam mengembangkan kompetensi keilmuan mereka.

Dengan demikian, kesempatan yang diberikan Pura Pakualaman kepada mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa adalah upaya nyata dalam membangun pemahaman sekaligus langkah pelestarian kebudayaan Jawa.

Penulis: Haryo Untoro

Kuliah Umum “Exploring The Narratives of Indonesian Ex-migrations to Taiwan”

HEADLINERilis BeritaSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 29 Juli 2024

Kuliah umum bertajuk “Exploring The Narratives of Indonesian Ex-migrations to Taiwan” sukses dilaksanakan pada Rabu, 24 Juli 2024, di Gedung Margono lantai 2 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada dari pukul 10.00 hingga 12.00 WIB. Acara yang terbuka untuk umum ini dihadiri oleh dosen dan mahasiswa fakultas tersebut yang memiliki minat dalam topik migrasi internasional. Sesi tanya jawab diadakan secara langsung selama pemaparan materi, memberikan kesempatan bagi peserta untuk berinteraksi dengan pemateri. Pemateri dalam kuliah umum ini adalah seorang mahasiswa internasional yang tengah menempuh pendidikan doktoral di Lithuania. Kuliah umum ini membahas beberapa aspek penting terkait migrasi orang Indonesia ke Taiwan. Topik yang dijelaskan sesuai dengan judul tersebut yaitu Latar Belakang Migrasi, Sejarah Migrasi, Pengalaman Migran, Identitas dan Komunitas, Kisah Sukses dan Kesulitan, Peran Media dan Narasi, Kebijakan dan Dukungan, Interaksi Sosial dan Ekonomi, serta Perbandingan dengan Migrasi ke Negara Lain.

Kepanikan moral di Barat terkait migrasi mencerminkan kondisi psikologis masyarakat di mana fenomena tertentu dianggap sebagai ancaman terhadap nilai dan kepentingan sosial. Dalam konteks ini, kepanikan moral tentang migrasi di Barat semakin menumpuk dan meningkat, terlihat dalam berbagai kasus seperti perbatasan AS-Meksiko, perahu migran menuju Eropa dan Australia, serta “perbatasan hijau” dari Belarus menuju negara-negara Uni Eropa. Migrasi sering dipandang sebagai ancaman terhadap budaya dan nilai-nilai Barat, khususnya terhadap tatanan demokrasi liberal. Selain itu, migrasi juga dianggap sebagai alat atau senjata yang digunakan oleh rezim otoriter. Kesulitan dalam mengendalikan migrasi dan mencapai kesepakatan bersama di antara negara-negara Uni Eropa menambah kompleksitas isu ini, menjadikannya sebagai topik politik yang membelah antara nasionalis dan multikulturalis. Dalam wacana Barat kontemporer, migrasi sering dianggap sebagai sesuatu yang terjadi di luar kendali pemerintah. Publik merasa bahwa kontrol pemerintah hanya muncul setelah migrasi terjadi, terutama dalam hal bagaimana mengatur dan mengintegrasikan migran, dengan sensasi umum bahwa Eropa seperti kereta yang keluar dari jalur. Di Asia Tenggara, migrasi tampaknya tidak menimbulkan kepanikan moral yang sama. Hal ini mungkin karena rezim migrasi yang lebih terstruktur dengan baik untuk memenuhi kebutuhan pasar dan masyarakat, serta migrasi dipersepsikan dan dikomunikasikan bukan sebagai masalah, tetapi sebagai solusi terhadap masalah-masalah mendasar negara tersebut.

