• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • Rilis Berita
  • hal. 4
Arsip:

Rilis Berita

Mike McGovern dari Universitas Michigan : Apakah Rasa Sakit Hati Merusak secara Politik, atau Bisakah Ia Membangun?

AKADEMIKRilis BeritaSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Jumat, 13 Juni 2025

Yogyakarta, 13/06/2025 – Departemen Antropologi Budaya menghadirkan  Mike McGovern dari University of Michigan menjadi narasumber dalam seminar bertajuk “Resentment Three Ways : Is Resentment Politically Destructive, or Can it be Constructive?” Acara ini di hadiri Mahasiswa Antropologi Budaya yang ingin mengeksplorasi sifat kompleks dari rasa sakit hati dan implikasinya bagi masyarakat.

Dalam pemaparannya, Mike McGovern menyoroti bahwa sebagian besar pemikiran Eropa tentang rasa sakit hati mengikuti pandangan Friedrich Nietzsche, yang meremehkan sentimen ini sebagai bagian dari “pemberontakan budak dalam moralitas,” yang menurutnya mencirikan budaya Yahudi-Kristen. Menurut Nietzsche, rasa sakit hati dianggap sebagai emosi yang berorientasi ke masa lalu, kekanak-kanakan, dan pada akhirnya merugikan individu yang mengalaminya.

Seminar ini bertujuan untuk menggali lebih dalam sifat multifaset dari rasa sakit hati, terutama dalam konteks pendidikan dan resolusi konflik. Mike McGovern menekankan bahwa memahami rasa sakit hati sangat penting untuk mendorong dialog dan mempromosikan perdamaian di masyarakat yang dilanda konflik. Ia berargumen bahwa rasa sakit hati dapat mengarah pada hasil politik yang merusak atau berfungsi sebagai katalis untuk perubahan konstruktif, tergantung pada bagaimana ia dikelola.

Mike McGovern mempresentasikan tiga studi kasus dari Myanmar, Guinea, dan Amerika Serikat untuk menggambarkan bagaimana rasa sakit hati beroperasi dalam konteks sosial dan ekonomi yang berbeda, masing-masing menghasilkan arah dan hasil yang berbeda. Di Myanmar, misalnya, rasa sakit hati telah memicu konflik etnis yang berkepanjangan, memperburuk perpecahan dan menghambat kemajuan menuju rekonsiliasi. Sementara itu, situasi di Guinea menunjukkan bagaimana rasa sakit hati kolektif terhadap warisan kolonial telah memicu gerakan untuk keadilan sosial dan reformasi politik.

Sepanjang seminar, McGovern mendorong peserta untuk merenungkan pengalaman mereka sendiri dengan rasa sakit hati dan mempertimbangkan bagaimana perasaan ini dapat diubah menjadi tindakan positif. Ia menekankan pentingnya pendidikan dalam proses ini, karena pendidikan memberikan individu alat untuk terlibat dalam dialog konstruktif dan resolusi konflik.

Saat seminar berakhir, para peserta meninggalkan acara dengan pemahaman baru tentang sifat ganda rasa sakit hati. Meskipun dapat menjadi sumber perpecahan dan konflik, rasa sakit hati juga memiliki potensi untuk menginspirasi perubahan dan memupuk persatuan ketika didekati dengan bijaksana. Acara ini menekankan pentingnya menangani emosi seperti rasa sakit hati dalam upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama dalam bidang pendidikan dan resolusi konflik.

[Humas FIB, Alma Syahwalani]

Mengenal Tutor: Yohan Akbariantoro

INCULSRilis BeritaSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Kamis, 12 Juni 2025

Yogyakarta, 10/06/2025 – Di tengah meningkatnya arus mobilitas global dan pertukaran budaya, peran seorang tutor tidak lagi sekadar mengajarkan bahasa, melainkan juga menjadi penghubung antarbudaya yang membantu memperkuat pemahaman lintas bangsa. Yohandra Akbariantoro adalah salah satu tutor yang menjalani peran ini dengan penuh dedikasi. Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Prancis Angkatan 2022 di Universitas Gadjah Mada ini bergabung dengan Indonesian Culture and Language Learning Service (INCULS) sejak tahun 2023, dan sejak itu aktif terlibat dalam berbagai program pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), di antaranya program Kokushikan University (2023 dan 2024), Monash Global Immersion 2024, Development Studies Immersion Program (DSIP) 2024, serta Kemitraan Negara Berkembang (KNB) 2023–2024.

