Köln, Jerman – Prof. Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M.A., Guru Besar Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM), baru-baru ini memberikan presentasi dalam lokakarya bertajuk “Realising nature(s) with protected areas in Namibia and Germany – pasts, presents, and futures” yang diadakan di Universitat zu Köln pada tanggal 20-21 Juni 2024. Lokakarya ini dihadiri oleh civitas akademika dari Universitat zu Köln.
Dalam presentasinya, Prof. Dr. Pujo Semedi membahas tentang keberhasilan hutan Jerman dalam menjaga kelestarian lingkungan di tengah tekanan kapitalistik dan perkembangan industri. Hutan Jerman, yang mencakup 11,4 juta hektar atau 32,6% dari luas negara tersebut, menjadi contoh hutan yang beruntung karena dilindungi secara ketat dan tidak dapat dikonversi sembarangan untuk penggunaan lahan lain. Hal ini sangat kontras dengan kondisi hutan di banyak bagian dunia yang telah mengalami kerusakan parah akibat deforestasi.
Prof. Dr. Pujo Semedi menguraikan bahwa pada abad ke-18, hutan Jerman mengalami kerusakan yang signifikan. Namun, periode kesulitan ini justru mendorong peningkatan kesadaran masyarakat, membentuk hubungan sosial baru, dan memacu pembentukan institusi yang fokus pada konservasi hutan. Status hutan Jerman saat ini merupakan hasil dari sejarah panjang lingkungan hidup dan hubungan sosial yang sangat mengakar dalam penghormatan terhadap alam, yang telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Jerman.
Selain itu, Prof. Dr. Pujo Semedi juga menekankan bahwa keberlanjutan hutan Jerman didukung oleh hubungan kapitalistik yang menguntungkan, yang terkait dengan industrialisasi di sektor manufaktur dan pertanian. Selanjutnya ia membahas mengenai bagaimana hutan Jerman yang terkapitalisasi dapat mengambil manfaat dari ketegangan sosial-politik saat ini dalam masyarakat Jerman, dan bagaimana hal ini dapat membantu memahami mengapa hutan di negara lain yang juga terpapar dan ditempatkan dalam hubungan kapitalistik tidak seberuntung hutan Jerman.
Presentasi Prof. Dr. Pujo Semedi ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana sejarah, budaya, dan ekonomi dapat berperan dalam menjaga kelestarian hutan. Diskusi yang dipicu oleh presentasi ini diharapkan dapat menginspirasi upaya konservasi hutan di berbagai negara lainnya yang menghadapi tantangan serupa. Kesimpulannya, pendekatan holistik yang melibatkan kesadaran lingkungan, hubungan sosial, dan keuntungan ekonomi dapat menjadi kunci dalam melestarikan hutan di seluruh dunia.
Penulis : Afif Naufal Widiadi