Bersama dengan Pusat Studi Kebudayaan dan Pusat Studi Bencana UGM, mahasiswa prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa berkesempatan terjun langsung ke dalam lingkungan masyarakat dalam rangka pengabdian. Kegiatan ini melibatkan angkatan 2023 dan 2024, yaitu ada Abimanyu Mahendra, Yanuar Agung, Noviyanti Alfitri, Bayu Seta Ardiansyah, Maylafaizza Nafisha, Fega Achillea, Rafi Nur Fauzy, dan Rafif Wicaksono.
Kegiatan ini dipimpin oleh dosen filologi, Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum. yang sekaligus menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM saat ini. Selama dua hari (22-23 Juni 2025), tim ini berkegiatan di Padukuhan Wotawati, Kecamatan Pucung, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Desa Wotawati yang terletak di lembah unik bekas aliran Bengawan Solo Purba ini memiliki potensi sejarah dan budaya namun menghadapi permasalahan signifikan. Tantangan utamanya meliputi ketiadaan narasi komprehensif dan kredibel mengenai identitas desa yang rentan misinformasi, minimnya edukasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana hidrometeorologis, serta pelestarian budaya lokal yang belum optimal. Pengabdian masyarakat ini bertujuan memberdayakan Wotawati melalui pendekatan berbasis kearifan lokal dan edukasi partisipatif.
Maka dari itu, tim gabungan ini bermaksud menyusun sebuah karya sastra Babad Wotawati yang berisi sejarah, geografi, potensi budaya, dan edukasi kebencanaan secara holistik. Babad ini diharapkan bisa menjadi sumber rujukan resmi mengenai informasi dan jati diri desa Wotawati serta bisa menjadi peninggalan budaya yang berharga di kemudian hari. Babad ini tidak hanya menjadi media pelestarian identitas, tetapi juga sebagai alat edukasi kebencanaan yang mudah diakses masyarakat. Pelatihan tembang Macapat juga akan melengkapi upaya ini, mengangkat kembali tradisi lisan sebagai sarana penyampaian pesan kepada generasi muda. Dengan demikian, Wotawati dapat bangkit sebagai komunitas yang mandiri, berdaya, dan dikenal luas dengan narasi yang utuh serta akurat, sekaligus siap menghadapi tantangan masa depan.
Dengan demikian, dibutuhkan upaya riset yang mendalam dengan mengunjungi dan observasi secara langsung di lokasi penelitian. Mahasiswa Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa mendapat tugas melatih karawitan, mengenalkan tembang dolanan, melatih macapatan, wawancara penduduk, ataupun mendokumentasikan kegiatan.
Dengan kegiatan ini, diharapkan mahasiswa bisa menerapkan ilmu dan keahlian yang telah didapatkan selama kuliah dan bisa memberikan manfaat kepada masyarakat secara langsung.
Penulis: Haryo Untoro