• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • SDGs 15: Ekosistem daratan
Arsip:

SDGs 15: Ekosistem daratan

Departemen Sejarah UGM Gelar Konferensi Internasional soal Lokalitas, Ontologi dan Sejarah Lingkungan

SDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 13: Penanganan Perubahan IklimSDGs 15: Ekosistem daratanSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 6: Air bersih dan sanitasi layak Senin, 30 Juni 2025

Yogyakarta, 26/6/2025 – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) sukses menggelar “Konferensi tentang Lokalitas, Ontologi, dan Sejarah Lingkungan” pada 25-26 Juni 2025 bertempat di Ruang Multimedia, Gedung Margono FIB UGM. Kegiatan ini menjadi ruang diskusi akademik lintas disiplin untuk memahami ulang bagaimana lokalitas dan pengetahuan tradisional dapat berkontribusi terhadap isu-isu lingkungan global, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) seperti pendidikan untuk keberlanjutan, kualitas udara, perubahan iklim, dan pelestarian ekosistem.

Konferensi ini dibuka oleh Dr. Mimi Savitri, M.A., Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama FIB UGM. Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya kolaborasi antara akademisi dan komunitas dalam meninjau kembali relasi manusia dengan alam dari perspektif lokal dan ontologis. Kolaborasi ini sangat penting untuk mengatasi tantangan lingkungan yang mendesak dan mendorong praktik berkelanjutan.

Acara ini juga menghadirkan sambutan dari Dr. Farabi Fakih, M.Phil. (Departemen Sejarah UGM) dan Prof. Diana Suhardiman dari KITLV, yang menyoroti pentingnya mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam diskursus lingkungan kontemporer. Wawasan mereka menekankan perlunya pendekatan holistik untuk memahami hubungan rumit antara budaya, sejarah, dan lingkungan.

Konferensi ini mengusung enam panel diskusi tematik, yang mencakup berbagai isu mulai dari perubahan iklim, pengelolaan air dan lahan, kekuasaan dan lingkungan, pengetahuan lokal, gerakan sosial perkotaan, hingga refleksi historis atas zaman Kapur dan Antroposen. Diskusi-diskusi ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara penelitian ilmiah dan praktik lokal, serta memperdalam pemahaman tentang keberlanjutan lingkungan.

Sebagai contoh, panel pertama menampilkan studi tentang adaptasi iklim berbasis praktik spiritual-ekologis petani di Playen, Gunungkidul, serta pengelolaan Hutan Adat Wonosadi. Studi kasus ini menggambarkan bagaimana praktik tradisional dapat menginformasikan strategi lingkungan modern, berkontribusi pada SDGs terkait aksi iklim dan pelestarian ekosistem.

Sementara itu, panel kelima membahas isu segregasi kota Yogyakarta, yang kini bergeser dari perpecahan rasial menuju perebutan akses terhadap sumber daya air. Diskusi ini menyoroti perlunya pengelolaan sumber daya yang adil di lingkungan perkotaan, serta pentingnya peran komunitas lokal dalam memperjuangkan hak-hak mereka dan keadilan lingkungan.

Secara keseluruhan, konferensi ini menjadi ajang penting yang mempertemukan sains, aktivisme, dan kearifan lokal, sekaligus mengusung semangat dekolonisasi pengetahuan dalam menjawab tantangan krisis lingkungan global. Dengan mendorong dialog di antara berbagai pemangku kepentingan, acara ini bertujuan untuk menginspirasi solusi inovatif yang memprioritaskan keberlanjutan dan kesejahteraan baik bagi manusia maupun planet.

Keberhasilan konferensi ini mencerminkan komitmen UGM untuk memajukan pendidikan untuk keberlanjutan dan mempromosikan kolaborasi lintas disiplin dalam mengatasi perubahan iklim dan meningkatkan kualitas udara. Di saat dunia menghadapi tantangan lingkungan yang semakin meningkat, inisiatif seperti ini sangat penting untuk membangun masa depan yang lebih berkelanjutan.

 

[Humas FIB UGM, Candra Solihin]

Tim Basabuja FIB UGM Raih Medali Perunggu dalam Kompetisi Esai Nasional Pekan Ilmiah Andalas 2025

SDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 15: Ekosistem daratanSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 16 Juni 2025

Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Tim Basabuja yang terdiri dari mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), berhasil meraih medali perunggu dalam ajang kompetisi esai nasional pada Pekan Ilmiah Andalas 2025. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL) Universitas Andalas, Sumatera Barat.

