“Apa jadinya jika pohon tak sekadar menjadi objek, melainkan saksi, narasi, dan agen dalam kehidupan manusia?”
Coba tanyakan pada diri sendiri, kapan terakhir kali bisa merasakan tenang dan menikmati hidup ditengah dinamika dunia saat ini? Tuntutan zaman yang serba cepat telah merenggut kesempatan untuk terhubung dengan diri sendiri dan juga lingkungan. Melebarnya jarak atau relasi manusia dengan lingkungan dalam keseharian menunjukkan adanya keretakan metabolik yang kadang luput dalam perbincangan. Dibangunnya kesadaran bahwa manusia bukan satu-satunya aktor dalam kehidupan di Bumi, mendorong peran akademisi untuk ikut menyuarakan dan memberi ruang dalam berbagai diskusi keseharian.
Mulai 2-8 Juli 2025 bertempat di Warung Pelan-Pelan, mahasiswa Magister Antropologi yang tergabung dalam kuliah Pengorganisasian Pagelaran dibawah bimbingan Dr. Muhammad Zamzam Fauzanafi menyelenggarakan Syajarotun: Pameran Multimodal Etnografi sebagai ajakan dan sumbangsih untuk merespon isu keretakan hubungan manusia dengan lingkungannya. Dipilihnya konsep syajarotun atau pohon (dalam bahasa Arab) tak sekedar diposisikan sebagai objek namun juga merujuk pada sejarah yang menunjukkan agensinya dalam memengaruhi kehidupan manusia. Pameran ini bertujuan untuk menghadirkan beragam intepretasi terhadap isu merenggangnya relasi manusia dengan lingkungan melalui pendekatan etnografi multimodal dikemas melalui karya perfomatif dan visual yang merengkuh lebih dari teks.
Keberagaman intepretasi dari para pameris melalui karya instalasi (Devi Sri Wulandari; Ilma Dityaningrum) visual-perfomatif: lokakarya memasak (Marselius Aronggear), puisi teatrikal-sastra lisan (Muhammad Ade Putra), visualisasi dokumen, foto, dan ilustrasi (Tarlen Handayani; Sabrina Tan; Septi Dhanik Prastiwi; Sheila Primadewi Sanjaya; Syahrul Zidane As-Sidiq) dilengkapi dengan puisi untuk melengkapi narasi pameran (Dodi Suprihanto) menunjukkan sumbangsih akademisi dalam mengintepretasi isu-isu antara hubungan manusia dan lingkungannya melalui seni. Melalui pameran ini diharapkan dapat menggugah kepekaan pengunjung untuk ikut berefleksi dan membincangkan kembali relasi diri dengan lingkungan hidupnya.
Penulis: Okky Chandra Baskoro
Kredit Foto: Syahrul Zidane As-Sidiq