Yogyakarta, 9 September 2025 – Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM), sebuah program pengabdian mahasiswa yang menjadi tradisi akademik sekaligus bentuk tanggung jawab sosial perguruan tinggi kepada masyarakat. Program yang berlangsung selama 50 hari, mulai 20 Juni hingga 8 Agustus 2025 ini, menempatkan mahasiswa di berbagai daerah untuk berinteraksi dengan masyarakat, mengidentifikasi kebutuhan, serta menghadirkan solusi kreatif berbasis keilmuan. Dari sekian banyak program yang diinisiasi mahasiswa, salah satu yang menarik perhatian adalah P4 Carakan (Pengenalan, Pembelajaran, Pelatihan, dan Penerapan Carakan), sebuah upaya konkret untuk melestarikan sekaligus membumikan Aksara Jawa di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Program ini digagas oleh Dhiny Maulina Mahanani, mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, dan dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Pacitan, Desa Bungur, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Dhiny menjelaskan, latar belakang program ini berangkat dari rendahnya minat siswa dalam mempelajari muatan lokal, terutama materi Aksara Jawa yang kerap dianggap rumit. Oleh sebab itu, dirinya menyusun metode pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan. Kegiatan dimulai dengan pemutaran video animasi mengenai sejarah Aksara Jawa, dilanjutkan dengan pengenalan dasar-dasar Carakan, aturan penggunaannya, serta kuis interaktif berhadiah untuk melatih keberanian siswa dalam berpendapat. Hal tersebut membuahkan dengan antusiasme siswa yang terbukti meningkat, melalui keaktifan dan beragam pertanyaan yang diutarakan
“Tujuan dari program ini adalah menghilangkan anggapan bahwa belajar Aksara Jawa itu sulit, sekaligus meningkatkan minat generasi muda terhadap pengetahuan lokal. Ini menjadi bagian dari upaya nyata dalam melestarikan budaya Jawa,” ujar Dhiny dalam wawancara daring, 30 September 2025.
Pada awalnya, program direncanakan hanya akan ditujukan hanya untuk siswa kelas 3. Namun, berkat dukungan pihak sekolah, target pengajaran meluas menjadi seluruh siswa kelas 1-6 dengan total peserta 109 siswa. Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam penyelenggaraan program.
Meski menghadapi tantangan dalam mengelola jumlah siswa yang cukup besar, Dhiny mengaku terbantu dengan metode interaktif yang mampu menjaga fokus dan semangat peserta. Dukungan dari pihak sekolah juga menjadi kunci sukses terselenggaranya program ini. “Saya bangga dan bahagia karena dapat membagikam ilmu serta berhasil menarik hati siswa untuk belajar pengetahuan lokal. Saya juga terharu sebab seluruh guru & siswa merasakan perubahan terhadap semangat siswa dalam belajar,” tambahnya.
Kehadiran program P4 Carakan menjadi contoh bagaimana kegiatan KKN dapat berfungsi untuk memberdayakan masyarakat sekaligus membumikan budaya lokal yang mulai terpinggirkan. Program P4 Carakan menjadi bukti bahwa upaya nguri-uri (melestarikan) dan ngurip-urip (menghidupkan) budaya dapat dimulai dari ruang kelas kecil di daerah. Dengan kerjasama yang berkesinambungan, pelestarian budaya tidak hanya terhenti pada tataran simbolik, melainkan juga dapat menemukan relevansinya di tengah kehidupan masyarakat, yakni sebagai bentuk identitas bangsa dan kekayaan budaya Nusantara.
[Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa, Haryo Untoro]