Tim Basabuja, yang merupakan akronim dari Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, terdiri atas empat mahasiswa yakni Muhammad Siswoyo, Yudha Adistira, Dwi Mei Saroh, dan Dian Nitami. Dalam perlombaan yang diselenggarakan secara luring tersebut, tim Basabuja mengusung subtema Hukum dan Budaya dengan judul esai Kuṭāramanawa: Ramanawa Kuna dan Kini.

Esai tersebut mengangkat hukum adat pada masa Kerajaan Majapahit, yang tercatat dalam Kuṭāramanawa. “Yang diterapkan dari Kuṭāramanawa adalah dalam bentuk Smart QR Code dan Internet of Things (IoT). Sebagai hukum yang berisi aturan-aturan sosial yang sangat lengkap, dengan 275 pasal dan 19 bab, kami menyadari bahwa Kuṭāramanawa memiliki nilai-nilai yang relevan dengan kondisi sosial dan lingkungan pada masa kini,” ujar Yudha Adistira dalam wawancara daring (28/05/2025).

Menurut keterangan Dwi Mei Saroh, dalam wawancara daring (24/05/2025), tim mereka harus melalui tahap eliminasi sebelum masuk ke babak final. Babak final tersebut dilaksanakan pada 10–13 Mei 2025, dengan sesi presentasi pada tanggal 11 dan pengumuman pemenang pada tanggal 12 Mei. “Yang mewakili tim kami untuk berangkat dan presentasi di Andalas itu hanya Siswoyo saja,” ungkapnya.

Proses penyusunan esai yang dilalui tim ini tidaklah mudah. Dian Nitami menuturkan bahwa perjalanan panjang mereka dimulai sejak bulan Januari 2025. “Dari proses pengerjaan tersebut, tentunya banyak dinamika terjadi dan yang terberat terletak pada kendala biaya. Meski demikian, hal ini dapat teratasi dengan adanya komitmen dan solidaritas tim serta bantuan dari banyak pihak lainnya. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan yang telah diberikan” jelasnya dalam wawancara daring (24/05/2025).

Pencapaian ini diharapkan dapat menjadi pemantik semangat bagi mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa untuk terus berkarya dan berinovasi. Selain itu, Muhammad Siswoyo mengajak kepada generasi muda untuk tetap berupaya dalam melestarikan, menggali pengetahuan, dan berinovasi dari karya-karya sastra Jawa. “Sastra Jawa memiliki banyak peluang inovatif yang dapat dikembangkan dengan pendekatan lintas disiplin ilmu. Banyak cabang ilmu yang terhubung dengan hukum, adat, kebudayaan, dan kebiasaan orang Jawa. Teman-teman dapat memanfaatkan hal tersebut menjadi inovasi baru. Untuk itu, yuk lestarikan budaya Jawa,” tuturnya dalam wawancara daring (24/05/2025).

Senada dengan hal tersebut, Yudha Adistira menekankan pentingnya aksesibilitas terhadap naskah-naskah klasik sebagai upaya pelestarian dan pemanfaatan nilai-nilai luhur bangsa. “Hukum adat sering kali dianggap kuno dan tertinggal, namun nyatanya terkandung nilai-nilai yang amat relevan dengan masa kini. Hanya saja, akses terhadap manuskrip seperti Kuṭāramanawa hingga saat ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami merasa penting untuk mendigitalisasi naskah ini agar dapat diakses lebih luas, dipelajari, dan diaplikasikan kembali, khususnya dalam konteks pendidikan hukum, pelestarian budaya, dan pembangunan karakter bangsa. Kami percaya bahwa teknologi bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan,” pungkasnya.

Penulis: Haryo Untoro
Editor : Haryo Untoro

MAGANG GEMILANG – Bahasa dan Sastra Prancis Penanaman Pohon sebagai Wujud Filosofi AEON

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 15: Ekosistem daratan Selasa, 19 November 2024

PT AEON Indonesia bekerja sama dengan PT Sahabat Kota Wisata melakukan penanaman pohon di AEON Mall Living World Kota Wisata, Cibubur. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu rangkaian acara pembukaan AEON Mall pada pertengahan maret mendatang. Penanaman pohon oleh AEON Group sudah dimulai sejak tahun 1991 dan dijadikan sebagai kegiatan perwujudan filosofi dasar AEON, yakni tanggung jawab sosial perusahaan kepada alam dan masyarakat di sekitar lokasi bisnis. 

Penanaman pohon dilakukan di halaman mall seluas 1 hektar. Pada penanaman kali ini, PT AEON Indonesia menggunakan tanaman yang berjenis Syzygium Oleana (pucuk merah) sebanyak kurang lebih 60 bibit berukuran 60 cm. Kegiatan turut dihadiri oleh beberapa petinggi PT AEON Indonesia, salah satunya Bapak Takahiro Osugi selaku President Director. Dalam wawancaranya, ia berkata, “Tujuan penanaman pohon ini adalah untuk memperkaya hidup warga Kota Wisata Cibubur dan sekitarnya. Pohon yang akan ditanami diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas udara dan lingkungan yang lebih sehat.” 

Maka dari itu, penanaman pohon yang dilakukan termasuk salah satu upaya menjaga iklim dan daratan yang saat ini mulai tercemar. Dalam konteks Sustainable Development Goals (SDGs), kegiatan ini dapat digolongkan sebagai kolaborasi pada poin 13 (penanganan perubahan iklim) dan 15 (keberlanjutan ekosistem darat).

[HUMAS FIB UGM, Penulis: Latifa Nasywa Tiara Istiqomah, Editor: Rifal Fadlurrahman, Sandya]

Edukasi tentang Wisata dan Karakteristik Wisatawan di Kepulauan Seribu – Drs Eman Suherman, M.Hum.  

HEADLINERilis BeritaSDGs 10: Berkurangnya kesenjanganSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 12: Konsumsi dan Produksi Yang Bertanggung JawabSDGs 14: Ekosistem LautanSDGs 15: Ekosistem daratanSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 1: Tanpa KemiskinanSDGs 3: Kehidupan Sehat dan SejahteraSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan EkonomiSDGs 9: Industri Inovasi dan Infrastruktur Rabu, 21 Agustus 2024

Pada tanggal 7 Agustus 2024, sebuah acara edukasi yang signifikan berlangsung di aula Kalurahan Kelapa, yang terletak di Kalurahan Kelapa Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang wisata dan karakteristik wisatawan di kalangan masyarakat lokal, khususnya anggota Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) dari kedua kalurahan, yaitu kalurahan Kelapa dan Kalurahan Harapan. Acara ini diselenggarakan sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), dengan menekankan pentingnya pelestarian lingkungan, pendidikan dasar, perlindungan ekosistem,dan konservasi lautan.

Acara dimulai dengan sambutan dari perwakilan pemerintah setempat, yang menyoroti peran penting pariwisata dalam perekonomian daerah. Pembicara menekankan bahwa praktik pariwisata berkelanjutan sangat penting untuk menjaga keindahan alam dan keseimbangan ekologi pulau-pulau tersebut. Hal ini sejalan dengan tujuan SDG untuk melindungi lingkungan dan mempromosikan wisata berkelanjutan (Sustainable Tourism).

Setelah sambutan pembuka, disampaikan pemaparan tentang Wisata dan Karakteristik Wisatawan, yang berfokus pada berbagai aspek pariwisata, utamanya wisata Bahari sesuai dengan Lokasi tempat penyelenggaraan, yaitu laut dan Pantai Pulau Harapan dan Pulau Kelapa. Para ahli di bidangnya berbagi wawasan tentang wisata dan karakteristik wisatawan modern, termasuk preferensi mereka terhadap opsi perjalanan ramah lingkungan dan kesadaran mereka yang semakin meningkat terhadap isu-isu lingkungan. Informasi ini sangat penting bagi masyarakat lokal, karena membantu mereka menyesuaikan layanan mereka dengan harapan wisatawan yang peduli lingkungan.

Salah satu topik kunci yang dibahas adalah pentingnya perlindungan ekosistem. Peserta belajar tentang keseimbangan yang rapuh dari ekosistem laut dan dampak pariwisata terhadap lingkungan ini. Acara ini menekankan perlunya praktik pariwisata yang bertanggung jawab yang meminimalkan kerusakan pada satwa liar dan habitat lokal. Pendidikan ini sangat penting untuk memastikan bahwa sumber daya alam pulau-pulau tersebut dilestarikan untuk generasimendatang.

Selain perlindungan ekosistem, acara ini juga membahas pentingnya konservasi lautan. Pembicara menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh polusi dan penangkapan ikan yang berlebihan, mendesak masyarakat untuk mengadopsi praktik yang melindungi lingkungan laut mereka. Para nelayan dan operator tur lokal didorong untuk berpartisipasi dalam upaya konservasi lautan, memperkuat gagasan bahwa lautan yang sehat sangat penting untuk pariwisata berkelanjutan.

Sesi edukasi juga mencakup diskusi tentang pendidikan dasar kelautan dan sumber dayanya, begitu juga perannya dalam mempromosikan pariwisata berkelanjutan. Peserta didorong untuk terlibat dalam pembelajaran berkelanjutan dan membagikan pengetahuan mereka kepada orang lain di komunitas Pokdarwis. Pendekatan ini tidak hanya memberdayakan individu tetapi juga membangun budaya keberlanjutan, khususnya di dua kalurahan tersebut di atas.

Sesi selanjutnya, peserta terlibat dalam aktivitas interaktif yang dirancang untuk memperkuat konsep yang dipelajari selama pemaparan. Aktivitas ini termasuk diskusi dan tanya jawab, skenario peran, dan demonstrasi praktik pariwisata berkelanjutan. Antusiasme di antara peserta sangat terasa, mencerminkan komitmen mereka untuk menjadi pengelola lingkungan yang bertanggung jawab.

Acara ditutup dengan komitmen dari anggota POKDARWIS untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam praktik sehari-hari mereka. Mereka berjanji untuk mempromosikan inisiatif pariwisata ramah lingkungan dan mendidik pengunjung tentang pentingnya melindungi lingkungan lokal. Upaya kolektif ini merupakan langkah signifikan menuju pencapaian SDGs yang terkait dengan keberlanjutan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.

Secara keseluruhan, acara edukasi yang diadakan di Aula Kalurahan Kelapa merupakan kesuksesan yang menggembirakan. Acara ini tidak hanya memberikan informasi berharga tentang pariwisata dan dampaknya terhadap lingkungan, tetapi juga membangun rasa tanggung jawab komunitas terhadap perlindungan ekosistem dan konservasi lautan. Masyarakat lokal kini lebih siap untuk menyambut wisatawan sambil memastikan pelestarian warisan alam mereka.

PKM-RSH Brandu: Mahasiswa UGM Teliti Hubungan Tradisi Brandu dengan Penularan Antraks di Gunungkidul

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 15: Ekosistem daratanSDGs 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera Selasa, 23 Juli 2024

Yogyakarta, Selasa , 23 Juli 2024. Data BPS menunjukkan bahwa Gunungkidul merupakan salah satu daerah dengan populasi ternak yang besar mencapai 150.000 ekor lebih pada tahun 2018-2020. Sektor peternakan memiliki peran vital bagi ekonomi dan pembangunan di Indonesia terutama perdesaan. Namun, penyakit antraks menjadi ancaman yang nyata saat ini bagi kesehatan hewan ternak dan masyarakat Gunungkidul. Antraks merupakan penyakit endemik di Gunungkidul. Munculnya kasus antraks di setiap tahun diperparah oleh sebuah tradisi yang bernama Brandu.

“Tradisi Brandu adalah tradisi menyembelih hewan ternak sapi atau kambing yang sudah mati yang sudah ada sejak zaman dahulu untuk kemudian dibagikan ke warga dan warga harus membayar iuran untuk meringankan beban pemilik hewan yang ternak nya mati. Biasanya iuran yang diberikan nominalnya tergantung harga sapi di pasaran dikurangi menjadi setengah atau sepertiga dan dibagi rata per-KK yang ada di dukuh tersebut. Kurun waktu pembayarannya biasanya selapan atau 35 hari.” Kata ketua Tim PKM-RSH  Brandu, Allama Rozan Firdaus, Minggu (21/7).

Selain Allama, Tim Research Brandu beranggotakan empat orang lainnya dengan lintas prodi berbeda, yakni Luluk Kiesa Putri (Fakultas Kedokteran Hewan), Ratih Aulia Hasna (Fakultas Psikologi), serta Pamula Nur Kriswardhani dan Muhammad Hafidz Zidan (Fakultas Ilmu Budaya) di bawah bimbingan Dr. Atik Triratnawati, M. A., Dosen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Menurut Luluk, tradisi Brandu juga memiliki dampak negatif. Ketika warga tidak tahu penyebab kematian sapi tersebut adalah karena antraks, maka spora antraks dapat keluar melalui darah sapi yang disembelih. Selain itu, spora yang keluar dapat mencemari tanah di kawasan tersebut dan dapat bertahan hingga 80 tahun. Sehingga, ini lah yang menyebabkan antraks di Gunungkidul berulang kasusnya setiap tahun. Spora antraks yang mencemari lingkungan dapat menular ke manusia melalui konsumsi daging dan kulit yang luka.

Terdapat banyak kesalahan persepsi warga mengenai penyebab sapi mati ini. Saat tim PKM-RSH ini mewawancarai warga di Gunungkidul, kebanyakan warga mengira bahwa kematian sapi-sapi itu disebabkan oleh keracunan daun singkong muda atau mendem. Padahal, kematian sapi mendadak juga dapat disebabkan oleh antraks. Namun, karena tidak adanya gejala yang mengacu ke antraks maka warga mengira kematian disebabkan oleh mendem. Sehingga, warga menyembelih sapi tersebut untuk kemudian di Brandu.

Sejak masuknya wabah antraks di daerah tersebut pada tahun 2020, tercatat terdapat empat orang korban yang meninggal dunia. Mereka yang terinfeksi wabah ini beberapa di antaranya mengalami gejala awal yaitu demam, muntah, dan munculnya bintik hitam di jari, tetapi juga terdapat yang tidak bergejala sama sekali. Selain terdapat korban manusia, masuknya wabah antraks di daerah tersebut juga menyebabkan tujuh ekor sapi dan satu ekor kambing mati

Jika dilihat melalui aspek sosio-kulturalnya, Tradisi Brandu ini dilakukan atas dasar gotong royong. Sifat kolektif masyarakat Padukuhan Jati yang masih sangat kuat ditunjukkan dari perilaku masyarakat yang saling membantu apabila terdapat warga yang mendapat musibah sapi miliknya mati. Sapi di salah satu padukuhan di Semanu, Gunungkidul dianggap sebagai tabungan yang dapat digunakan apabila ada kebutuhan yang besar seperti pendidikan anak. Tradisi Brandu bagi masyarakat di padukuhan tersebut merupakan sebuah ‘tata cara dusun’ atau norma sosial yang berlaku ketika terdapat warga yang kehilangan hewan ternaknya. “Norma tersebut yang menjadikan seluruh warga padukuhan tersebut wajib berpartisipasi dalam kegiatan Brandu tanpa terkecuali. Norma tersebut menimbulkan rasa ‘pakewuh’ atau rasa sungkan apabila tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan Brandu,” terang Pamula, salah satu anggota tim.

Tradisi Brandu dinilai dapat membawa kebermanfaatan baik bagi masyarakat yang kehilangan hewan ternak maupun masyarakat yang membantu. Kebermanfaatan tersebut muncul dari sifat Tradisi Brandu yang resiprokal. Sifat resiprokal tersebut terwujud dari adanya harapan masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan Brandu akan turut dibantu pula apabila di masa depan mereka juga mengalami kehilangan hewan ternak.

Tim PKM-RSH ini memberikan solusi untuk warga yang masih ingin melanjutkan Tradisi Brandu tanpa menghilangkan tujuan untuk membantu sesama, tetapi dengan langsung menguburkan sapi yang telah mati dan memberikan jimpitan atau iuran yang diberikan setiap minggunya dengan nominal yang kecil seperti namanya ‘jimpitan’ berasal dari kata ‘jimpit’ yang berarti mengambil sedikit dengan tiga ujung jari atau sejumput. Hal ini bertujuan untuk meringankan warganya dan hasil dari jimpitan ini digunakan untuk menolong warga yang kehilangan ternaknya.

12

Rilis Berita

  • Warisan Budaya dan Komunitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengalaman Gastronomi Generasi Z
  • Magang Lintas Budaya di FIB UGM: Cerita Dewa, Mahasiswa Taiwan yang Berani Mencoba
  • Mahasiswa BKK UGM Tunjukkan Aksi Membanggakan dalam The 23rd Indonesian K-Speech Oratory Contest
  • Tokoh Perempuan Jadi Simbol Demokrasi Radikal dalam Karya Sastra: Pembacaan Politik dalam SEMEJA IV
  • 4 Mahasiswa Arkeologi FIB UGM mengikuti Summer School of Archeological Fieldwork in Lombok 2025 bersama 4 Mahasiswa Australian National University dan 4 Mahasiswa Udayana

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY