Pada bulan Juni 2024, Leni, seorang mahasiswa Sastra Inggris Angkatan 2020 dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (UGM), memulai perjalanan yang memperkaya pengalamannya melalui program Global Experience (GEx) yang diselenggarakan oleh National University of Singapore (NUS).
Program ini berlangsung dari tanggal 2 hingga 28 Juni 2024, dengan tujuan memperkenalkan mahasiswa NUS dengan kekayaan budaya Indonesia melalui kunjungan ke pekerja seni kreatif di Bandung dan Yogyakarta. Di Bandung, mereka melakukan kegiatan di beberapa tempat seperti Navetta, Dago Pojok, Cibunut Kampung Kreatif, dan Omah Budaya Cigondewah. Sedangkan di Yogyakarta, mereka mengunjungi beberapa tempat seperti IVAA, Cemeti Art Institute, Street Art Tour, dan Studio Heri Dono. Program ini beranggotakan 1 dosen pendamping daru NUS, 1 mahasiswa pendamping dari NUS, 15 mahasiswa NUS, dan 2 mahasiswa pendamping dari UGM. Leni menjadi salah satu yang beruntung karena mendapatkan kesempatan berharga ini.
Leni bergabung dengan program ini setelah bertemu dengan Prof. Kiven dalam kegiatan Cultural Exchange 2023, hasil kerja sama Prodi Sastra Inggris UGM dengan NUS di setiap tahun. Pada waktu itu, sebelum kegiatan Cultural Exchange dimulai, Leni diminta untuk membantu 3 dosen dari NUS, termasuk Prof. Kiven, yang merupakan dosen dari NUS, dalam survei awal mereka di Yogyakarta. Selama survei tersebut, mereka mengunjungi komunitas Tactic Plastic, sebuah kelompok pekerja seni yang menghasilkan karya seni dari sampah plastik. Beberapa bulan kemudian, mahasiswa UGM yang mengikuti Cultural Exchange berkesempatan mengunjungi Singapura dan belajar langsung di NUS, dengan salah satu materinya disampaikan oleh Prof. Kiven. Pada kesempatan tersebut, Prof. Kiven menawarkan Leni untuk bergabung menjadi salah satu fixer atau narahubung untuk membantu berkomunikasi dengan para seniman di Yogyakarta dalam program GEx Bandung-Jogja.
Selama bekerja dengan tim dari NUS, Leni merasakan profesionalisme yang tinggi. Mereka sangat menghargai waktu, melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal, dan memiliki kontrak kerja yang rinci dan jelas. Prof. Kiven dan mahasiswa NUS meninggalkan kesan yang sangat baik untuk Leni karena sikap mereka yang apresiatif, peduli, pengertian, dan tidak pernah menghakimi. Dari pengalaman ini, Leni mendapatkan banyak pelajaran berharga dan ia juga mendapat kesempatan untuk membangun dan memperkuat jaringan internasionalnya.
Dari kegiatan tersebut, Leni belajar bahwa hal-hal yang nampak biasa di sekitarnya, seperti para pekerja seni, sebenarnya memiliki peranan besar di masyarakat. Seni sebagai media ekspresi sering kali menjadi alat yang tepat untuk menyuarakan isu-isu sosial. Selain itu, di Singapura, pekerja seni tidak sebebas di Indonesia karena banyak regulasi yang membatasi mereka, sehingga karya seni di Indonesia terasa lebih jujur. Hal ini menyadarkan Leni bahwa kebebasan yang masih dapat dinikmati di Indonesia adalah anugerah besar yang sering kali dianggap remeh.