Tren migrasi Lithuania menunjukkan dinamika yang kompleks dan beragam. Pada awalnya, aliran migrasi dari Lithuania menuju negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Irlandia, dan Norwegia didominasi oleh para migran ekonomi yang bekerja di pabrik dengan kondisi yang menantang atau dalam perawatan domestik. Anak-anak dari generasi ini sering kali dibesarkan oleh kakek nenek mereka, sementara uang kiriman dari para migran digunakan untuk membangun rumah. Namun, gambaran negatif mengenai migran berkembang, mengaitkan mereka dengan pekerjaan berkualitas rendah, pengkhianatan terhadap negara, dan stereotip buruk seperti citra pesawat penuh migran mabuk yang kembali ke Lithuania. Di sisi lain, gambaran positif migran mulai muncul, menekankan pengalaman dan gaya hidup yang lebih baik yang diperoleh mereka. Upaya untuk mengubah citra migran dan melawan stereotip dilakukan melalui berbagai program, seperti “Global Lithuania” dari pemerintah Lithuania yang bertujuan untuk reintegrasi migran dan hubungan diaspora (2012-2021) serta “Strategic Guidelines for the Lithuanian Diaspora Policy for 2022-2030.” Selain itu, acara televisi “(Ne)migrantal” menekankan perubahan dari sekadar bertahan hidup menjadi pencapaian kualitas hidup dan kesuksesan pribadi. Program ini bertujuan untuk menantang citra migran Lithuania yang negatif dan menunjukkan perbedaan antara migran lama dan mereka yang saat ini berusaha masuk ke Uni Eropa. Tren kembalinya migran ke tanah air juga muncul ketika ekonomi membaik, meskipun ada referendumnya yang berulang dan gagal mengenai kewarganegaraan ganda. Topik-topik ini diharapkan akan memberikan gambaran menyeluruh tentang pengalaman migrasi orang Indonesia ke Taiwan serta dampak yang ditimbulkan bagi kedua belah pihak.

Kembangkan Potensi Daerah Pakpak Bharat, Tim Arkeolog UGM Gelar Workshop “Mejan Milik Kita”

HEADLINERilis BeritaSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 29 Juli 2024

Tim Arkeolog UGM menyelenggarakan Workshop “Mejan Milik Kita” pada Senin, 15 Juli 2024 di Balai Sada Arih, Kompleks SINDEKA. Workshop ini membahas topik terkait dengan konservasi temuan mejan yang banyak dimiliki oleh Kabupaten Pakpak Bharat dan juga membahas terkait dengan pelestarian warisan budaya berbasis masyarakat. Pakpak Bharat merupakan salah satu wilayah di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki banyak potensi, seperti potensi alam, budaya, dan arkeologis. Tim Arkeolog UGM yang telah melakukan penelitian untuk mengetahui persebaran potensi arkeologis berupa mejan di Kecamatan Pagindar dan beberapa wilayah lain di sekitar Kecamatan Salak. Penelitian kali ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada tahun 2023. Hal menarik yang dilakukan pada penelitian kali ini yakni menyasar potensi alam untuk dijadikan sebagai destinasi wisata unggulan di Kabupaten Pakpak Bharat selain menggali lebih dalam terkait dengan tinggalan arkeologis berupa mejan.

Koordinator Tim Arkeolog UGM, Mimi Savitri, M. A., Ph. D., menyampaikan bahwa “Pakpak Bharat, khususnya Kecamatan Pagindar yang kemarin menjadi objek penelitian memiliki potensi wilayah yang luarbiasa menarik untuk dikembangkan kedepannya, mulai dari tinggalan arkeologis hingga potensi alam”. Pada kesempatan kali ini, perwakilan pemerintah kabupaten yang diwakili oleh Sekretaris Daerah, Jalan Berutu, S.Pd., M. M. menyambut hangat dan memberikan dukungan penuh terhadap berjalannya penelitian di daerah Pakpak Bharat. Beliau juga menyampaikan “Apresiasi sebesar – besarnya untuk  kerjasama yang terjalin antara Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dengan Universitas Gadjah Mada sehingga harapannya hal ini menjadi langkah awal yang bisa dijadikan sebagai dasar pemajuan dan pengembangan wilayah Pakpak Bharat”, imbuhnya.

Pada kegiatan workshop ini, dihadirkan 2 narasumber yaitu Dr. Mahirta, M. A yang merupakan dosen Program Studi Arkeologi Universitas Gadjah Mada, dimana dalam pemaparannya membahas terkait dengan konservasi batu. Materi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan terhadap masyarakat luas di Kabupaten Pakpak Bharat yang diwakili oleh para hadirin dari berbagai kalangan mulai dari pelajar sekolah, guru, kepala desa, camat, ketua adat, serta perwakilan lembaga masyarakat yang bergerak di bidang pengembangan kebudayaan. Tentunya pemahaman terkait dengan konservasi batu menjadi bekal yang harus dimiliki oleh setiap elemen masyarakat, mengingat banyaknya potensi berupa mejan yang tersebar di penjuru wilayah Pakpak Bharat. Kemudian, narasumber kedua, yakni Mimi Savitri, M. A. Ph. D. memaparkan topik terkait dengan pelestarian warisan budaya berbasis masyarakat sehingga dalam hal ini lebih menekankan adanya kerjasama yang baik di lingkungan masyarakat demi kelestarian warisan budaya yang dimiliki. Beliau menyampaikan bahwa, “Masyarakat menjadi garda terdepan dan terdekat yang ada di sekitar objek warisan budaya, sehingga perlu adanya pengetahuan terkait pelestarian warisan budaya dan kerjasama yang baik didalamnya supaya nilai yang ada pada objek tidak hilang, serta tinggalan yang ada dapat bertahan hingga di generasi mendatang”.

Workshop yang dilakukan ini berjalan dengan baik karena adanya partisipasi aktif dari para peserta yang hadir dalam menyampaikan gagasan yang dimiliki. Salah satunya berasal dari perwakilan pelajar SMA bernama Sodik yang menyampaikan bahwa, “ Sebagai generasi muda sudah seharusnya kita mencintai dan memiliki rasa bangga terhadap warisan budaya yang dimiliki sehingga dapat mencegah budaya kita diklaim oleh orang lain”. Selain itu, permasalahan terkait dengan pelestarian dan pengembangan warisan budaya juga disampaikan. Salah satunya yang disampaikan oleh Budi Rasmianto Berutu, S. T., M. AP., sebagai perwakilan dari lembaga kebudayaan daerah,  “ Potensi yang dimiliki oleh Pakpak Bharat, khususnya wilayah Pagindar menjadi satu aset luarbiasa. Akan tetapi, kami membutuhkan sebuah kemudahan akses berupa jalan sehingga wisatawan akan dengan mudah menjangkau wilayah Pagindar. Selain itu, kami juga menginginkan adanya bantuan untuk publikasi wisata yang berupa promosi di sosial media maupun dalam bentuk booklet sehingga saat ada wisatawan yang akan hadir ke Pakpak Bharat, akan dengan mudah mengetahui destinasi wisata apa yang bisa dikunjungi sesuai dengan minatnya”. Para hadirin pun sepakat dengan hal yang disampaikan. Selanjutnya, banyak masukan dari para stakeholder yang hadir, dimana pengetahuan terkait dengan mejan juga perlu diberikan pada materi sekolah sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta dan memiliki terhadap warisan budaya yang dimiliki oleh daerah.

Kegiatan ini ditutup dengan penyampaian kesimpulan oleh Plt. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pakpak Bharat, Maranatha M. Padang, S. Pd., M. Si., “ Sekali lagi, saya mengapresiasi sebesar – besarnya atas penelitian yang telah dilaksanakan oleh Tim Arkeolog UGM dan kepada para hadirin yang sudah hadir dalam kesempatan ini. Harapannya, apa yang didapatkan hari ini bisa disampaikan kepada masyarakat secara luas sehingga ilmu yang ada bisa diketahui lebih banyak orang. Saya berharap kerjasama dapat terus dipertahankan di kalangan masyarakat dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan yang kita miliki sehingga warisan budaya yang ada di Pakpak Bharat akan terus lestari, Lias Ate, Njuah – Njuah Banta Karina”.

Penulis artikel : Resti Wulandari, S. Ark.