Di antara seluruh program yang diikuti, KNB memberikan kesan yang paling mendalam bagi Yohan. Hubungan yang terjalin dengan mahasiswa, seperti dengan Mohammed Albohisi yang merupakan mahasiswa KNB 2023–2024 ternyata tidak hanya berhenti di dalam kelas. Hingga saat ini komunikasi masih terjalin, mencerminkan bagaimana proses pembelajaran bahasa dapat membentuk jejaring antarpribadi yang berkelanjutan dan bermakna. Pengalaman ini sekaligus menunjukkan bahwa pendidikan bahasa memiliki peran penting dalam memperkuat rasa saling pengertian di tingkat global.

Adalyna, Yohan merasa kurang percaya diri karena belum memiliki pengalaman sebelumnya dalam pengajaran BIPA. Oleh karena itu, ia memilih pendekatan yang berpusat pada kebutuhan mahasiswa. Ia lebih banyak berbagi trivia tentang Indonesia, seperti tempat-tempat menarik, budaya, dan kuliner lokal. Selain itu, Yohan sering memulai percakapan seputar kehidupan sehari-hari, permasalahan yang dihadapi mahasiswa di kelas, maupun rencana mereka selama tinggal di Indonesia. Pendekatan ini membuka ruang diskusi yang lebih cair dan personal, membantu mahasiswa merasa lebih nyaman. Bila mahasiswa menghadapi kendala, misalnya belum memahami kosakata tertentu, Yohan tidak segan mengajak mereka mencari solusi bersama, seperti menggunakan kamus secara kolaboratif.

Dalam proses pengajaran, Yohan juga belajar mengatasi stereotipe. Ketika pertama kali berinteraksi dengan mahasiswa, ia mengakui adanya rasa ketidaktahuan terhadap latar belakang budaya mereka. Namun, seiring terjalinnya hubungan, persepsi tersebut perlahan memudar. Ia berupaya menjaga interaksi yang terbuka dan saling menghormati. Misalnya, dalam menghadapi perbedaan norma sosial sehingga Yohan selalu menekankan pentingnya kesesuaian dengan konteks lokal dan waktu. Selain itu, ia berusaha menghindari bias  dengan memperlakukan setiap mahasiswa dengan rasa hormat, terlepas dari asal usul mereka.

Pengalaman mengajar mahasiswa dari berbagai program memperkaya pemahaman Yohan. Mahasiswa laki-laki dari Kokushikan University tahun 2023 cenderung sangat akademis, sementara mahasiswa pada program tahun berikutnya lebih bebas dan gemar mengeksplorasi. Mahasiswa KNB umumnya sangat ambisius karena mengejar gelar akademik. Sementara itu, mahasiswa perempuan dari DSIP lebih berfokus pada konteks kelas, sehingga interaksi di luar topik akademik menjadi lebih terbatas. Setiap program membawa dinamika tersendiri, dan Yohan berusaha menyesuaikan pendekatan agar sejalan dengan tujuan program tersebut. Ia juga menerapkan bahasa nonformal dalam pengajaran, agar suasana belajar tidak terasa kaku.

Di luar kelas, Yohan kerap mengajak mahasiswa mengunjungi berbagai tempat, seperti Museum Sonobudoyo, Malioboro, Wisdom Park, dan Mirota Kampus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya pemahaman mereka tentang budaya Indonesia secara langsung. Selain itu, Yohan juga sering berdiskusi dengan dosen pengajar untuk mendapatkan perspektif tambahan dalam membimbing mahasiswa.

Namun, perjalanan sebagai tutor bukan tanpa tantangan. Menjaga dinamika interaksi yang seimbang menjadi tantangan tersendiri, terutama ketika mahasiswa memandang sesi tutor sebagai formalitas belaka. Mengajarkan tata bahasa juga membutuhkan ketelitian; Yohan mengakui bahwa ia sempat mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi imbuhan, sehingga memilih untuk memfokuskan pengajaran pada satu variabel terlebih dahulu agar lebih mudah dipahami. Masalah bahasa pun kerap muncul, contoh ketika mahasiswa bukanlah penutur asli atau mahir dengan bahasa Inggris dan juga karena beberapa mahasiswa sedang dalam proses bahasa Indonesia. Selain itu, Yohan juga belajar untuk tetap profesional meskipun menghadapi kendala pribadi. Menariknya, peran tutor kadang meluas menjadi teman curhat bagi mahasiswa, yang merasa lebih nyaman berbagi cerita dengan rekan sebaya.

Bagi Yohan, peran tutor sejatinya bukan sebagai pengajar utama, melainkan sebagai pendamping proses belajar. Tidak ada kewajiban untuk “menyelesaikan” pembelajaran, melainkan membantu mahasiswa menghadapi kendala dan mengomunikasikan hal tersebut kepada pengajar di kelas agar menjadi bahan evaluasi. Interaksi yang erat antara tutor dan pengajar dinilai penting, karena mahasiswa cenderung lebih nyaman membicarakan permasalahan dengan tutor. Selain itu, menurutnya dibutuhkan pelatihan tambahan bagi tutor dan pengajar, agar keduanya memahami bahwa mereka merupakan bagian integral dari program pembelajaran secara keseluruhan.

Menjadi tutor membawa dampak positif bagi Yohan. Ia semakin memahami lingkungan yang kosmopolitan, dengan beragam pemikiran dan latar belakang. Pengalaman ini membantunya mengembangkan sikap yang lebih terbuka dan mengurangi kecenderungan dalam pemikiran stereotip. Selain itu, perannya sebagai tutor meningkatkan kemampuan komunikasi antarbudaya dan memperluas wawasan tentang negara-negara lain. Kesempatan ini juga menjadi ajang untuk melatih keterampilan berbahasa secara aktif.

Ke depan, Yohan berharap INCULS dapat menyediakan lingkungan pengajaran yang lebih mendukung, baik dari segi infrastruktur maupun tenaga operasional. Ia juga menyarankan agar INCULS membangun ikatan yang lebih kuat antara pengajar dan tutor, demi menciptakan kerja sama yang lebih harmonis. Selain itu, menurutnya, fakultas sebaiknya tidak lagi terlalu mengandalkan tenaga part-time untuk tugas-tugas administrasi yang berat, karena hal tersebut di luar lingkup kerja tutor.

Menutup refleksinya, Yohan menyampaikan bahwa di balik segala tantangan yang ada, INCULS tetap menjadi lembaga yang ramah, asyik, dan inklusif bagi siapa pun yang terlibat di dalamnya. Ia menganalogikan bahwa pengajar dan tutor adalah wajah INCULS, koordinator adalah kepala, sementara staf administrasi adalah tangan, kaki, serta darah yang membuat INCULS terus berjalan. Melalui peran dan dedikasi para tutor seperti Yohan, INCULS terus berkontribusi dalam membangun jembatan antarbudaya yang memperkaya pemahaman global.

[INCULS, Thareeq Arkan Falakh]

Qurban FIB UGM 1446 H: Semangat “Guyub Rukun” Membangun Kebersamaan di Lingkungan Kampus

Rilis Berita Rabu, 11 Juni 2025

Yogyakarta, 8/6/2025 – Rasa syukur dan bahagia menyelimuti sivitas akdemika FIB UGM pada pelaksanaan kegiatan Qurban Idul Adha 1446 H di lingkungan FIB UGM. Kegiatan ini diselenggarakan dengan tujuan untuk berbagi kebahagiaan dan mempererat tali silaturahmi serta kerukunan di antara seluruh civitas academica FIB UGM.

Pelaksanaan Qurban tahun ini melibatkan penyembelihan 3 ekor sapi. Acara dimulai dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Bapak Jawat, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan penting. Dekan FIB UGM dan Ketua Takmir, Bapak Musadad, keduanya menyampaikan pidato dan sambutan yang menekankan pentingnya melestarikan kegiatan Qurban ini. Mereka menyoroti bahwa selain sebagai bentuk ibadah dan kesempatan untuk berbagi kepada sesama, kegiatan Qurban bersama juga berperan krusial dalam memupuk kebersamaan dan kerukunan di lingkungan fakultas, dengan semangat “guyub rukun” (kebersamaan dan kerukunan) sebagai inti pesan yang disampaikan.

Acara berjalan dengan lancar dan penuh kehangatan, diikuti oleh seluruh peserta dan panitia dengan antusiasme yang tinggi. Diharapkan kegiatan positif semacam ini dapat terus dilaksanakan dan menjadi tradisi yang berkesinambungan di FIB UGM.

[Humas FIB UGM, Candra Solihin]

Taklukkan Tantangan, Pulang Bawa Juara: Mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM di Kompetisi Debat Bahasa Korea Tingkat Nasional

AKADEMIKKejuaraanRilis BeritaSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Rabu, 11 Juni 2025

Jakarta, 23 Mei 2025 – Dua mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM berhasil meraih Juara 2 dalam Kompetisi Debat Bahasa Korea untuk Mahasiswa Indonesia tingkat Nasional. Kompetisi tersebut bertempat di auditorium 1, CGV FX Sudirman pada hari Jumat, 23 Mei 2025. Babak semifinal-final ini diikuti oleh peserta terpilih dari berbagai perguruan tinggi, dua di antaranya adalah perwakilan dari prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM.

Berbeda dari format lomba debat pada umumnya, dalam babak ini para peserta tidak mengetahui mosi ataupun teman tim hingga hari pelaksanaan berlangsung, karena seluruh pembagian dilakukan secara acak di lokasi lomba. Pada babak semifinal tim dibagi menjadi format 3 lawan 3 dengan mosi “학생의 편리를 위해 대학교 도서관이 24시간 운영을 해야 된다” (“Demi kenyamanan mahasiswa, perpustakaan universitas harus beroperasi selama 24 jam”). Dua mahasiswa perwakilan UGM, Adzini dan Melinda, berada di satu tim yang sama dan berhasil lolos ke babak final. Pada babak final, Adzini dan Melinda kembali berada di tim yang sama. Babak final dilanjutkan dengan mosi “소셜미디어 상에서의 익명성은 긍정적인 영향보다는 부정적인 영향을 더 많이 초래한다” (“Anonimitas di media sosial membawa dampak negatif yang lebih besar daripada dampak positifnya”).

Kompetisi ditutup dengan komentar dari dewan juri, penampilan dance cover, serta sesi penghargaan. Dalam kompetisi ini, perwakilan prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Adzini Nurul Fatima Juliani dan Ferdinanda Melinda Suryaningrum, berhasil meraih Juara 2 pada kategori tim.

Dalam wawancara terpisah, Melinda membagikan pengalamannya, “Sebelum kompetisi dimulai banyak pikiran yang terbesit di kepala, terutama karena membawa nama UGM dan prodi yang sudah membiayai perjalanan kami hingga ke Jakarta. Namun, Puji Tuhan kami berhasil memberikan hasil dengan meraih juara 2. Meskipun bukan hasil terbaik, tetapi hasil tersebut kami dapatkan dengan usaha yang semaksimal mungkin. Kompetisi ini adalah bagian baru yang tak terlupakan dalam hidup saya.”

Sementara itu, Adzini juga turut berbagi cerita tentang perjalanan dan tantangan yang ia hadapi dalam kompetisi ini, “Dulu, saya adalah orang yang tidak berani bersuara, bahkan untuk menyampaikan pendapat pun saya merasa kesulitan. Namun kini, bisa menjadi peserta kompetisi debat dan meraih juara dua adalah sebuah pencapaian yang membanggakan bagi saya. Menurut saya, tantangan terbesar dalam sebuah kompetisi bukan datang dari lawan, melainkan dari dalam diri sendiri. Selama menjalani kompetisi ini, saya sempat meragukan kemampuan diri saya. Apakah saya benar-benar bisa? apalagi saat harus membawa nama universitas dan prodi. Namun, di tengah keraguan itu, saya pun teringat kata-kata dari salah satu sunbae: “Menang itu bonus. Yang penting, kita selesaikan apa yang sudah kita mulai.” Apapun hasilnya saya mensyukurinya karena ini adalah usaha yang sudah saya kerahkan. 결국 이 경험을 통해 다시 성장할 수 있으니까요. 그리고 마지막으로, 이 자리에 설 수 있게 도와주신 모든 분들께 감사드립니다. 모두의 응원 덕분입니다~!! (“Pada akhirnya, melalui pengalaman ini saya bisa kembali berkembang. Dan terakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu saya hingga bisa berdiri di sini. Semua ini berkat dukungan dari semua orang~!!”).

(Bahasa dan Kebudayaan Korea, Sherina Azmi)

Candra Solihin Raih Juara 3 Putra Duta Bahasa DIY 2025

Rilis BeritaSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Rabu, 11 Juni 2025

Yogyakarta, 23 Mei 2025 — Mahasiswa Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Candra Solihin, berhasil meraih Juara 3 Putra dalam ajang Pemilihan Duta Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2025. Penghargaan tersebut diumumkan pada Malam Penganugerahan yang digelar pada Jumat, 23 Mei 2025 pukul 19.00 WIB di Ruang Bima, Balai Kota Yogyakarta.

Dalam malam final yang penuh antusiasme tersebut, Candra tampil membanggakan bersama Elvira Sundari, rekan satu jurusan dari Sastra Arab UGM, yang berhasil meraih Juara 1 Putri. Keduanya menunjukkan prestasi luar biasa dalam ajang yang bergengsi ini dan turut mengharumkan nama Universitas Gadjah Mada.

Pemilihan Duta Bahasa DIY merupakan program tahunan yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Yogyakarta (BBY) untuk menjaring generasi muda yang berkompeten di bidang kebahasaan dan kesastraan. Proses seleksi berlangsung jauh sebelum malam penganugerahan, dimulai dari seleksi berkas, kemudian dilanjutkan dengan wawancara, pembekalan, hingga penjurian pada malam puncak. Materi yang diujikan meliputi potensi diri, wawasan kebahasaan, serta kemampuan bahasa asing.

Kepala BBY, Drs. Anang Santosa, M.Hum., menegaskan bahwa Duta Bahasa bukan hanya ajang kompetisi, tetapi wadah untuk mencetak agen perubahan yang mampu menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, serta menguasai bahasa asing. Ajang ini juga selaras dengan upaya pencapaian SDGs 4: Quality Education dan SDGs 16: Peace, Justice and Strong Institutions melalui pemberdayaan generasi muda dalam penguatan literasi, bahasa, dan budaya.

[Humas FIB UGM, Candra Solihin]

123456…215

Rilis Berita

  • Nasi Goreng Beda Negara : Taiwan Kalem, Indonesia Meriah!
  • Warisan Budaya dan Komunitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengalaman Gastronomi Generasi Z
  • Magang Lintas Budaya di FIB UGM: Cerita Dewa, Mahasiswa Taiwan yang Berani Mencoba
  • Mahasiswa BKK UGM Tunjukkan Aksi Membanggakan dalam The 23rd Indonesian K-Speech Oratory Contest
  • Tokoh Perempuan Jadi Simbol Demokrasi Radikal dalam Karya Sastra: Pembacaan Politik dalam SEMEJA IV

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY