• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • STICKY NEWS
  • hal. 2
Arsip:

STICKY NEWS

Bergelut dengan Emosi Saat Genting: Kisah dalam Seminar Caring for The Victim, Caring for The Self

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 5: Kesetaraan GenderSTICKY NEWS Senin, 2 September 2024

Women’s Crisis Center menjadi tempat aduan berbagai kasus kekerasan yang dialami oleh perempuan. Selama ini, perhatian publik berpusat pada perkembangan kasus secara hukum, dan menempatkan korban sebagai subjek tunggal yang mengalami efek trauma. Nyatanya, efek traumatis itu menyebar pada aktor-aktor lain yang ikut mendengarkan dan memperjuangkan kasus tersebut. Pada kesempatan seminar Caring for The Victim, Caring for The Self (27/08/2024), Departemen Antropologi FIB UGM mengundang Mona Elisa Behnke untuk membagikan hasil penelitiannya selama berbulan-bulan bersama para pendamping di salah satu Women’s Crisis Center di Jawa, khususnya Yogyakarta. 

Mona Behnke adalah kandidat doktor di bidang Antropologi Sosial dan Budaya di Free University Berlin, Jerman. Tesis Masternya bertemakan hiperrealitas, retorika negara, dan ingatan kolektif di Indonesia kontemporer, dan menggabungkan minatnya pada antropologi psikologis dan visual dengan pendekatan filosofis. Setelah lulus, Mona bekerja selama beberapa waktu sebagai antropolog bisnis di bidang pengalaman pengguna dan organisasi struktur kerja. Dalam proyek PhD-nya, ia berfokus pada kerja emosional pekerja bantuan sosial di pusat krisis perempuan di Jawa, Indonesia, yang menyentuh isu-isu emosi, gender, dan manajemen konflik.

Pekerjaan yang bergelut dalam bidang kemanusiaan memiliki konsekuensi tantangan yang besar, tidak hanya soal kecakapan pendampingan di bidang hukum, tetapi juga kecakapan yang harus dimiliki untuk bekerja di bidang tersebut. Pada dasarnya, gender itu sendiri adalah labor, dimana pengartikulasian tindakan, perilaku dan performa dikonstruksikan selaras secara sosial. Perempuan dianggap lebih luwes dalam meresapi emosi dan menavigasikan kepedulian. Menjadi pendamping kasus-kasus kekerasan pada anak dan perempuan menjadikan mereka harus bisa menavigasikan diri secara teknis maupun emosional. Kepedulian adalah modal utama yang harus dimiliki oleh para pendamping. Riset Mona berusaha menjawab bagaimana kepedulian itu dipraktikkan dalam lingkungan yang netral melalui emotional labor dari pendamping psikologis maupun pendamping hukum. 

Terjun sebagai pendamping menunjukkan bahwa secara sadar mereka memutuskan untuk masuk dalam institusi non profit siap mengalami institusionalisasi dalam tiga aspek mendasar, yaitu emotional labor, order of feelings, dan emotion repertoires. ‘Emotional Labor’ merujuk pada manajemen emosi yang dilakukan untuk memenuhi performa kerja saat dihadapkan dengan klien. Pendamping dituntut untuk bisa menyelaraskan emosi mereka dengan hirarki atau tatanan yang dikonstruksikan secara sosial. Mereka harus mengerti emosi apa yang boleh ditunjukkan dan tidak ketika mendengarkan cerita klien. Pengalaman pendampingan secara berulang-ulang membentuk pengetahuan dan memori mereka tentang perbendaharaan emosi ketika mendampingi klien. Lebih lanjut, proses pendampingan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak memiliki pendekatan yang dinamis baik secara feminis maupun gender.

Mendengarkan emosi yang dilepaskan oleh klien membuat pendamping mengalami second traumatization. Hal ini membuka diskusi lebih lanjut bahwa pengalaman trauma tidak hanya dialami oleh subjek yang mendapat perlakuan kekerasan secara langsung, tetapi mereka yang meresapi emosi korban juga akan mengalami ‘second traumatization’, seperti pendamping dan interpreter Bahasa isyarat. Kondisi kelelahan secara emosional dan mental menjadi titik dimana para pendamping memiliki pengalaman yang menubuh dengan korban, melampaui kemampuan teknis yang mereka miliki. Mona menggambarkan alur emosi pendamping dan korban dalam diagram yang menarik, bagaimana pendamping harus mengosongkan kembali gelas emosi mereka antara sebelum dan setelah memasuki meja panas (tempat klien bercerita tentang kasus yang dialaminya). Mereka secara profesional mengolah emosi demi tetap menjaga mental diri mereka sendiri agar bisa tetap mendampingi korban. Diskusi ini membawa kita pada kenyataan bahwa para pendamping sebenarnya berpotensi mengalami unequal care, dimana mereka memberikan kepedulian sepenuhnya kepada orang lain, tetapi mereka tidak mendapatkan kepedulian yang sama karena dianggap bukan korban meskipun setiap hari menyerap rasa trauma dari klien dan memperjuangkannya. Terkadang, baik itu penyintas maupun pendamping merasa sangat bersyukur ketika bisa melupakan pengalaman traumatis yang sangat pedih. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa melupakan bukanlah suatu hal yang pasif, melainkan proses aktif yang juga selektif dalam membangun memori individual maupun kolektif. Kemampuan melupakan juga menjadi skills yang berharga dalam emotional labor, disamping kemampuan mengingat yang selama ini sudah banyak diterapkan. 

Diskusi ini diakhiri dengan beberapa kisah pendamping yang sedang melakukan temporal agencies mereka dengan saling merawat dan menguatkan kondisi emosional sesama pendamping. Aktivitas seperti menonton film, bercanda, jalan-jalan, bercerita hingga tertawa lepas adalah bentuk temporal agencies para pendamping agar mental mereka tetap terjaga dan kembali bisa merawat para korban yang lainnya. 

Penulis: Nuzul Solekhah

Foto: Puspita Nindya Sari

HARMONI MALARINGGI: MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UGM AJARKAN ALAT MUSIK PIANIKA DI DESA MALARINGGI

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSTICKY NEWS Kamis, 29 Agustus 2024

Pengabdian kepada masyarakat atau KKN (Kuliah Kerya Nyata) merupakan salah satu bagian penting dari pendidikan tinggi di Indonesia, khususnya di Universitas Gadjah Mada. Seperti halnya KKN-PPM UGM SG 007 yang bertema “Optimalisasi Potensi Lokal untuk Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Komunitas di Desa Namu, Batujaya, dan Malaringgi” ini dijalankan oleh 28 mahasiswa UGM dari tanggal 1 Juli 2024 sampai dengan 19 Agustus 2024. Tim ini sempat mendapat apresiasi dari H. Surunuddin Dangga, S.T., M.M. selaku Bupati Konawe Selatan pada saat berpartisipasi dalam Program Pemberantasan Stunting di Desa Namu.

Rafi Ramdani, seorang mahasiswa Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya UGM, pada awal Juli sampai pertengahan Agustus, menjalankan KKN-PPM di Desa Malaringgi, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan yang menjadi saksi semangatnya untuk mengabdi pada masyarakatmelalui program Pengajaran Alat Musik Pinaika dengan tema “Edukasi Malaringgi: Kegiatan pembelajaran komprehensif dan inovatif bagi anak”. Program ini telah dirancang oleh tim KKN-PPM UGM di bawah bimbingan Dra. Eko Sulistyani, M.Sc, dari Departemen Fisika, FMIPA UGM dengan tujuan utama untuk memberikan pendidikan yang komprehensif kepada siswa-siswi di Desa Malaringgi.

Foto Rafi mengajarkan anak-anak bermain pianika

Program yang dijalankan oleh Rafi berfokus pada pengajaran dan pelatihan memainkan alatmusik pinaika sebagai salah satu alat musik modern yang berkembang di Indonesia. Ia sadar musik bukan hanya sekedar hiburan, tetapi juga merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan kognitif, sosial, dan emosional anak serta menjadi media untuk melestarikan budaya lokal dengan mengadaptasi lagu-lagu daerah menggunakan alat musik modern. Dengan memperkenalkan pianika, yang merupakan alat musik modern namun mudah dipelajari, anak-anak dapat meningkatkan koordinasi tangan dan mata, keterampilan motorik halus, serta kemampuan membaca notasi musik. Selain itu, melalui bermain musik bersama, anak-anak juga belajar bekerja sama dan berkomunikasi dengan lebih baik.

Masyarakat menyambut program ini dengan antusias. Anak-anak yang semula memiliki keterbatasan dalam bermain alat musik, kini mulai menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Rafi tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai mentor yang membantu membangun rasa percaya diri dalam diri anak-anak untuk berkesplorasi dan belajar bermusik. Dengan keterampilan bermain pianika, anak-anak diharapkan dapat memiliki kesempatan lebih luas untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seni di sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini dapat membuka jalan bagi mereka untuk mengeksplorasi minat dan bakat dalam bidang musik, yang dapat menjadi bekal untuk masa depan.

Pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Rafi adalah cerminan dari peran mahasiswa dalam membawa perubahan positif ke berbagai lapisan masyarakat. Dengan semangat dan dedikasinya, ia membuktikan bahwa mahasiswa Antropologi FIB UGM tidak hanya berkomitmen pada peningkatan kualitas akademik, tetapi juga memiliki peran aktif dalam menciptakan dampak positif di masyarakat. Program ini bukan hanya memberikan pelatihan skill bermain musik, tetapi juga membawa secerca harapan dan ajang kreativitas bagi anak-anak Desa Malaringgi untuk menghadapi masa depan yang lebih cerah sebagai generasi penerus bangsa.

Seminar Antropologi: Islam, Ambiguity, and (In) Tolerance

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSTICKY NEWS Senin, 26 Agustus 2024

Membuka tahun ajaran baru, pada 14 Agustus 2024 lalu Departemen Antropologi UGM, The Center for Religious and Cross-cultural Studies, serta  Indonesian Consortium for Religious Studies menyelenggarakan Seminar Antropologi Agama bertajuk “Islam, Ambiguity, and (In)Tolerance: Perspectives from Southeast Asia” yang dilangsungkan di Auditorium gedung Soegondo FIB UGM. Pada kesempatan ini Professor Ismail Fajrie Alatas dan Dr. Martin Slama sebagai pembicara membawakan work-in-progress yang sedang digarap keduanya.

Seminar dibuka oleh Professor Ismail Fajrie Alatas dengan mengulas pemikiran cendekiawan-cendekiawan terdahulu seperti Ernest Gellner yang menekankan kembali kekhasan kajian antropologi agama dalam memahami Islam sebagai suatu sistem institusi sosial serta bahwa ortodoksi memuat relasi kuasa yang mengejawantahkan pendapat tertentu. Sementara itu, koleganya, Dr. Martin Slama dalam presentasi ini lebih menyoroti tentang pandangan masyarakat Asia Tenggara mengenai konsep toleransi dan intoleransi dalam Islam terhadap konsep ambiguitas, menyadur pemikiran Shahab Ahmed dan Thomas Bauer, keduanya berargumen bahwa ketidakluwesan Islam dalam merespon ambiguitas kini adalah implikasi dari modernitas sehingga Islam menjadi lebih intoleran dan terkesan saklek bak sebuah ideologi.

Memperkaya diskursus studi agama dan antropologi agama dalam lokus penelitian yang lebih spesifik sangat penting bagi perkembangan kajian yang kontemporer serta wawasan bagi masyarakat luas, sebagai diskusan, Dr. Sita Hidayah dalam komentarnya menyebutkan bahwa penelitian ini memberikan wawasan lebih luas karena menggeser fokus kajian Islam ke arah Asia Tenggara. Melalui berbagai seminar, lokakarya, dan diskusi seperti ini Departemen Antropologi berkomitmen untuk mewujudkan Sustainable Development Goals di antaranya SDGs 4 pendidikan yang berkualitas dan SDGs 17 kemitraan untuk mencapai tujuan bersama.

Penulis: Novilatul Ananda Ramadhani

Foto: Puspita Nindya Sari

Editor: Admin Humas FIB

Mengangkat Psikologi Raos dan Ikon Gathotkaca Krodha, Mahasiswa Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Meraih Juara 3 Esai pada Event Parab Kawi #6

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSTICKY NEWS Senin, 26 Agustus 2024

Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) memiliki beragam mahasiswa dengan segudang prestasi, baik dari bidang akademik maupun bidang non-akademik. Kali ini, kabar gembira datang dari salah satu mahasiswanya, Muhammad Siswoyo, dari Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa. Mahasiswa angkatan 2022 ini berhasil meraih juara ketiga dalam kompetisi esai pada acara Parab Kawi #6, sebuah ajang bergengsi yang mengangkat tema “Luhuring Kabudayan lan Kasusastran Jawi, Amrih Kalokaning Nagari”.

Kompetisi Parab Kawi tahun ini menghadirkan dua kategori perlombaan, yaitu esai dan kaligrafi. Pada kategori esai, subtema yang diangkat adalah “Tradisi Nilai-Nilai Budaya Jawa, Pengetahuan, dan Teknologi”. Dalam kesempatan ini, Muhammad Siswoyo menyajikan esai yang berjudul “Penggambaran Psikologi Raos Gathotkaca Krodha sebagai Entitas Destruktif dalam Pocapan Abur-aburan Gathotkaca Wayang Kulit Jawa Timuran”.

Esai tersebut membahas tentang pocapan (pengisahan suatu peristiwa pada pergelaran wayang kulit) Abur-aburan yang menggambarkan Gathotkaca Krodha ‘Gatotkaca yang sedang marah’, khususnya pada bagian tubuh dari salah satu anak Werkudara tersebut. Anggota tubuh Gathotkaca Krodha diibaratkan sebagai beragam alat penghancur, seperti gunting, pacul, dsb. Hal tersebut nyatanya relevan dengan bentuk wayang Gathotkaca Krodha yang juga dilukiskan demikian. Konsep ini juga sejalan dengan psikologi raos, yang mengaitkan keadaan rasa seseorang dengan kemampuan untuk menciptakan keadaan tertentu, seperti kemarahan dan kehancuran.

Pergelaran wayang kulit tidak hanya merupakan bentuk kesenian, tetapi juga ‘miniatur’ keragaman budaya Indonesia. Terkandung berbagai unsur kesenian, dari penyajian, permainan, hingga detail bentuk wayang dan ada. Seni tutur dalam pertunjukan wayang kulit juga berperan penting dalam ‘menghidupkan’ pertunjukan serta mengantarkan audiens ke ‘gerbang’ kesastraan serta pesan moral dan makna filosofis yang ada.

Penggalian pengetahuan budaya dapat dilakukan untuk mengetahui alam pandang sebuah masyarakat. Dengan mengetahui pola pikir masyarakat, kita dapat meningkatkan pendidikan sekaligus memahami keberagaman dalam sebuah bingkai harmoni. Dengan demikian, perlombaan tersebut sesuai dengan butir-butir Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yaitu poin ke-4 (meningkatkan kualitas pendidikan) dan poin ke-17 (kemitraan untuk mencapai tujuan).

REFERENSI GAMBAR

Tokohwayangpurwa.blogspot.com. (2009, Oktober). Gatotkaca. Diakses pada https://tokohwayangpurwa.blogspot.com/2009/10/gatutkaca.html.

Mahasiswa Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM Meraih Juara 3 (최우수상) Kategori Individu Orang Asing dalam The 28th K-Speech World Contest

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSTICKY NEWS Senin, 26 Agustus 2024

Laos, 16 Agustus – Mahasiswa Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM, Anggita Lintang Herdiwan (2022) maju sebagai perwakilan dari Indonesia dalam The 28th K-Speech World Contest. Sebelumnya, Anggita telah berhasil mendapatkan Juara I dalam The 22th K-Speech Oratory Contest Indonesia. Dengan diraihnya Juara I, Anggita dapat menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam The 28th K-Speech World Contest. Kompetisi tersebut dilaksanakan pada 16 Agustus 2024 di Lao National Cultural and Arts Hall, Laos.

Acara diawali dengan pertunjukan Demonstrasi Pidato Oratoris dan penampilan dari Presiden Trot, Lee Seung Yul. Lalu, upacara pembukaan dimulai dengan masuknya perwakilan dari 20 negara, yaitu Prancis, Etiopia, Indonesia, Timor Leste, Sri Lanka, Australia, Jepang, Filipina, Cina, Mongolia, Kyrgyzstan, Uzbekistan, Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Korea Selatan. Dilanjutkan dengan pidato pembukaan dan sambutan dari pihak terkait, serta pengumuman aturan penjurian. 

Pelaksanaan lomba pidato dilakukan berdasarkan urutan yang telah diacak sehari sebelumnya. Dimulai dari kategori tim yang terdiri 6 tim, kategori individu orang asing yang terdiri dari 16 orang, sekolah dasar sebanyak 9 orang, sekolah menengah 6 orang, umum dan mahasiswa sebanyak 4 orang, dan kategori Orang Korea yang tinggal di luar negeri sebanyak 7 orang. Setelah juri memberikan evaluasi penilaian secara menyeluruh, terdapat penampilan budaya dari Laos. Acara ini pun diakhiri dengan upacara pemberian penghargaan dan upacara penutupan. 

Sebagai salah satu perwakilan dari Indonesia, Anggita berhasil mendapatkan 최우수상 atau penghargaan yang setara dengan Juara III yang dianugerahkan oleh 통일부 (Ministry of Unification). 

Perlombaan ini dapat mewadahi potensi diri mahasiswa, yaitu kemampuan berbicara menggunakan bahasa Korea di hadapan umum. Hal tersebut merupakan salah satu potensi yang diharapkan oleh Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM untuk dimiliki setiap mahasiswanya. Tentunya, hal tersebut bisa tercapai atas keberanian mahasiswa dan bekal-bekal yang diberikan oleh seluruh dosen prodi.

 

1234…11

Rilis Berita

  • Promosi Doktor Arina Isti’anah: Membongkar Wacana Ekologis dalam Promosi Pariwisata Indonesia
  • Budaya dalam Antrean: Ketika Taiwan dan Indonesia Memiliki Cara Sendiri
  • Undangan dari Para Malaikat: Selamat Datang di Omah Petroek
  • Dari Hikayat Ke Kandha: Interaksi Sastra Melayu-Jawa Dalam Pembentukan Pakem Lakon Wayang Purwa
  • Dari Taiwan ke Yogyakarta untuk Menjadi Bunga yang Mekar: Kehidupan Magang Pan Ke En di FIB UGM

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY