• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • 2024
  • hal. 3
Arsip:

2024

Menilik Afrika dalam Kuliah Tamu Dr. Edna Agyepong ‘Social Construction and ‘Land Acces’ around Ghana’s Bui Dam’

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 9: Industri Inovasi dan Infrastruktur Senin, 30 Desember 2024

Departemen Antropologi UGM menyelenggarakan sebuah kuliah tamu yang signifikan yang menghadirkan Dr. Edna Agyepong, seorang akademisi dari University of Energy and Natural Resource. Kuliah tamu ini bertujuan untuk menjelaskan kompleksitas keragaman budaya dan pembangunan ekonomi di Afrika, khususnya di negara-negara berkembang.

Dr. Agyepong memulai kuliahnya dengan menekankan pentingnya keragaman budaya dalam membentuk praktik penggunaan tanah. Ia berargumen bahwa memahami adat dan tradisi lokal sangat penting untuk pengelolaan tanah yang efektif. “Keragaman budaya bukan hanya masalah warisan; itu adalah sumber daya vital untuk pembangunan berkelanjutan,” ujarnya. Perspektif ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB, khususnya Tujuan 4, yang mendorong pendidikan berkualitas yang mempromosikan keberlanjutan.

Kuliah ini juga menyoroti peran pendidikan untuk keberlanjutan dalam memberdayakan komunitas. Dr. Agyepong menunjukkan bahwa inisiatif pendidikan harus mengintegrasikan pengetahuan dan praktik lokal agar efektif. “Ketika kita mendidik orang tentang tanah mereka dan signifikansinya, kita memberdayakan mereka untuk membuat keputusan yang tepat,” jelasnya. Pendekatan ini menumbuhkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab di antara anggota komunitas, yang sangat penting untuk pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.

Dr. Agyepong juga membahas tantangan pengembangan ekonomi yang dihadapi banyak negara Afrika. Ia mencatat bahwa meskipun ada potensi untuk pertumbuhan, faktor eksternal seperti perubahan iklim dan fluktuasi pasar global sering menghambat kemajuan. “Negara-negara berkembang harus menavigasi tantangan ini sambil juga melestarikan identitas budaya mereka,” ujarnya. Tindakan penyeimbangan ini sangat penting untuk mencapai SDGs, khususnya Tujuan 8, yang berfokus pada mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Kuliah tamu ini juga membahas pentingnya kemitraan masyarakat sipil dalam mendorong bantuan pembangunan. Dr. Agyepong menekankan bahwa kolaborasi antara pemerintah, LSM, dan komunitas lokal sangat penting untuk pengelolaan sumber daya yang efektif. “Masyarakat sipil memainkan peran penting dalam memperjuangkan kebutuhan rakyat dan memastikan bahwa inisiatif pembangunan bersifat inklusif,” ujarnya. Pendekatan kolaboratif ini dapat menghasilkan hasil yang lebih berkelanjutan dan keterlibatan komunitas yang lebih besar.

Seiring berjalannya kuliah, Dr. Agyepong membagikan studi kasus dari berbagai negara Afrika, menggambarkan inisiatif sukses yang mengintegrasikan keragaman budaya dan praktik berkelanjutan. Contoh-contoh ini menjadi inspirasi bagi para peserta, menunjukkan potensi perubahan positif ketika pengetahuan lokal dihargai dan diintegrasikan ke dalam strategi pembangunan.

Audiens sangat terlibat selama sesi tanya jawab, di mana mahasiswa mengajukan pertanyaan tentang aplikasi praktis dari teori-teori Dr. Agyepong. Banyak yang menyatakan keinginan untuk belajar lebih banyak tentang bagaimana mereka dapat berkontribusi pada upaya pembangunan berkelanjutan di komunitas mereka sendiri. Dr. Agyepong mendorong mereka untuk mencari kemitraan dan terlibat dengan organisasi lokal untuk memberikan dampak yang berarti.