Penutupan Program Summer Course UGM, Victoria University, dan ISI Yogyakarta

HEADLINERilis BeritaSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 29 Juli 2024

Sabtu, 20 Juli 2022, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada diundang untuk mengikuti penutupan program Summer Course antara UGM, Victoria University, dan Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan di Gedung Dekanat Fakultas Seni, Media, dan Rekam, ISI Yogyakarta dari pukul 16:00 – 19:00 WIB. Penutupan program ini diawali dengan pidato pembuka dari Pak Kiernan yang merupakan perwakilan dari Victoria University dilanjukan dengan pidato pembuka dari Dr. Edial Rusli, S.E, M.Sn yang merupakan Dekan Fakultas Seni, Media, dan Rekam ISI Yogyakarta. Acara ini dimeriahkan oleh penampilan hasil video dari masing-masing kelompok. Seperti yang kita ketahui bahwa output dari kegiatan ini adalah video singkat tentang perjalanan mereka selama di Yogyakarta. Setiap kelompok menampilkan video yang beragam mulai dari proses pembuatan makanan tradisional apem, kunjungan ke Malioboro dan Pasar Beringharjo, dan kolaborasi musik.

Setelah penutupan resmi, acara dilanjutkan dengan sesi foto bersama untuk mengabadikan momen kebersamaan antara peserta, panitia, dan para dosen. Foto bersama ini dilakukan di dalam Gedung Dekanat Fakultas Seni, Media, dan Rekam ISI Yogyakarta dengan suasana yang penuh keakraban.

Selanjutnya, seluruh partisipan diajak untuk menikmati makan malam bersama yang telah disiapkan oleh panitia. Hidangan yang disajikan terdiri dari berbagai masakan khas Indonesia seperti pastel dan sosis solo. Makan malam bersama ini tidak hanya menjadi momen untuk menikmati kuliner lokal, tetapi juga sebagai ajang untuk berbincang-bincang santai, bertukar cerita, dan mempererat hubungan antar peserta dari berbagai universitas dan latar belakang budaya.

Acara makan malam diiringi dengan alunan musik tradisional yang menambah suasana hangat dan bersahabat. Seluruh rangkaian acara penutupan ini berjalan dengan lancar dan meninggalkan kesan yang mendalam bagi semua peserta. Mereka tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru, tetapi juga kenangan indah yang akan selalu diingat sepanjang hidup mereka.

PKM-RSH Brandu: Mahasiswa UGM Teliti Hubungan Tradisi Brandu dengan Penularan Antraks di Gunungkidul

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 15: Ekosistem daratanSDGs 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera Selasa, 23 Juli 2024

Yogyakarta, Selasa , 23 Juli 2024. Data BPS menunjukkan bahwa Gunungkidul merupakan salah satu daerah dengan populasi ternak yang besar mencapai 150.000 ekor lebih pada tahun 2018-2020. Sektor peternakan memiliki peran vital bagi ekonomi dan pembangunan di Indonesia terutama perdesaan. Namun, penyakit antraks menjadi ancaman yang nyata saat ini bagi kesehatan hewan ternak dan masyarakat Gunungkidul. Antraks merupakan penyakit endemik di Gunungkidul. Munculnya kasus antraks di setiap tahun diperparah oleh sebuah tradisi yang bernama Brandu.

“Tradisi Brandu adalah tradisi menyembelih hewan ternak sapi atau kambing yang sudah mati yang sudah ada sejak zaman dahulu untuk kemudian dibagikan ke warga dan warga harus membayar iuran untuk meringankan beban pemilik hewan yang ternak nya mati. Biasanya iuran yang diberikan nominalnya tergantung harga sapi di pasaran dikurangi menjadi setengah atau sepertiga dan dibagi rata per-KK yang ada di dukuh tersebut. Kurun waktu pembayarannya biasanya selapan atau 35 hari.” Kata ketua Tim PKM-RSH  Brandu, Allama Rozan Firdaus, Minggu (21/7).

Selain Allama, Tim Research Brandu beranggotakan empat orang lainnya dengan lintas prodi berbeda, yakni Luluk Kiesa Putri (Fakultas Kedokteran Hewan), Ratih Aulia Hasna (Fakultas Psikologi), serta Pamula Nur Kriswardhani dan Muhammad Hafidz Zidan (Fakultas Ilmu Budaya) di bawah bimbingan Dr. Atik Triratnawati, M. A., Dosen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Menurut Luluk, tradisi Brandu juga memiliki dampak negatif. Ketika warga tidak tahu penyebab kematian sapi tersebut adalah karena antraks, maka spora antraks dapat keluar melalui darah sapi yang disembelih. Selain itu, spora yang keluar dapat mencemari tanah di kawasan tersebut dan dapat bertahan hingga 80 tahun. Sehingga, ini lah yang menyebabkan antraks di Gunungkidul berulang kasusnya setiap tahun. Spora antraks yang mencemari lingkungan dapat menular ke manusia melalui konsumsi daging dan kulit yang luka.

Terdapat banyak kesalahan persepsi warga mengenai penyebab sapi mati ini. Saat tim PKM-RSH ini mewawancarai warga di Gunungkidul, kebanyakan warga mengira bahwa kematian sapi-sapi itu disebabkan oleh keracunan daun singkong muda atau mendem. Padahal, kematian sapi mendadak juga dapat disebabkan oleh antraks. Namun, karena tidak adanya gejala yang mengacu ke antraks maka warga mengira kematian disebabkan oleh mendem. Sehingga, warga menyembelih sapi tersebut untuk kemudian di Brandu.

Sejak masuknya wabah antraks di daerah tersebut pada tahun 2020, tercatat terdapat empat orang korban yang meninggal dunia. Mereka yang terinfeksi wabah ini beberapa di antaranya mengalami gejala awal yaitu demam, muntah, dan munculnya bintik hitam di jari, tetapi juga terdapat yang tidak bergejala sama sekali. Selain terdapat korban manusia, masuknya wabah antraks di daerah tersebut juga menyebabkan tujuh ekor sapi dan satu ekor kambing mati

Jika dilihat melalui aspek sosio-kulturalnya, Tradisi Brandu ini dilakukan atas dasar gotong royong. Sifat kolektif masyarakat Padukuhan Jati yang masih sangat kuat ditunjukkan dari perilaku masyarakat yang saling membantu apabila terdapat warga yang mendapat musibah sapi miliknya mati. Sapi di salah satu padukuhan di Semanu, Gunungkidul dianggap sebagai tabungan yang dapat digunakan apabila ada kebutuhan yang besar seperti pendidikan anak. Tradisi Brandu bagi masyarakat di padukuhan tersebut merupakan sebuah ‘tata cara dusun’ atau norma sosial yang berlaku ketika terdapat warga yang kehilangan hewan ternaknya. “Norma tersebut yang menjadikan seluruh warga padukuhan tersebut wajib berpartisipasi dalam kegiatan Brandu tanpa terkecuali. Norma tersebut menimbulkan rasa ‘pakewuh’ atau rasa sungkan apabila tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan Brandu,” terang Pamula, salah satu anggota tim.

Tradisi Brandu dinilai dapat membawa kebermanfaatan baik bagi masyarakat yang kehilangan hewan ternak maupun masyarakat yang membantu. Kebermanfaatan tersebut muncul dari sifat Tradisi Brandu yang resiprokal. Sifat resiprokal tersebut terwujud dari adanya harapan masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan Brandu akan turut dibantu pula apabila di masa depan mereka juga mengalami kehilangan hewan ternak.

Tim PKM-RSH ini memberikan solusi untuk warga yang masih ingin melanjutkan Tradisi Brandu tanpa menghilangkan tujuan untuk membantu sesama, tetapi dengan langsung menguburkan sapi yang telah mati dan memberikan jimpitan atau iuran yang diberikan setiap minggunya dengan nominal yang kecil seperti namanya ‘jimpitan’ berasal dari kata ‘jimpit’ yang berarti mengambil sedikit dengan tiga ujung jari atau sejumput. Hal ini bertujuan untuk meringankan warganya dan hasil dari jimpitan ini digunakan untuk menolong warga yang kehilangan ternaknya.

1…6970717273…143

Rilis Berita

  • Perjalanan Lintas Budaya Wang Hui Chen: Semangat Untuk Terus Menantang Diri Dari Zona Nyaman
  • Syajarotun: Perbincangan Manusia dengan Pohon
  • Penyerahan Piagam Dedikasi kepada Dosen Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM
  • Haris Arfakhsyadz, Mahasiswa Sastra Arab UGM Menorehkan Prestasi di Ajang Pidato Bahasa Arab Internasional
  • Pembuatan Zine pada Ujian Akhir Antropologi Kesehatan

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY