Yogyakarta, 31 Juli 2025 – Kabar duka datang dari sosok inspiratif Sastrawan Jawa Modern, mendiang Eyang Catharina I Sarjoko, yang akrab disapa Nini Klenyem. Beliau lahir di Dusun Grabahan Sumberadi Mlati Sleman pada tanggal 25 November 1939 dan mengabdikan hidupnya untuk seni bercerita serta pelestarian budaya Jawa.
Sebagai penulis tertua yang masih aktif di wilayah DIY, Eyang Nini Klenyem mendapatkan berbagai penghargaan, termasuk pengakuan dari Badan Bahasa Yogyakarta (BBY). Kontribusinya terhadap sastra Jawa sangat mendalam, dengan cerkak-cerkaknya dipublikasikan di berbagai media seperti majalah Jayabaya, Jaka Lodang, Mekarsari, Memetri, dan Belik. Beliau juga menulis buku antologi cerkak berjudul “Drangsa,” yang menampilkan suara dan perspektif uniknya.
Pada tahun 2023, sekelompok mahasiswa dari Jurusan Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Alma, Deta, Rachel, dan Dian berkesempatan mengunjungi rumah Eyang Nini Klenyem untuk melakukan wawancara sebagai bagian dari lomba Reportase Sastra Jawa. Pertemuan ini menjadi momen berharga bagi para mahasiswa, karena mungkin merupakan pertemuan terakhir mereka dengan penulis yang mereka cintai. Mereka didampingi oleh Dra. Wiwien Widyawati Rahayu, M.A. , dosen pembimbing lomba pada saat itu.
Karya Eyang Nini Klenyem, terutama ceritanya yang berjudul “Nalika Surya Wis Gumlewang,” adalah bukti kemampuan sastra beliau. Kumpulan cerkak ini mencerminkan kekayaan budaya Jawa dan kompleksitas emosi manusia. Kemampuannya untuk menggabungkan tema tradisional dengan isu-isu kontemporer menjadikannya sosok penting dalam dunia sastra Jawa.
Karya Eyang Nini Klenyem juga menjadi sumber pendidikan bagi generasi mendatang. Cerita-ceritanya tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik pembaca tentang tradisi, nilai-nilai Jawa, dan pentingnya pelestarian warisan budaya. Hal ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Tujuan 4, yang menekankan pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua.
Sebagai kesimpulan, berpulangnya Eyang Nini Klenyem membuat duka mendalam bagi para penggemar sastra jawa, tetapi Eyang Nini Klenyem akan terus hidup melalui karya-karyanya dan banyaknya kehidupan yang telah beliau sentuh. Saat kita mengenang kontribusinya, marilah kita juga berkomitmen untuk menumbuhkan kecintaan terhadap sastra dan pendidikan, memastikan bahwa cerita-cerita budaya kita terus diceritakan dan dirayakan.
[Humas FIB UGM, Alma Syahwalani]
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa diterima dalam program fast track S1–S2 di Universitas Gadjah Mada. Kesempatan ini menjadi awal baru lagi untuk terus belajar, memperluas wawasan, dan memperdalam keilmuan di bidang yang saya tekuni. Proses seleksi yang cukup menantang membuat saya banyak belajar tentang ketekunan, konsistensi, dan pentingnya persiapan yang matang. Saya berterima kasih kepada dosen-dosen, teman-teman dan khususnya kepada orang tua saya yang selalu memberikan dukungan serta semangat selama proses ini.Buat teman-teman yang lagi berjuang, jangan takut ambil kesempatan ya!”
“Jujur, awalnya nggak nyangka bisa lolos Fast Track. Waktu daftar, sempat ragu juga, jadi ya semangatnya nothing to lose aja. Tapi Alhamdulillah, bersyukur banget bisa dapet kesempatan ikut seleksi dan akhirnya lolos. Terima kasih buat dosen-dosen dan pihak prodi yang udah mendukung proses seleksi dan pengembangan kami. Juga makasih banyak buat teman-teman atas dukungan dan doanya. Semoga ke depannya makin banyak mahasiswa yang termotivasi buat terus belajar dan berani ambil tantangan baru”


