SDGs 4: Quality Education
Budaya merupakan bagian yang melekat dalam kehidupan sehari-hari manusia. Pentingnya kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari tidak luput dari esensinya yang berperan penting dalam menentukan jati diri dan identitas suatu masyarakat. Terbentuknya identitas sebuah masyarakat dapat dibentuk dengan ciri khas yang terdiri atas keragaman unsur-unsur budaya, di antara lain bahasa, pengetahuan, dan kesenian. Unsur kesenian menjadi perhatian utama dalam melihat keunikan dari suatu budaya, salah satu komponen kesenian yang menarik banyak perhatian yaitu seni musik.
Rafi Karninto adalah mahasiswa Antropologi angkatan 2020 Fakultas Ilmu Budaya UGM yang telah menghasilkan sejumlah karya seni musik yang memadukan keragaman budaya lokal. Rafi, sapaan akrabnya, memulai perjalanan musik dari tahun 2017. Awalnya, ia memulai perjalanan musik dengan melakukan cover lagu-lagu daerah seperti cover lagu pertama asal Banjar, bernama Saputangan Babuncu Ampat pada November 2017. Setelah berhasil melakukan cover lagu pertamanya di platform YouTube, Rafi mengembangkan konten budaya pada platform YouTube miliknya dengan membawa unsur budaya pada gaming, vlog, dan tari kreasi.
Pada tahun 2019, Rafi merilis lagu ciptaan pertama yang berjudul, Pantun Tidayu. Lagu ini uniknya menggabungkan tiga bahasa berbeda, yaitu Ahe (Dayak Kanayatn), Melayu Pontianak, dan Mandarin. Tiga bahasa berbeda yang juga terinspirasi dari asal tiga etnis Kalimantan Barat tersebut.
“Dari awal buat lagu, aku suka eksperimen gabungin musik dari kebudayaan yang berbeda-beda dalam 1 karya,” ujar Rafi mengenai karya musik kebudayaan yang telah ia ciptakan dan kreasikan.
Tidak hanya menyanyikan lagu dalam bahasa berbeda, Rafi turut menyusun dan mengatur aransemen dari lagu yang ia ciptakan. Dua lagu terbaru yang Rafi ciptakan berjudul, “Pemuda” dan “Jatinegara”, menampilkan bakat dan kemampuannya dalam instrumen musik. Lagu “Pemuda” awalnya ia ciptakan untuk tari kreasi untuk memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober ketika ia tengah melakukan magang di Museum Sumpah Pemuda. Pada lagu ini, ia mengatur aransemen untuk disesuaikan dengan musik era tahun 1920an, namun tetap menggabungkan unsur etnik dari 7 daerah yang mengikuti Kongres Pemuda Kedua.
“Kalau lagu Jatinegara inspirasinya dari tempat tinggalku sendiri, Kecamatan Jatinegara, yang punya sejarah di masa kolonial dan punya tempat-tempat yang menarik untuk dieksplor. Musiknya pakai gambang kromong Betawi dengan tambahan unsur modern,” cerita Rafi mengenai latar belakang dari pengembangan lagu “Jatinegara” yang ia ciptakan pada 9 Maret 2024 lalu.
Dari sejumlah karya budaya yang telah ia ciptakan dan lestarikan, Rafi berharap di masa yang mendatang dapat lebih banyak berkolaborasi dengan berbagai seniman dan pembuat konten kebudayaan lainya. Ia juga berharap bahwa karyanya dan karya para penggiat kebudayaan dapat senantiasa melestarikan budaya lokal dan Indonesia dengan kesempatan menampilkan karya di berbagai acara.
Untuk mendengar karya musik ciptaan Rafi lebih lanjut, pembaca dapat mengunjungi laman khusus berisikan karya-karya musik Rafi pada tautan ini.