
Jakarta, 28 Juni 2025 – Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea FIB UGM kembali menunjukkan kiprahnya dalam ajang bergengsi The 23rd K-Speech Contest yang diselenggarakan oleh K-Speech Eloquence Association Indonesia di Lotte 360 Shopping Avenue, Jakarta. Acara yang mempertemukan berbagai universitas di Indonesia ini menjadi wadah untuk menampilkan kemampuan berpidato dalam Bahasa Korea sekaligus memperkenalkan pertunjukan budaya.
Tim UGM tiba di lokasi sebelum pukul 09.00 WIB untuk melakukan gladi resik. Sebagai bagian dari pertunjukan, tim talchum (tari topeng Korea) menampilkan tarian khas Korea sebagai representasi budaya Korea yang dibawakan oleh UGM. Perlombaan kemudian dimulai dengan kategori big group, yang diikuti oleh tim dari UNAS, UGM dan UI.
Tim big group UGM yang berjumlah 20 orang, berhasil meraih Juara Pertama dan berhak membawa pulang hadiah sebesar Rp5.000.000 beserta medali. Kemenangan ini menjadi hasil dari kerja keras tim yang telah berlatih secara intensif dan menunjukkan kekompakan di atas panggung.
Setelah kategori big group, perlombaan dilanjutkan ke kategori individu dan tim kecil (2–3 orang). UGM mengirimkan perwakilan individu, Oryza Sativa Rosyadi (angkatan 2023), yang menyampaikan pidato berjudul “Impian dari Pemuda.” Sementara itu, pada kategori tim kecil, UGM mengirimkan dua tim. Tim pertama beranggotakan Adzini, Layla, dan Mulya. Mereka membawakan pidato dengan mengangkat tema tentang persamaan hak untuk teman-teman yang menggunakan bahasa Isyarat. Tim kedua yang beranggotakan Tamara, Theresia, dan Nasywa, membawakan orasi tentang peran fans Kpop dalam demokrasi saat ini baik di Korea dan di Indonesia. Meskipun belum berhasil meraih kemenangan di kategori individu dan tim kecil, seluruh peserta dari UGM telah menunjukkan performa terbaik mereka dan mendapatkan pengalaman berharga yang membekas.
Para peserta dari Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM membagikan kesan dan pesan mereka usai mengikuti The 23rd K-Speech Contest. Theresia Chindyawati, mahasiswa angkatan 2024, mengungkapkan bahwa berpidato dalam grup kecil menjadi pengalaman yang baru dan sangat berkesan. Bagi Theresia dan timnya, kemenangan bukanlah tujuan utama. Dapat berdiri di atas panggung dan menyampaikan pidato yang telah mereka siapkan dengan sungguh-sungguh sudah menjadi kebanggaan tersendiri. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para dosen dan teman-teman atas bimbingan dan dukungan yang diberikan. Melalui pengalaman ini, ia menyadari bahwa berbicara di depan umum ternyata tidak semenakutkan yang dibayangkan, justru memberikan semangat baru untuk lebih berani dan percaya diri ke depannya.
Sementara itu, Difta Sakina dari angkatan 2023 juga mengaku mendapat pengalaman yang sangat berkesan saat mengikuti kategori Big Group. Ia menekankan pentingnya kekompakan, kerja sama, dan rasa saling percaya dalam satu tim. Difta pun menyampaikan apresiasi kepada Ibu Alfiana selaku dosen pembimbing, serta kepada para dosen dan teman-teman yang terus memberikan dukungan selama proses latihan hingga tampil di panggung. Baginya, proses menyatukan suara, peran, dan semangat dalam satu tim besar bukan hal yang mudah, namun sangat bermakna.
Di sisi lain, Oryza Sativa Rosyadi, juga dari angkatan 2023, untuk pertama kalinya mengikuti kompetisi pidato Bahasa Korea kategori individu secara luring. Ia mengungkapkan perasaan campur aduk—gugup, takut lupa teks, namun juga antusias karena mendapat kesempatan menyampaikan pidato di hadapan banyak orang. Menurutnya, kemenangan hanyalah bonus, sementara pengalaman tampil di atas panggung dan berbicara sepenuh hati menjadi pelajaran paling berharga. Ia yakin pengalaman ini akan sangat membantunya untuk berkembang di masa depan.
Partisipasi mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM dalam ajang The 23rd K-Speech Contest tidak hanya mencerminkan kemampuan berbahasa Korea yang mumpuni, tetapi juga semangat dan keberanian. Melalui pengalaman ini, para peserta pulang membawa prestasi dan pembelajaran berharga yang membangun rasa percaya diri dan semangat untuk terus berkembang.
Penulis: Nisa Khairuna Sabilla dan Sherina Azmi