• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • SDGs 10: Reduced Inequalities
  • SDGs 10: Reduced Inequalities
  • hal. 11
Arsip:

SDGs 10: Reduced Inequalities

Memaknai Penggunaan Bahasa: Bagaimana Pria dan Wanita Menggunakan Bahasa Secara Berbeda

HEADLINERilis Berita Sabtu, 27 Januari 2024

SDGs 4: Quality Education | SDGs 4: Basic Literacy | SDGs 4: Education in Developing | SDGs 5: Gender Equality | SDGs 5: Empowerment | SDGs 8: Culture | SDGs 10: Reduced Inequalities | SDGs 11: Sustainable Cities and Communities | SDGs 17: Partnerships for the Goals | SDGs 17: Capacity Building

Pernahkah kalian penasaran mengapa terkadang pria dan wanita tampak seperti berbicara bahasa yang berbeda? Para ahli linguistik telah menelusuri misteri ini, menelaah perbedaan kosa kata untuk menelisik bagaimana pria dan wanita berkomunikasi dengan cara yang unik. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap dunia menarik dari pola bahasa khusus gender, menarik wawasan dari sumber yang kredibel untuk memberi Anda pengetahuan tentang aspek interaksi manusia yang menarik ini.

Gaya komunikasi: Membaca Makna Halus

Dalam interaksi sosial, pria dan wanita sering menampilkan gaya komunikasi yang berbeda. Wanita, khususnya, memiliki keterampilan untuk menggunakan bahasa implisit, terutama ketika mengungkapkan keinginan atau kesukaan mereka. Bayangkan: Anda sedang berkencan dan pacar Anda tidak langsung mengatakan ke mana dia ingin pergi. Sebaliknya, dia memberikan petunjuk, meninggalkan Anda untuk bermain teka-teki untuk mengetahui preferensi mereka yang tidak diutarakan. Kecenderungan ini sejalan dengan apa yang ditemukan oleh ahli linguistik, wanita sering menggunakan strategi komunikasi yang halus untuk menyampaikan maksud mereka (Lakoff, 1975).

Pertanyaan Tanda dan Intonasi Naik: Bahasa Rahasia Wanita

Salah satu studi penting tentang penggunaan bahasa khusus gender diteliti oleh Deborah Tannen pada tahun 1975, menjelaskan tentang prevalensi pertanyaan tanda (tag question) dalam percakapan wanita. Tannen berpendapat bahwa wanita menggunakan pertanyaan tanda sebagai cara untuk melindungi diri, menambahkan sentuhan ketidakpastian, atau mencari kepastian. Tannen juga berpendapat bahwa bahwa wanita sering menggunakan intonasi naik pada pernyataan, membuat mereka terdengar seperti pertanyaan. Kekhasan linguistik ini menambah lapisan kompleksitas pada komunikasi wanita, membutuhkan interpretasi yang bernuansa untuk memahami maksud mereka.

Penekanan Berbeda: Bahasa Pria vs. Bahasa Wanita

Para ahli linguistik telah mendalami perbedaan menarik dalam penekanan antara bahasa pria dan wanita, menemukan adanya gaya komunikasi yang unik. Penelitian menunjukkan bahwa pria, pada umumnya memprioritaskan penyampaian informasi, menuntut kejelasan dan keterusterangan. Sebaliknya, wanita sering kali lebih mementingkan koneksi sosial dan pengembangan hubungan (Tannen, 1990). Misalnya, wanita mungkin terlibat dalam berbagi gosip sebagai sarana untuk membina dan mempertahankan hubungan di antara mereka sendiri (Tannen, 1991). Praktik komunikasi ini bukanlah hal yang bersifat sepele, sebab berfungsi sebagai mekanisme ikatan sosial, memperkuat hubungan dalam lingkaran sosial mereka. Di sisi lain, pria cenderung berbagi informasi secara selektif, dengan fokus pada penyampaian detail yang relevan dan penting.

Kesimpulannya, penggunaan bahasa antara pria dan wanita terungkap sebagai fenomena multifaset yang dijalin dengan rumit dengan berbagai nuansa linguistik. Karya inovatif Deborah Tannen pada tahun 1975 menandai tonggak penting, menawarkan pintu gerbang ke pemahaman yang lebih dalam tentang gaya komunikasi yang khas ini. Kehalusan yang melekat pada bahasa wanita, ditambah dengan penekanan kuat mereka pada hubungan sosial, berkontribusi pada melimpahnya hubungan komunikasi manusia. Perlu diketahui, mengenali dan menghargai nuansa perbedaan bahasa sejalan dengan upaya skala global untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (SDG) ke 5 – Kesetaraan Gender. SDG 5 menekankan pentingnya membongkar stereotip gender dan mempromosikan kesempatan yang sama di berbagai bidang, termasuk komunikasi.

Karena pemahaman kita tentang perbedaan gender dalam bahasa terus berkembang, semakin penting untuk mempertimbangkan nuansa ini tidak hanya untuk meningkatkan komunikasi interpersonal, tetapi juga sebagai bagian dari komitmen yang lebih luas untuk mendorong kesetaraan gender. Dengan mengakui dan menghargai cara unik pria dan wanita berkomunikasi, kita berkontribusi untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif dan menghargai satu sama lain.

Referensi:
Lakoff, R. (1975). Language and Woman’s Place. Harper & Row.
Tannen, D. (1975). You Just Don’t Understand: Women and Men in Conversation. William Morrow and Company, Inc.
Tannen, D. (1990). You’re Wearing THAT?: Understanding Mothers and Daughters in Conversation. Random House.
Tannen, D. (19911990). You just don’t understand: women and men in conversation. 1st Ballantine Books ed. New York, Ballantine.

Catatan: Artikel ini merupakan terjemahan dari artikel yang telah diterbitkan oleh Pusat Bahasa FIB UGM melalui tautan ini.

Menggali Perjalanan Sarah Natasha: Sebuah Kilas Balik tentang Pengalaman IISMA ke University of York, Inggris.

HEADLINERilis Berita Sabtu, 27 Januari 2024

SDGs 4: Quality Education | SDGs 4: Education in Developing | SDGs 4: Education for Sustainability | SDGs 5: Gender Equality | SDGs 5: Empowerment | SDGs 9: Cooperation | SDGs 10: Reduced Inequalities | SDGs 11: Sustainable Cities and Communities | SDGs 17: Partnerships for the Goals | SDGs 17: Global Partnership

Mengenyam pendidikan di luar negeri merupakan satu hal yang diimpikan oleh banyak orang. Bagi Sarah Natasha, seorang mahasiswi Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, mimpi ini menjadi sebuah kenyataan melalui program Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA). Mari kita telusuri perjalanan, mimpi, dan pengaruh besar yang dirasakan oleh Sarah selama berkuliah di University of York, Inggris.

Perjalanan Sarah dimulai ketika ia mendapat informasi mengenai IISMA melalui akun sosial media Instagram milik IMAJI secara kebetulan. Bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan perspektif global, IISMA menarik perhatian Sarah, terlebih program ini menawarkan beasiswa penuh untuk belajar di luar negeri, sebuah mimpi yang telah ia simpan sejak lama. Didukung oleh dorongan orang tuanya untuk mengikuti program ini, keputusan Sarah untuk mendaftar didorong oleh keinginannya untuk menjelajahi dunia dan meraih prestasi akademik di lingkup internasional.

Memilih universitas yang tepat merupakan hal besar bagi Sarah, terlebih dengan banyaknya pilihan universitas unggulan yang disediakan oleh IISMA. Meskipun pada awalnya ia merasa ragu, keputusannya di menit-menit terakhir akhirnya menjadi penentu perjalanannya. Mempersiapkan banyaknya dokumen persyaratan seperti surat dan keterangan finansial menjadi salah satu tantangan bagi Sarah. Untungnya, menjadi seorang mahasiswi di Program Studi Sastra Inggris membuat proses ini menjadi jauh lebih mudah. Penulisan esai dan proses wawancara yang pada awalnya membuat Sarah merasa khawatir, ternyata dapat dengan mudah terselesaikan.

Keterlibatan Sarah dalam program IISMA memperluas kesadarannya terhadap isu-isu global, dengan menekankan pada Sustainable Development Goals (SDGs). Kelompoknya yang berfokus pada limbah makanan memicu semangatnya untuk memerangi segala tantangan lingkungan. Di negara di mana ia belajar, Sarah dan kelompoknya berkontribusi pada kegiatan sosial dengan mendonasikan baju, rumah, dan peralatan dapur kepada organisasi seperti British Heart Foundation dan komunitas Indonesia. Pengalaman ini menyoroti pentingnya memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, bahkan untuk hal-hal yang dianggap tidak penting baginya.

Pesona yang sering dikaitkan dengan belajar di luar negeri jauh dibandingkan dengan kenyataan yang dialami oleh Sarah. Namun, inti sebenarnya pada perjalanan terletak pada pembelajaran yang mendalam, yang mencakup pertumbuhan akademis dan adaptasi terhadap lingkungan baru. Sarah menemukan betapa berharganya kenangan yang ia ciptakan bersama teman-teman barunya, dan menekankan bahwa nilainya jauh lebih indah daripada momen yang ia bagikan di sosial media.

Perjalanan Sarah melalui program IISMA menujukkan kompleksitas, tantangan, dan pelajaran berharga yang didapat selama belajar di luar negeri. Mulai dari proses pendaftaran hingga berpartisipasi terhadap SDGs, kisahnya menunjukkan kekuatan transformatif dari pendidikan internasional. Dengan melanjutkan perjalanan akademisnya, pengalamannya menjadi sebuah inspirasi bagi orang lain yang ingin memulai perjalanan globalnya.

Mempertimbangkan perlunya persiapan yang matang, Pusat Bahasa FIB UGM berperan penting dalam memfasilitasi mahasiswa untuk mencapai tujuannya untuk belajar di luar negeri. Selain itu, Pusat Bahasa FIB UGM juga menyediakan program bahasa tahunan gratis untuk memenuhi persyaratan kemampuan bahasa di berbagai universitas internasional. Melalui kursus bahasa yang intensif, mahasiswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa Inggris, memastikan bahwa mereka telah memenuhi persyaratan dasar untuk mendaftar di institusi luar negeri. Pusat Bahasa UGM juga menawarkan beberapa panduan tes, seperti TOEFL dan IELTS yang sering menjadi syarat utama untuk mendaftar. Pusat ini juga membantu mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi, kesadaran budaya, dan kemampuan beradaptasi untuk menyiapkan mereka dalam menghadapi tantangan ketika belajar di lingkungan internasional. Dengan membangun lingkungan belajar yang mendukung, Pusat Bahasa FIB UGM berperan penting dalam mendorong mahasiswa seperti Sarah agar berhasil mengejar cita-cita akademik mereka di luar negeri.

Catatan: Artikel ini merupakan terjemahan dari artikel yang telah diterbitkan oleh Pusat Bahasa FIB UGM melalui tautan ini.

Fakultas Ilmu Budaya UGM Mengirim Mahasiswa untuk Mengikuti Pojok Bulaksumur Bertemakan Pemilih Pertama

HEADLINEHEADLINERilis Berita Jumat, 26 Januari 2024

SDGs 4: Quality Education | SDGs 4: Education in Developing | SDGs 5: Gender Equality | SDGs 5: Empowerment | SDGs 5: Equal Access | SDGs 8: Creativity and Innovation | SDGs 8: Development Oriented Policy | SDGs 9: Industry, Innovation and Infrastructure | SDGs 9: Access to the Internet | SDGs 10: Reduced Inequalities | SDGs 11: Sustainable Cities and Communities | SDGs 16: Peace, Justice and Strong Institution | SDGs 17: Partnerships for the Goals | SDGs 17: Capacity Building | SDGs 17: Civil Society Partnerships

Pada Rabu, 25 Januari 2024, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada mengikuti Pojok Bulaksumur dengan mengirimkan perwakilan mahasiswa bernama I Putu Adhimas Radiansyah Aryawan, untuk mengikuti kegiatan dialog santai tersebut. Pojok Bulaksumur yang merupakan dialog santai yang diadakan oleh Universitas Gajdah Mada melibatkan antara pimpinan UGM dengan media yang bertujuan untuk keterbukaan informasi kepada masyarakat umum. Pada acara Pojok Bulaksumur kali ini, dihadirkan tiga narasumber utama yang membahas isu terkini pemilihan umum dan peran mahasiswa sebagai pemuda untuk menggunakan hak suara dan menentukan pilihan mereka untuk masa depan bangsa dan negara. Tiga narasumber tersebut, yaitu: Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan UGM, Alfath Bagus Panuntun El Nur Indonesia, S.I.P., M.A., Ketua Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa, Laksito Lintang Kinanthi, dan Mahasiswa Fakultas Hukum 2022, Linda Kristiani Sianturi.

Pojok Bulaksumur dibuka dengan sambutan dari Sekretaris Universitas, Bapak Dr. Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu, S.H., LL.M., yang memberikan pesan bagi para Humas dan tenaga kerja universitas untuk keterbukaan komunikasi informasi dengan tepat, baik pada bagian front office maupun back office, terutama pada momen-momen saat ini yang mulai bermunculan isu seputar Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan PTN-BH. Bapak Andi Sandi juga membuka dialog Pojok Bulaksumur dengan memberi pengantar singkat mengenai pemilihan umum, khususnya tema pemilih pertama untuk pemilihan calon legislatif dan calon eksekutif. Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan sesi dialog santai kepada tiga narasumber mengenai penampilan debat calon presiden dan calon wakil presiden yang mewakili pembahasan eksekutif dan diskusi yang menyoroti pemilihan legislatif yang juga berperan penting dalam suasana pemilihan umum saat ini. Diskusi kemudian dilanjut dengan harapan para narasumber kepada para calon presiden dan wakil presiden mengenai perguruan tinggi, ruang digital yang inklusif bagi para pemilih, tren komodifikasi pemuda, dan green election yang merupakan perhatian isu lingkungan pasca kampanye.

“Diskusi Pojok Bulaksumur kali ini sungguh bermanfaat dan membuka ruang edukasi mengenai pemilihan umum, terutama bahasan mengenai pemilih pertama yang menjadi subjek tema yang menjadi lingkaran diskusi kali ini,” ucap pendapat Radiansyah Aryawan, perwakilan mahasiswa dari Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Diskusi pada Pojok Bulaksumur 25 Januari 2024, membuka pandangan bagi para mahasiswa, media terundang, dan para pimpinan beserta perwakilan universitas dan fakultas terhadap keterbukaan informasi dan pemilihan umum yang tengah berlangsung. Sebagaimana yang diutarakan oleh Linda Kristiani Sianturi, seluruh calon presiden dan wakil presiden memiliki visi dan misi untuk Indonesia Emas 2045 oleh karena itu kita perlu menyoroti visi dan misi masing-masing. Hal ini sesuai dengan penerapan SDG ke-16, Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh.

Puspa Argabima Klero: Sukses Mengatasi Tantangan Lingkungan dan Menjadi Destinasi Wisata Edukasi Pengolahan Sampah oleh Mahasiswa dan Dosen Fakultas Ilmu Budaya, UGM

HEADLINERilis Berita Jumat, 26 Januari 2024

SDGs 6: Equitable Sanitation| SDGs 8: Entrepreneurship | SDGs 9: Affordable Access | SDGs 8: Decent Work and Economic Growth | SDGs 10: Reduced Inequalities | SDGs 10: Development Assistance | SDGs 10: Responsible Consumption and Production | SDGs 10: Circular Economy| SDGs 14: Ecosystem Management | SDGs 17: Partnerships for the Goals | SDGs 17: Environmentally Sound Technologies

Dusun Klero yang terletak di Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan desa yang memiliki potensi sosial budaya dan daya tarik pariwisata yang cukup tinggi sehingga dapat dikembangkan untuk menarik wisatawan. Namun, Dusun Klero dihadapkan pada masalah lingkungan yang cukup serius, yakni ditutupnya TPA Piyungan sebagai tempat pembuangan akhir bagi limbah masyarakat Prambanan. Sehingga, sampah yang tidak dikelola dan tidak dapat dibuang ini menjadi persoalan yang harus segera ditanggulangi.

Melalui inisiatif dan kolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat, mahasiswa UGM dan dosen UGM Dr. Wulan Tri Astuti, mengembangkan pusat pengolahan sampah yang mengusung konsep zero waste dengan nama Puspa Argabima Klero, yang didirikan pada tanggal 10 Agustus 2022, dengan tujuan untuk mewujudkan tanggung jawab atas konsumsi dan produksi yang telah dilakukan (SDGs 12 Responsible Consumtion and Production). Organisasi ini diketuai oleh Mas Eliyadi selaku salah satu local heroes di Dusun Klero. Melalui berbagai pelatihan dan kerjasama yang telah dilakukan, Puspa Argabima Klero berhasil mengelola sampah yang bersumber dari 60 keluarga yang ada di dusun tersebut melalui pemilahan sampah, pemanfaatan sampah organik melalui budidaya maggot, dan penjualan sampah organik yang bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu Rapel.

Pada masa awal terbentuknya Puspa Argabima Klero, berbagai suka duka menjadi hal yang tidak pernah luput dari perjuangan masyarakat Dusun Klero dalam memperjuangkan kelestarian lingkungan. Seperti contoh, kandang budidaya maggot yang dibuat pertama kali untuk membudidayakan larva maggot diterpa oleh hujan hingga menyebabkan banjir dan membuat masyarakat berinisiatif untuk membangun bangunan yang tidak permanen menggunakan bambu maupun genteng milik masyarakat. Tidak berhenti di situ, bangunan yang telah dibangun dengan jerih payah masyarakat tersebut roboh diterpa angin kencang. Namun, hal tersebut tidak meruntuhkan semangat masyarakat, mereka mencoba meminjam uang untuk mendirikan bangunan semi permanen seluas 3×6 meter untuk tetap melaksanakan budidaya maggot.

Mealui program ini yang didukung oleh BPDLH (Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup), Puspa Argabima Klero dapat meluaskan bangunan tersebut menjadi 6×6 meter, mendapatkan 6 rak budidaya maggot yang difasilitasi dengan mesin pencacah kering dan basah, dan mendapatkan oven sehingga dapat mengashilkan produk unggulan yaitu Pupuk Kasgot oleh Puspa Argabima Klero dan dried maggot dengan nama produk Dr. Magro. Melalui berbagai fasilitas tersebut, Puspa Argabima Klero berhasil mendapatkan pemasukan melalui penjualan sampah anorganik, penjualan produk maggot fresh, pupuk kasgot, dan produk Dr. Magro yang secara bertahap dapat mengembalikan pinjaman yang telah diberikan dan mulai mewujudkan penghasilan kepada 15 anggota Puspa Argabima Klero yang di antaranya adalah 8 ibu rumah tangga. Puspa Argabima Klero juga telah mengelola sampah sebanyak 4-5 ton setiap bulannya dengan 5-9 kwintal dari sampah tersebut yang merupakan sampah organik dimanfaatkan menjadi bahan pakan maggot.

Puspa Argabima Klero telah menjadi perhatian di berbagai dusun sekitarnya karena berhasil menjadi contoh dalam pengolahan sampah terpadu. Mereka mengelola sampah organik dan anorganik menjadi nilai tambah bagi masyarakat. Prestasinya diakui oleh Kapanewon Prambanan saat ulang tahunnya yang pertama pada 10 Agustus 2023.

Berawal dari kemajuan tersebut, Puspa Argabima Klero berkembang menjadi destinasi wisata edukasi pengolahan sampah dengan memanfaatkan budidaya maggot. Dengan dukungan dari BPDLH, mahasiswa, dan alumni UGM, mereka menggunakan produk seperti maggot dan pupuk kasgot untuk integrasi dengan perikanan, peternakan, dan pertanian melalui mini-farm. Mini-farm ini dibangun untuk memberikan pakan ayam petelur, ikan, dan pupuk tanaman, serta menjadi sarana edukasi interaktif bagi pengunjung.

Selain itu, melalui program lanjutan, Puspa Argabima Klero memperluas bangunan dan menciptakan ruang edukasi sebesar 18 meter kubik. Penambahan ini juga melibatkan pengecoran lantai untuk memudahkan kegiatan pilah sampah. Melalui kerja sama dengan pelaku wisata, Puspa Argabima Klero berhasil menarik lebih dari 650 pengunjung, termasuk siswa SMP hingga pemerintah desa di Kabupaten Kendal, yang tertarik untuk belajar pengolahan sampah. Tambahan pemasukan ini memberikan dampak positif pada pengembangan dan keberlanjutan program mereka.

Foto 1: Lokasi Budidaya Maggot

Foto 2: Dokumentasi Mini-farm

 

Penulis: Dr. Wulan Tri Astuti, SS, MA

Mangayubagya Wisudawan/Wisudawati Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya

HEADLINERilis Berita Kamis, 25 Januari 2024

SDGs 4: Quality Education | SDGs 4: Education in Developing | SDGs 9: Affordable Access | SDGs 10: Reduced Inequalities | SDGs 11: Sustainable Cities and Communities | SDGs 16 Peace, Justice and Strong Institutions | SDGs 17: Partnerships for the Goals |  SDGs 17: Capacity Building

Rabu, 24 Januari 2024, Fakultas Ilmu Budaya melepas sebanyak 36 wisudawan/wisudawati dari Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Kegiatan berlangsung di Auditorium Soegondo dimulai pukul 13:00 WIB. Acara diawali dengan sambutan hangat dari Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Dr. Setiadi, M.Si, sambutan dari perwakilan mahasiswa Pascasarjana oleh I Made Umbaran Jaya, sebagai mahasiswa Magister Arkeologi peraih IPK tertinggi dengan IPK 3,98, penampilan istimewa Tari Tarek Pukat oleh Rampoe UGM, penyerahan dokumen kelulusan, dan diakhiri dengan doa bersama.

Pada momen ini, suasana haru dan bangga terpancar di wajah para wisudawan/wisudawati yang telah menyelesaikan perjalanan studi mereka di tingkat Pascasarjana. Setiap wisudawan/wisudawati menerima penghargaan secara simbolis, menandai akhir perjalanan studi mereka yang juga merupakan awal dari perjalanan baru mereka dalam dunia profesional.

Dengan berakhirnya acara ini, Fakultas Ilmu Budaya menuliskan sejarah baru dalam membekali generasi muda dengan intelektual yang siap menyumbangkan kontribusi berharga bagi bangsa dan negara. Semoga mereka dapat terus berkarya dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Selamat meraih mimpi dan sukses selalu!

1…9101112

Rilis Berita

  • IKMASA Future Leaders 2025: Menumbuhkan Kepemimpinan Strategis di Tengah Tekanan
  • Healthy Environments in the Era of Anthropocene: Belajar Bersama Komunitas Pelestari Lingkungan di Kulon Progo
  • Mengenal Sejarah Indonesia di Museum Benteng Vredeburg: Wujud Pembelajaran Bahasa yang Kontekstual
  • Workshop Kesiapan Kerja: Resume & Interview Tips Bersama Career Consultant AS
  • Mahasiswa Exchange Piknik ke Oemah Petroek dan Berdiskusi dengan Para Pimpinan FIB UGM

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY