Membuka tahun ajaran baru, pada 14 Agustus 2024 lalu Departemen Antropologi UGM, The Center for Religious and Cross-cultural Studies, serta Indonesian Consortium for Religious Studies menyelenggarakan Seminar Antropologi Agama bertajuk “Islam, Ambiguity, and (In)Tolerance: Perspectives from Southeast Asia” yang dilangsungkan di Auditorium gedung Soegondo FIB UGM. Pada kesempatan ini Professor Ismail Fajrie Alatas dan Dr. Martin Slama sebagai pembicara membawakan work-in-progress yang sedang digarap keduanya.
Seminar dibuka oleh Professor Ismail Fajrie Alatas dengan mengulas pemikiran cendekiawan-cendekiawan terdahulu seperti Ernest Gellner yang menekankan kembali kekhasan kajian antropologi agama dalam memahami Islam sebagai suatu sistem institusi sosial serta bahwa ortodoksi memuat relasi kuasa yang mengejawantahkan pendapat tertentu. Sementara itu, koleganya, Dr. Martin Slama dalam presentasi ini lebih menyoroti tentang pandangan masyarakat Asia Tenggara mengenai konsep toleransi dan intoleransi dalam Islam terhadap konsep ambiguitas, menyadur pemikiran Shahab Ahmed dan Thomas Bauer, keduanya berargumen bahwa ketidakluwesan Islam dalam merespon ambiguitas kini adalah implikasi dari modernitas sehingga Islam menjadi lebih intoleran dan terkesan saklek bak sebuah ideologi.
Memperkaya diskursus studi agama dan antropologi agama dalam lokus penelitian yang lebih spesifik sangat penting bagi perkembangan kajian yang kontemporer serta wawasan bagi masyarakat luas, sebagai diskusan, Dr. Sita Hidayah dalam komentarnya menyebutkan bahwa penelitian ini memberikan wawasan lebih luas karena menggeser fokus kajian Islam ke arah Asia Tenggara. Melalui berbagai seminar, lokakarya, dan diskusi seperti ini Departemen Antropologi berkomitmen untuk mewujudkan Sustainable Development Goals di antaranya SDGs 4 pendidikan yang berkualitas dan SDGs 17 kemitraan untuk mencapai tujuan bersama.
Penulis: Novilatul Ananda Ramadhani
Foto: Puspita Nindya Sari
Editor: Admin Humas FIB