Sebagai kesimpulan, kuliah Dr. Agyepong memberikan wawasan berharga tentang kompleksitas penggunaan tanah dan keragaman budaya di Afrika. Penekanan pada pendidikan untuk keberlanjutan dan pentingnya kemitraan masyarakat sipil sangat beresonansi dengan peserta, menyoroti perlunya upaya kolaboratif dalam mencapai SDGs. Saat acara ditutup, peserta meninggalkan dengan semangat baru dan komitmen untuk mendorong pembangunan berkelanjutan di konteks mereka sendiri. Kuliah Dr. Agyepong adalah langkah signifikan dalam arah ini, menginspirasi generasi pemimpin berikutnya untuk merangkul keragaman budaya dan bekerja menuju masa depan yang berkelanjutan.

[Humas FIB UGM, Sandya Kirani]

MAGANG GEMILANG: Bahasa dan Sastra Prancis Diskusi Meja Bundar IFI-LIP Yogyakarta bersama Akademisi di Hari Perempuan Internasional

Rilis BeritaSDGSSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 5: Kesetaraan Gender Senin, 30 Desember 2024

Jumat, 8 Maret 2024 – Institut Français Indonésie-Lembaga Indonesia Prancis (IFI-LIP) Yogyakarta mengadakan diskusi meja bundar yang berjudul Gender-based violence in a digital society sebagai wujud perayaan hari perempuan secara internasional. Kegiatan ini mengundang Wening Udasmoro (dosen S1 Bahasa dan Sastra Prancis) dan Ratna Noviani (dosen S2 Kajian Budaya dan Media) dari Universitas Gadjah Mada. Selain kedua akademisi tersebut, IFI juga menghadirkan Marie Nastorg (mahasiswa S3 droit de la non-discrimination) dari Conservatoire National des Arts et Métiers secara daring. Kegiatan diskusi ini ditempatkan di auditorium IFI, bersama François Dabin sebagai moderator diskusi. Diskusi meja bundar ini dihadiri kurang lebih 105 peserta. Jumlah dari kehadiran peserta ini tentunya dipengaruhi dari tema diskusi yang menarik dan penting untuk dipahami, yaitu kekerasan berbasis gender online atau disingkat sebagai KBGO. 

Diskusi meja bundar yang dituturkan bahasa Inggris ini merupakan salah satu upaya nyata dalam pembangunan berkelanjutan, poin ke-4 dan 5, yaitu pendidikan berkualitas dan kesetaraan gender. Hal ini dibuktikan dari tema dan hal apa saja yang disampaikan oleh seluruh narasumbernya. Pertama, menurut Nastorg, sebagai narasumber pertama yang menyampaikan argumennya, ia menyatakan bahwa KBGO kerap terjadi di lingkungan pendidikan tinggi dan pekerja, serta kebanyakan bentuk kekerasannya adalah diskriminasi peran perempuan dalam kedua lingkup tersebut. Selanjutnya, Wening giliran menyampaikan bahwa kasus KBGO di perguruan tinggi cenderung jarang dilaporkan karena prosesnya sulit, meskipun peraturan terkait penanganannya sudah ada. Terakhir, Ratna menyampaikan pendapatnya bahwa pencegahan dan penangan KBGO membutuhkan kesadaran kolektif dari lingkungan korban maupun lingkungan digital. 

Kegiatan diskusi meja bundar ini memberikan kesimpulan bahwa pentingnya masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan kerawanan KBGO di zaman yang didominasi oleh masyarakat pengguna sosial media. Harapan dari seluruh narasumber, diskusi ini dapat menginspirasi penontonnya untuk menjadi pengguna sosial media yang bijak dan mampu mengajarkan hal yang serupa ke orang lain. 

[Humas FIB UGM, Penulis: Jasmine Nabila D, Editor: Rifal Fadlurrahman, Sandya Kirani]

 

 

 

Studi Banding Antropologi Budaya UGM ke Universitas Diponegoro

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 30 Desember 2024

Dalam rangka memperkuat kolaborasi dan bertukar pengalaman dalam pengelolaan kegiatan organisasi mahasiswa, Keluarga Mahasiswa Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada (KEMANT UGM) melaksanakan studi banding ke Keluarga Mahasiswa Antropologi Sosial Universitas Diponegoro (KAWAN UNDIP), Semarang. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 14 Oktober 2024 dan diikuti oleh puluhan peserta dari KEMANT UGM.

Studi banding ini dilakukan tidak hanya sekadar bermain atau jalan-jalan. Akan tetapi, tujuan utama dari kegiatan ini yaitu untuk mempererat hubungan antar lembaga kemahasiswaan dari kedua universitas, bertukar informasi terkait program kerja unggulan masing-masing himpunan mahasiswa, bertukar cerita mengenai praktik dalam manajemen organisasi mahasiswa, khususnya dalam lingkup pemberdayaan mahasiswa dan pengabdian masyarakat, dan kurikulum pembelajaran di kelas.

Rangkaian acara studi banding diawali dengan sambutan hangat dari tuan rumah, yaitu ketua himpunan mahasiswa KAWAN UNDIP, yang kemudian diikuti oleh perkenalan struktur organisasi dan program kerja masing-masing divisi. Setelah itu, sambutan dilanjutkan oleh ketua himpunan mahasiswa KEMANT UGM yang juga memperkenalkan struktur organisasi dan program kerja masing-masing divisi.

Kegiatan dilanjutkan dengan kumpul per divisi dan berdiskusi. Pada sesi ini, divisi yang sama pada kedua himpunan ini dipertemukan untuk saling bertukar informasi. Selain itu, perkenalan juga dilakukan lebih mendalam, seperti bercerita terkait hobi, makanan favorit, dan bertukar kontak yang diharapkan komunikasi akan terus tetap terjalin hingga di masa yang akan datang.

Setelah sesi diskusi, agenda selanjutnya yaitu makan siang dan dilanjutkan dengan mini games yang dipandu oleh divisi PSDM KEMANT UGM. Seluruh peserta mengikuti games dengan gembira dan penuh tawa. Kegiatan yang dapat merekatkan dan menambah keakraban antar himpunan. 

 

Dengan semangat kolaborasi, kegiatan diakhiri dengan foto bersama di depan patung ikonik UNDIP, yaitu patung kuda putih.

Seputar Jawa: Tembang Dolanan Sebagai Alat Komunikasi Berbahasa Jawa

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 12: Konsumsi dan Produksi Yang Bertanggung JawabSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 30 Desember 2024

Sedang viral sebuah kidung atau nyanyian Jawa di media sosial berjudul “Lela Ledhung”, lagu ini sangat banyak dibawakan atau dijadikan backsound sebuah video. Lela Ledhung adalah lagu yang diciptakan oleh Markasan. Lagu yang dimaksudkan oleh Markasan sebagai tembang pengantar tidur, yang kemudian menjadi lagu yang cukup popular di masa pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Lela Ledung menjadi viral karena penampilan Yogyakarta Royal Orchestra pada Konser Hari Penegakan Kedaulatan Negara 2024. Lela Ledhung yang memiliki laras pelog diaransemen oleh ML. Widyoyitnowaditro (Joko Suprayitno, S. Sn., M. Sn.) ke dalam format orchestra dengan apik. 

Lela Ledhung ini masuk kedalam salah satu contoh tembang dolanan Jawa. Tembang dolanan Jawa, sebuah jenis lagu tradisional yang sarat dengan nilai-nilai budaya. Dikenal sebagai lagu-lagu yang sering diperdengarkan dalam permainan anak-anak, tembang dolanan mengandung filosofi mendalam yang tak hanya mengajarkan nilai moral, tetapi juga melestarikan kearifan lokal melalui musik. Tembang dolanan merupakan bagian penting dari tradisi musik Jawa, yang melibatkan permainan kata dan nada yang mudah diingat. Bahasa yang digunakan dalam tembang dolanan terbilang sederhana dan mudah dilafalkan, merujuk dari Winarti (2010) tembang dolanan menunjukkan beberapa fungsi-fungai bahasa sebagai alat komunikasi dalam bahasa Jawa. 

Berdasarkan penelitian Winarti. D (2010) dalam Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Widyaparwa mengenai Lirik Lagu Dolanan sebagai Salah Satu Bentuk Komunikasi Berbahasa Jawa, beberapa fungsi bahasa yang ada dalam lagu Lela Ledhung, antara lain:

  • Fungsi regulatoris

Lagu Lela Ledhung memiliki fungsi regulatoris terletak pada liriknya “Cep menenga aja pijer nangis” yang memiliki makna untuk menyuruh seseorang, karena pada dasarnya fungsi regulatoris ini ditandai dengan penggunaan kata perintah.

  • Fungsi interaksi

Sering kali dijumpai kata-kata interaksi dalam lagu dolanan seperti bentuk sapaan dan pertanyaan, seperti pada lirik “Anakku sing ayu rupane” merupakan sapaan untuk anaknya yang berwajah cantik.

  • Fungsi personal

Fungsi personal biasanya menunjukkan tentang dirinya sendiri, contohnya menunjukkan sifat cantik untuk anaknya sendiri.

  • Fungsi heuristik

Merupakan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan bersifat mendidik, contohnya “Dadia wanita utama” dan “Dadia pendekaring bangsa”

  • Fungsi imajinatif

Memberikan gagasan yang bersifat imajinasi dan khayalan-khayalan, seperti pada lirik “Kae bulane ndadari kaya ndhas buta nggilani” memberikan imajinasi bahwa bulannya besar seperti buta atau raksasa.

  • Fungsi Informatif

Lagu dolanan banyak menggunakan bahasa yang mengandung informasi, memberikan pernyataan atau menjelaskan sesuatu. Contoh pada lagu Lela Ledhung terdapat pada lirik jika menjadi orang utama maka dapat menaikkan derajat dan nama orang tua.

  • Fungsi Puitik

Sebuah lagu diciptakan pasti mengandung unsur keindahan didalamnya, seperti penggunaan rima dan gaya bahasa atau diksi tertentu, contohnya “Tak emban slendhang bathik kawung” dilanjutkan dengan “Yen nangis mundhak gawe bingung” memiliki rima yang sama yakni “ung”

Fungsi-fungsi yang ada di lagu Lela Ledhung ini juga berlaku untuk tembang dolanan yang lainnya. Walaupun bahasa yang digunakan sederhana tetapi lagu dolanan memiliki banyak fungsi dan nilai-nilai yang ada didalamnya, yang dapat memberikan pengajaran dan pelajaran hidup bermasyarakat. Dengan semangat pelestarian budaya, tembang dolanan Jawa bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga media yang efektif untuk menyampaikan ajaran-ajaran luhur yang masih relevan bagi kehidupan modern saat ini.

Referensi

Winarti, D. (2010). Lirik Lagu Dolanan Sebagai Salah Satu Bentuk Komunikasi Berbahasa Jawa: Analisis Fungsi. Widyaparwa, 38(1), 1-12.

Referensi Gambar

music.youtube.com

[Humas FIB UGM, Editor: Sandya Kirani]

Workshop Sesajen: Menghapus Stigma Negatif Sesajen dan Melestarikan Budaya Lokal

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 12: Konsumsi dan Produksi Yang Bertanggung JawabSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 30 Desember 2024

Dalam rangka mengenalkan sesajen pada mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dan melestarikan budaya Jawa, Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa menggelar workshop yang mengangkat tema sesajen  Jawa, sukses digelar pada Rabu, 4 Desember 2024. Workshop ini dihadiri oleh dosen pengampu mata kuliah tata cara R. Bima Slamet Raharja, S.S. M.A., dan Dr. Rudy Wiratama, S.I.P. M.A., serta mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa angkatan 2023, yang antusias untuk mendalami lebih jauh makna-makna sesajen dalam tradisi Jawa. Narasumber yang dihadirkan adalah seorang penggiat budaya yang memiliki pengetahuan sangat luas terhadap sesajen, Faizal Noor Singgih, S.T.P. menjelaskan bermacam-macam jenis sesajen dan makna simbolisnya.

Masyarakat Jawa kebanyakan memaknai sebuah benda sebagai simbol, salah satunya adalah sesajen yang digunakan sebagai salah satu bentuk persembahan yang biasanya digunakan dalam upacara adat atau ritual spiritual, memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Inti dari sesajen adalah sebagai simbol ngawruhi atau memberi pengingat terhadap roh leluhur, alam, atau sebagai bentuk syukur dan doa atas berkah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Workshop yang diadakan ini bertujuan untuk mengenalkan pentingnya tradisi sesajen dan bagaimana cara pembuatan yang benar sesuai dengan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Para peserta workshop diberikan kesempatan untuk langsung melihat berbagai macam sesajen dengan maknanya masing-masing. Dalam penjelasan narasumber, Faizal Noor Singgih, S.T.P., mengatakan, “Melalui workshop ini, kami berharap mahasiswa dapat lebih memahami esensi dari sesajen, bukan hanya sebagai benda yang digunakan dalam ritual, tetapi juga sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan, karena masyarakat Jawa itu sangat percaya dengan simbol-simbol, salah satunya ya sesajen ini digunakan untuk unjuk doa dan rasa syukur.”

