• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
    • Layanan Mahasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • BSO RAMPOE UGM
      • Bejo Mulyo
    • Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS)
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Prancis
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Arab
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi Budaya
      • Keluarga Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • SDGs 10: Mengurangi Ketimpangan
  • hal. 8
Arsip:

SDGs 10: Mengurangi Ketimpangan

Seabad A.A. Navis: Magister Sastra UGM dan Toko Buku Natan Menghidupkan Warisan Sastra melalui Diskusi dan Peluncuran Buku

HEADLINERilis BeritaSDGs 10: Berkurangnya kesenjanganSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Kamis, 10 April 2025

Yogyakarta, 23 Maret 2025 – Dalam upaya menghidupkan kembali warisan intelektual sastrawan besar Indonesia, Toko Buku Natan bersama Program Studi Magister Sastra UGM menyelenggarakan peringatan Seabad A.A. Navis di Rumah Budaya Ndalem Natan, Kotagede, Yogyakarta. Acara ini menjadi magnet bagi para pecinta sastra, akademisi, dan budayawan yang hadir untuk mendalami lebih lanjut pemikiran kritis dan kontribusi A.A. Navis terhadap perkembangan sastra nasional. Dengan rangkaian kegiatan yang mencakup diskusi akademik, peluncuran buku, pameran seni, serta pertunjukan musik, peringatan ini menjadi momentum reflektif yang menggali lebih dalam aspek sosial, budaya, dan kebahasaan dalam karya-karya Navis.

Sebagai salah satu tokoh penting dalam kesusastraan Indonesia, A.A. Navis dikenal luas melalui cerpen klasiknya, Robohnya Surau Kami, yang menawarkan kritik sosial terhadap tatanan masyarakat. Dalam suasana Ramadan yang penuh kebersamaan, acara ini mempertemukan berbagai kalangan untuk mendiskusikan kiprah dan pemikiran kritis Navis, dengan menghadirkan narasumber ternama, yaitu Dhianita Kusuma Pertiwi (penulis dan kurator), Prof. Dr. Aprinus Salam (akademisi dan pakar sastra), serta Nasir Tamara, M.A., M.Sc., Ph.D. (budayawan). Diskusi semakin hangat dengan penampilan cello oleh Lintang Pramudia Swara, yang menghadirkan pengalaman estetika yang mendalam bagi para peserta.

Salah satu agenda penting dalam acara ini adalah peluncuran buku “Kesalahan dan Kejahatan dalam Berbahasa” karya Prof. Dr. Aprinus Salam. Buku ini membahas secara kritis kesadaran berbahasa dalam konteks sosial dan hukum. Karya ini didasarkan pada pengalaman akademis dan profesional Prof. Aprinus sebagai saksi ahli dalam berbagai kasus kebahasaan, sehingga menjadi referensi utama bagi studi linguistik dan peran bahasa dalam praktik hukum di Indonesia.

Dalam sesi diskusi, Prof. Aprinus Salam mengulas perbandingan antara kritik sosial dalam karya A.A. Navis dan Pramoedya Ananta Toer, dengan menyoroti bagaimana Navis lebih banyak mengkritik struktur sosial masyarakat, sedangkan Pramoedya lebih menitikberatkan kritiknya pada pemerintah dan struktur kekuasaan. Sementara itu, Dhianita Kusuma Pertiwi berbagi pengalaman penelitian dan pengarsipannya untuk pameran 100 Tahun A.A. Navis yang diselenggarakan di Jakarta dan UNESCO Paris. Ia menelusuri latar belakang pendidikan Navis di INS Kayutanam, sebuah institusi pendidikan yang berperan penting dalam membentuk pemikiran kritisnya, tidak hanya dalam bidang sastra tetapi juga dalam musik dan seni rupa.

Sementara itu, Nasir Tamara, M.A., M.Sc., Ph.D. dalam diskusinya menghubungkan pemikiran A.A. Navis dengan garis Académie française di Eropa, khususnya di Prancis, yang banyak dipengaruhi oleh gagasan René Descartes. Dengan mengutip filosofi “Cogito, ergo sum” (Saya berpikir, maka saya ada), Nasir Tamara menegaskan bahwa kesadaran intelektual dan daya kritis merupakan landasan utama dalam keberadaan seorang pemikir dan sastrawan. Pemikiran ini sejalan dengan cara A.A. Navis membangun wacana kritis dalam karya-karyanya, di mana ia tidak hanya mencatat realitas, tetapi juga menggugat, mempertanyakan, dan menginspirasi perubahan sosial.

Sebagai bagian dari perayaan ini, Lintang Pramudia Swara menghadirkan pertunjukan musik cello yang memperkaya pengalaman reflektif peserta. Sementara itu, pameran seni oleh perupa Anagard turut meramaikan acara dengan menghadirkan 11 lukisan tokoh-tokoh besar Minangkabau, termasuk A.A. Navis, Tan Malaka, Sutan Sjahrir, Buya Hamka, dan Asrul Sani. Pameran ini memberikan perspektif visual mengenai kontribusi intelektual dan peran tokoh Minangkabau dalam sejarah kebangsaan Indonesia.

Kegiatan ini juga menjadi ruang apresiasi sastra dengan pembacaan puisi oleh Afnan Malay dan pembawaan Gurindam 12 karya Raja Ali Haji oleh Nasir Tamara, yang semakin memperkaya makna dan atmosfer perayaan literasi ini.

Dalam sesi reflektif, Prof. Aprinus Salam menyampaikan dua pemantik pemikiran yang menjadi renungan bagi para peserta. Yang pertama, ia mengutip ungkapan “Lidahmu lebih tajam daripada pedang”, menegaskan bahwa kata-kata memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk, mempengaruhi, dan bahkan menggulingkan tatanan sosial. Kedua, ia menambahkan bahwa “kata-kata lebih tajam hanya untuk orang yang berperasaan”, menunjukkan bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga ekspresi mendalam yang memiliki daya transformatif bagi individu yang peka terhadap realitas sosial dan kemanusiaan.

Acara ini merupakan bagian dari inisiatif lebih luas dalam memperingati tokoh-tokoh besar dalam sastra Indonesia, menyusul peringatan 100 tahun Pramoedya Ananta Toer yang telah lebih dulu digelar. Dengan peringatan seabad A.A. Navis, diskusi ini memperkuat kesadaran tentang literasi, warisan pemikiran, serta relevansinya bagi generasi muda. Prof. Aprinus Salam menegaskan bahwa bahasa memiliki daya dan kekuatan transformatif, bahkan membayangkan suatu saat para cerpenis dan penyair dapat berunjuk rasa dengan membaca puisi di depan gedung legislatif, membuktikan bahwa kata-kata memiliki daya lebih besar dibanding senjata fisik.

Sebagai penutup, acara ini diakhiri dengan sesi buka puasa bersama, yang tidak hanya mempererat kebersamaan tetapi juga menghadirkan refleksi mendalam mengenai peran sastra dalam membangun kesadaran sosial dan kebudayaan. Toko Buku Natan, bersama Program Magister Sastra UGM, tetap berkomitmen untuk terus menghadirkan diskusi akademik, forum sastra, serta berbagai inisiatif literasi guna mendukung perkembangan intelektual dan kebudayaan di Indonesia.

[Humas Magister Sastra, Anisa Dien Rahmawati]

Dialektika Bahasa dan Keislaman dalam Pendidikan: Refleksi Akademik dari Kegiatan SEBAR (Semangat Berbahasa dan Berkah Ramadan)

HEADLINERilis BeritaSDGs 10: Berkurangnya kesenjanganSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Selasa, 25 Maret 2025

Yogyakarta, 17/3/2025 – Program Studi Magister Sastra bersama pondok a.salam dan komunitas Sekolah Keliling sukses menyelenggarakan kegiatan SEBAR (Semangat Berbahasa dan Berkah Ramadan) di MI Daarul Ulum Sinar Melati. Kegiatan ini merupakan bentuk sinergi antara akademisi, komunitas sosial, serta masyarakat dalam upaya melestarikan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang bahasa dan agama. Kegiatan ini diinisiasi oleh Prof. Dr. Aprinus Salam, M.Hum., selaku pemilik pondok a.salam sekaligus Ketua Program Studi Magister Sastra. Acara ini turut melibatkan beberapa pengurus komunitas Sekolah Keliling dan pondok a.salam, termasuk mahasiswa Magister Sastra yang aktif dalam berbagai rangkaian kegiatan.

Rangkaian kegiatan SEBAR dimulai dengan pembelajaran bahasa yang mengajarkan tiga bahasa utama, yakni Bahasa Jawa, Bahasa Inggris, dan Bahasa Arab. Kelas-kelas interaktif ini dirancang untuk meningkatkan literasi anak-anak di MI Daarul Ulum Sinar Melati, serta memperkenalkan berbagai pendekatan dalam berkomunikasi yang relevan dengan kebutuhan zaman. Setelah sesi pembelajaran bahasa, kegiatan dilanjutkan dengan buka puasa bersama. Momentum ini menjadi ajang kebersamaan dan mempererat ikatan antara pengajar, relawan, serta anak-anak peserta didik. Kegiatan ini juga mendapatkan dukungan dari berbagai donatur yang berkontribusi dalam menyediakan hidangan berbuka, obat-obatan, dan beberapa pakaian layak pakai.

Sebagai bentuk penguatan nilai-nilai spiritual, para peserta melaksanakan Salat Tarawih berjamaah. Momen ini tidak hanya menjadi sarana ibadah, tetapi juga wadah pembelajaran mengenai tata cara dan hikmah Salat Tarawih bagi peserta. Salah satu kegiatan unggulan adalah Surau Adventure, yakni eksplorasi dan interaksi anak-anak dengan nilai-nilai keislaman melalui permainan edukatif dan simulasi kehidupan berbasis surau. Kegiatan ini dirancang untuk membangun karakter dan menanamkan nilai-nilai keagamaan secara kreatif dan menyenangkan.

Menurut Marisa Santi Dewi, Co-founder Sekolah Keliling, kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang agama dan bahasa. “Jadi, adanya Sekolah Keliling ini memang kami niatkan untuk melestarikan ilmu pengetahuan, terutamanya agama dan bahasa. Target kegiatan ini sebenarnya anak-anak TPQ atau surau-surau yang ada di desa pelosok. Namun, di mana ada yang membutuhkan tetap kami fasilitasi secara gratis, melalui bantuan donatur. Harapannya, kami dapat memperkokoh pendidikan dasar anak-anak desa tertinggal, yang minim akan akses ilmu pengetahuan yang memadai,” ujar Marisa.

Dengan adanya kegiatan seperti SEBAR, Mahasiswa Program Studi Magister Sastra tidak hanya mampu berkontribusi dalam ranah akademik, tetapi juga turut serta dalam pemberdayaan masyarakat. Diharapkan, program ini dapat menjadi inspirasi bagi berbagai pihak untuk terus mendukung literasi bahasa dan pendidikan agama di kalangan anak-anak di daerah pelosok. Dengan keberhasilan SEBAR, Mahasiswa Magister Sastra yang turut serta berpartisipasi, pondok a.salam, dan Sekolah Keliling menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung pendidikan inklusif. Program ini diharapkan dapat berkembang lebih luas serta menjangkau lebih banyak anak-anak yang membutuhkan akses pendidikan berkualitas.

[Humas Magister Sastra FIB UGM, Anisa Dien Rahmawati]

Lebih dari Sekadar Tempat Belajar, INCULS adalah Rumah Kedua bagi Mahasiswa GMIF 2024

HEADLINERilis BeritaSDGs 10: Berkurangnya kesenjanganSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Selasa, 25 Maret 2025

Yogyakarta, 25/3/2025 – Mahasiswa GMIF 2024 telah belajar di INCULS kurang lebih selama empat bulan. Selama empat bulan mahasiswa belajar bahasa Indonesia dari membaca, menyimak, menulis, berbicara, tata bahasa, dan kosakata. Mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tetapi di luar kelas, seperti ke Chocolate Monggo Museum & Factory, Museum UGM, dan Perpustakaan Grhatama Pustaka. 

Sebelum selesai belajar di INCULS, para mahasiswa diberikan tugas dalam mata kuliah Membaca untuk memberikan kesan pesan bagi INCULS. Secara garis besar, mahasiswa GMIF puas dengan penyampaian materi oleh para dosen. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Irakiza Gideon.

“Kesabaran dan dorongan mereka menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan saya. Kini, saya mampu berbicara dalam bahasa Indonesia, bukti efektivitas pengajaran mereka.”

Lingkungan yang dimaksud adalah INCULS disebut sebagai tempat pembelajaran bahasa Indonesia yang memberikan pengajar berpengalaman dan memberikan pendalaman budaya. Mahasiswa GMIF juga terkesan dengan keramahan dan bantuan dari dosen, tutor, dan staf.

“Karena semua dosen sangat ramah, membantu, dan baik hati.”

Bahkan, sebagian mahasiswa juga menyebutkan bahwa dirinya seperti mendapatkan keluarga baru di INCULS.

“INCULS bukan hanya tempat saya belajar bahasa Indonesia, tetapi juga tempat saya menemukan keluarga asing saya.”

“Mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga menciptakan lingkungan yang nyaman seperti keluarga.” Dalam bahasa Inggris, mahasiswa menyebut INCULS sebagai rumah, “Inculs provided not just education but also a sense of belonging.”

Terakhir, para mahasiswa GMIF menyebutkan bahwa pengalaman di INCULS merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan. 

Dengan demikian, kesan pesan di atas dapat dijadikan testimoni atau penilaian positif terhadap INCULS. INCULS mengukuhkan dirinya sebagai salah satu pusat pembelajaran bahasa dan budaya Indonesia yang unggul bagi mahasiswa dan orang asing.

[Humas INCULS FIB UGM, Decika Syahda Maharani]

Akhir Program INCULS TIAS, Awal Kehidupan di Fakultas

HEADLINERilis BeritaSDGs 10: Berkurangnya kesenjanganSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Selasa, 25 Maret 2025

Yogyakarta, 25/3/2025 – Salah satu program intensif INCULS, The Indonesian Aid Scholarship (TIAS), telah selesai dilaksanakan. Program yang dimulai sejak September 2024 ini bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa penerima beasiswa TIAS dalam kemampuan berbahasa Indonesia. Program TIAS diikuti oleh tujuh mahasiswa dari empat negara, yaitu Timor Leste, Kepulauan Solomon, Papua Nugini, dan Nigeria.

Di INCULS, para mahasiswa belajar bahasa Indonesia pada tingkat Pemula 1 (A1) dengan enam mata pelajaran, yaitu membaca, kosakata, menyimak, berbicara, menulis, dan tata bahasa. Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif, baik di dalam maupun di luar kelas. Misalnya, dalam Kelas Berbicara, mahasiswa melakukan bermain peran jual-beli dan menyusun puzzle rumah 3D, kemudian menjelaskan hasil karyanya di depan teman-teman. Sementara itu, kegiatan luar kelas dilakukan dalam Kelas Membaca, dengan kunjungan ke Keraton Yogyakarta, serta dalam Kelas Menyimak, dengan latihan tawar-menawar dengan pedagang buah di Pasar Kranggan.

Program TIAS resmi ditutup dengan upacara penutupan pada 24 Januari 2025. Beberapa perwakilan mahasiswa menyampaikan kesan dan pesan mereka selama program berlangsung. Salah satunya adalah Jefranho Da Silva Neves, atau yang akrab disapa Jeffry. Dalam pidatonya, ia mengapresiasi para dosen serta mengungkapkan rasa syukur, kebahagiaan, dan harapannya atas ilmu yang diperoleh.

Upacara penutupan TIAS diakhiri dengan penyerahan sertifikat dan sesi foto bersama. Berakhirnya program TIAS di INCULS bukanlah akhir dari segalanya. Justru, ini merupakan langkah awal bagi para mahasiswa TIAS dalam menjalani perkuliahan di UGM. Dengan ditutupnya program ini, dimulailah perjalanan studi mereka di fakultas masing-masing.

[Humas INCULS FIB UGM, Karnesti Septianingrum]

100 Tahun Pramoedya Ananta Toer: Jejak Pemikiran dan Refleksi dalam Kesusastraan

HEADLINERilis BeritaSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 5: Kesetaraan Gender Selasa, 25 Maret 2025

Yogyakarta, 2/2/2025 – Sebuah peringatan istimewa digelar untuk mengenang 100 tahun Pramoedya Ananta Toer, sastrawan besar Indonesia yang meninggalkan jejak pemikiran mendalam dalam kesusastraan. Acara ini digagas oleh Nasir Tamara, M.A., M.Sc., Ph.D., pemilik Toko Buku Natan di Kotagede, Yogyakarta, bekerja sama dengan Program Studi Magister Sastra Universitas Gadjah Mada. Dengan menghadirkan berbagai pemikir dan budayawan, peringatan ini bukan sekadar mengenang sosok Pram, tetapi juga mendiskusikan warisan intelektualnya yang relevan sepanjang zaman.

Suasana syahdu mengawali acara dengan alunan cello merdu yang dibawakan oleh Lintang Pramudia. Musik yang menggema di ruangan menciptakan atmosfer reflektif sebelum para narasumber mengupas lebih dalam karya-karya fenomenal Pram.

Dalam sesi pertama, Prof. Dr. Aprinus Salam, M.Hum., sekaligus Ketua Program Studi Magister Sastra Universitas Gadjah Mada. membahas tokoh-tokoh perempuan dalam karya Pram. Ia menyoroti keteguhan Nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia, sosok perempuan yang menolak dijawa-jawakan. Selain itu, ia juga mengulas Annelies yang berada di antara batas kolonial dan pribumi serta Ken Dedes dalam Arok Dedes, yang merepresentasikan realisme magis dalam sejarah. Melalui analisis ini, Prof. Aprinus menunjukkan bahwa Pram tidak hanya menulis tentang sejarah dan kolonialisme, tetapi juga tentang perjuangan perempuan dalam berbagai dimensi sosial dan budaya.

Okky Madasari, Ph.D., dalam pemaparannya, menelaah Pram dari perspektif feminisme. Ia menegaskan bahwa perjuangan Pram bukan sekadar kritik terhadap kolonialisme, tetapi juga perlawanan terhadap feodalisme dan hierarki sosial. Melalui karyanya, Pram mengungkap ketidakadilan yang dialami oleh kelompok marjinal, terutama perempuan, serta menyuarakan pentingnya kebebasan berpikir dan berekspresi dalam menghadapi penindasan.

Sebagai penggagas acara, Nasir Tamara, M.A., M.Sc., Ph.D., turut memberikan refleksi mendalam tentang relevansi pemikiran Pram di era modern. Ia membahas ancaman hyper capitalism yang semakin memperburuk ketidakadilan, merusak lingkungan, dan menimbulkan berbagai persoalan etika. Dalam pembahasannya, ia juga menyoroti sosok Pram sebagai penulis multidimensional—seorang editor, penerjemah, dan bahkan mantan letnan TNI di era revolusi.

Dari sisi ideologi, Nasir juga mengulas perdebatan seputar keyakinan Pram, apakah ia seorang ateis atau bukan, serta bagaimana sikapnya berkembang dari netral hingga akhirnya bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) di bawah naungan PKI. Wacana ini menambah dimensi baru dalam memahami pemikiran Pram, yang sering kali disimplifikasi dalam narasi sejarah.

Menjelang akhir acara, suasana semakin khidmat dengan pembacaan puisi oleh Arahmaiani dan Afnan Malay. Keduanya membawakan karya yang terinspirasi dari semangat perjuangan Pram, menambah lapisan artistik dalam peringatan ini. Acara kemudian ditutup dengan sesi diskusi interaktif, di mana audiens memiliki kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para narasumber. Diskusi ini menjadi ruang refleksi bersama, memperlihatkan bagaimana pemikiran Pram tetap relevan dan menginspirasi lintas generasi.

Peringatan 100 tahun Pramoedya Ananta Toer bukan hanya menjadi ajang mengenang sang maestro, tetapi juga momentum untuk meneruskan api pemikirannya. Melalui diskusi dan refleksi mendalam, acara ini berhasil menegaskan bahwa pemikiran Pram tetap hidup dan terus berkembang dalam lanskap kesusastraan serta pemikiran kritis di Indonesia.

Dengan demikian, peringatan ini tidak hanya menjadi penghormatan bagi seorang sastrawan besar, tetapi juga menjadi pengingat bahwa perjuangan melawan ketidakadilan harus terus digelorakan, sebagaimana yang telah dilakukan Pram melalui karya-karyanya.

[Humas Magister Sastra FIB UGM, Anisa Dien Rahmawati]

1…678910…16

Rilis Berita

  • Mahasiswa Sastra Arab UGM 2023 Lakukan Kuliah Lapangan ke Kudus–Demak untuk Dalami Akulturasi Arab-Islam dan Budaya Jawa
  • Kiprah Mahasiswa Antropologi di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 38
  • Klinik Filologi: Jejak Kosmologi dalam Naskah Kuno
  • Mahasiswa Sastra Arab UGM Segarkan Pikiran Sebelum UAS Melalui Outing Class Berjudul “Lu’bah Arabiyyah”
  • Antropologi UGM Terima Kunjungan ISBI Bandung, Bahas Penguatan Ciri Khas Program Studi dan Strategi Menuju Akreditasi Unggul

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju