
Yogyakarta, 28/2/2025 – Pada saat diselenggarakannya Temu Budaya Nusantara (TBN) XXX lalu, ada seorang mahasiswa baru Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa angkatan 2024 yang mengikuti lomba sebagai delegasi dan langsung muncul sebagai juara 3 loh! Siapakah pemenang tersebut? Yuk, intip ceritanya!
Ghibran Arsha Daffa’ Musaffa’ adalah pemenang juara 3 Lomba Dongeng yang diselenggarakan dalam acara TBN XXX tahun 2024 lalu. Kendati Ghibran adalah seorang maba atau mahasiswa baru, hal ini tidak menyurutkan tekadnya untuk bersaing dalam lomba yang digelar secara nasional ini. Ghibran bercerita bahwa begitu ia mendengar bahwa akan diselenggarakan lomba dongeng di jenjang nasional dan bisa mewakili Universitas Gadjah Mada, ia langsung tertarik untuk ikut.
Awalnya, tema yang ingin diambil adalah dolanan anak. Ghibran bahkan sudah menyusun alur dongengnya sedemikian rupa. Namun, setelah berkonsultasi dengan seorang guru SD di Yogyakarta, ternyata cerita tersebut dinilai kurang relevan dengan anak muda. Guru tersebut akhirnya menyarankan tema percintaan, namun bisa dihubungkan dengan budaya. Finalnya, tema yang diambil adalah jathilan. Ghibran menyatakan bahwa kisah ini terinspirasi dari kisah dr. Inggar Bagus Wibisono. Seorang dokter sekaligus penari jathilan dan abdi dalem keraton. Adapun sinopsis dongeng tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut.
Ada 2 orang mahasiswa yang berpacaran bernama Joko dan Wati. Wati diceritakan suka hal-hal berbau budaya dan memiliki anggapan bahwa ia harus ikut andil dalam menjaga dan melestarikan budaya, terutama budaya Yogyakarta. Puncak konfliknya mengambil latar di Malioboro dimana akhirnya Joko mengetahui bahwa Wati adalah pemain jathilan. Disini Joko mewakili pikiran masyarakat yang suka menelan mentah-mentah stigma tentang jathilan. Namun Wati tetap memilih untuk putus dari Joko dan melestarikan tarian jathilan dan menjadi penari yang handal, sampai dijuluki sebagai Nyai Rangga Wati.
Namun ada fakta unik yaitu Ghibran ternyata sebenarnya takut jathilan, loh! Bahkan sampai saat ini apabila mendengar iringan gamelan jathilan ia masih merasa gugup karena dahulu pernah ada kejadian penari jathilan yang hampir mau masuk rumahnya, hihihi. Jadi proses pembuatan dongeng ini adalah salah satu bentuk Ghibran untuk keluar dari zona nyamannya. Demi dongeng ini, Ghibran rela mengobservasi dan mewawancarai tokoh jathilan perempuan.
Banyak sekali hal yang didapat Ghibran dari acara TBN XXX ini. Ghibran bersyukur karena ia menjadi berani mencoba hal-hal baru dan mengesampingkan rasa takut. Ghibran juga mendapat teman-teman baru, bahkan dari Bali. Meskipun di awal acara Ghibran merasa takut, namun karena ayahnya, Ghibran diyakinkan untuk berusaha yang terbaik karena menang atau kalah itu urusan belakangan.
Dari Ghibran kita bisa belajar, bahwa demi meraih apa yang kita mau, besar sekali usaha atau effort yang juga harus kita keluarkan. Selain itu, sebagai anak muda, Ghibran memberi contoh bahwa kita bisa membuat karya bertema budaya dan membersihkan stigma negatif yang selama ini menempel pada budaya tersebut. Terakhir, ada pesan dari Ghibran yaitu anak muda tidak boleh malu untuk melestarikan budayanya sendiri. Karena jika bukan kita yang melestarikan, siapa lagi?
[Humas S1 Sastra Jawa, Fega Achillea Maydena]