Setiap jenis sesajen memiliki makna tersendiri. Sesajen yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti bunga, buah, nasi, dan daun memiliki simbolisme yang mendalam, mencerminkan keharmonisan manusia dengan alam sekitar. Narasumber menerangkan mengenai berbagai macam sesajen dan makna yang ada didalamnya. Salah satu sesajen yang setidaknya disediakan ketika upacara adat yakni pisang sanggan yang berupa pisang jenis raja berjumlah 1 tangkap. Sanggan berasal dari kata “sangga” yang berarti penyangga atau menyangga yang dimaknai sebagai dasar dari segala rangkaian upacara. pisang sanggan biasanya dilengkapi dengan uang koin yang bermakna doa kepada Tuhan memohon untuk melengkapi segala hal jika ada sesuatu yang kurang dan terdapat juga bunga mawar sebagai simbol wewangen atau pengharum untuk para leluhur.

Pisang sanggan dengan bunga dan uang koin

Selain pisang sanggan, salah satu bentuk sesajen yang sering disajikan adalah tumpeng robyong yang berupa nasi gurih dan beberapa lauk pauk yang melengkapi. Tumpeng robyong sangat identik dengan telur, bawang merah, dan cabai merah yang ditusuk menjadi satu kesatuan. Tumpeng ini berfungsi sebagai simbol kesuburan, kesejahteraan, dan keselarasan antara manusia dan alam. Biasa disajikan dalam acara-acara bahagia seperti hajatan, tumpeng robyong diharapkan dapat menjadi simbol bahwa sang pemilik hajat berharap agar segala acara berjalan lancar dan dibantu oleh banyak orang. Penggunaan nasi gurih dalam tumpeng ini menyimbolkan masyarakat Jawa untuk senantiasa mengingat Nabi Muhammad SAW.

Wujud tumpeng robyong

Faizal Noor Singgih, S.T.P. juga menambahkan bahwa “desa mawa cara, negara mawa tata” jadi setiap daerah pasti memiliki perbedaan bentuk dan isi sesajennya. Sesajen tidak dimaknai sebagai sesuatu hal yang mengarahkan kepada ke-musyrik-an. Namun, mengajarkan masyarakat Jawa bagaimana menyimbolkan sebuah doa dan memaknainya.

Salah satu peserta workshop, Bagus Ulinnuha, mengungkapkan bahwa banyak hal baru mengenai makna-makna sesajen secara lebih mendetail berkat workshop ini. “Saya baru tahu bahwa setiap elemen dalam sesajen itu punya makna yang sangat dalam. Sangat beruntung bisa mendapatkan kesempatan mengikuti ini,” ujarnya.

Penjelasan dari narasumber: Faizal Noor Singgih, S.T.P.

Pelestarian tradisi sesajen ini dianggap penting, mengingat semakin banyak generasi muda yang mulai teralienasi dari akar budaya mereka. Workshop ini diharapkan dapat menjadi titik awal bagi masyarakat untuk lebih menghargai warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang dan menghapus stigma negatif mengenai sesajen. Diharapkan dengan adanya workshop ini masyarakat Jawa terutama generasi muda mampu memahami lebih mendalam mengenai pemaknaan simbol-simbol yang telah diturunkan oleh nenek moyang dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

[Humas FIB UGM, Editor: Sandya Kirani]

12345…135

Rilis Berita

  • Durham University Gandeng FIB UGM dan IDP Yogyakarta dalam Sharing Session Internasional
  • Dialog Dosen Muda FIB UGM: Kolaborasi Menjawab Peluang dan Tantangan
  • Jadwal Ujian Akhir Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025
  • Rampoe UGM Raih Juara 1 dalam Kompetisi Ratoh Jaroe di Pre Event Diponegoro Art Competition 2025
  • Kuliah Umum American Studies: “Representasi Keluarga Amerika dalam Media”

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY