SDGs 4: Quality Education | SDGs 4: Education in Developing | SDGs 5: Gender Equality | SDGs 5: Empowerment | SDGs 8: Decent Work and Economic Growth | SDGs 8: Creativity and Innovation | SDGs 8: Culture | SDGs 10: Reduced Inequalities | SDGs 10: Discrimination | SDGs 11: Sustainable Cities and Communities | SDGs 11: Disaster Risk Reduction | SDGs 16: Peace, Justice, and Strong Institutions | SDGs 16: Abuse | SDGs 17: Partnerships for the Goals
Ramayda Akmal, seorang dosen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, merupakan sosok yang berhasil menorehkan banyak prestasi melalui karya-karya sastra yang memikat dan memberikan kontribusi positif bagi pemahaman masyarakat. Lahir dengan bakat sastra yang luar biasa, Ramayda Akmal telah menciptakan buku-buku yang tidak hanya meraih penghargaan, tetapi juga memberikan wawasan mendalam terhadap realitas kompleks kehidupan Indonesia.
Baru-baru ini, karya Ramayda berjudul Jatisaba kembali dicetak ulang. Novel ini terbit pertama kali tahun 2009. Buku ini tidak hanya menjadi bukti komitmen panjangnya terhadap sastra, tetapi juga menjadi sebuah wadah bagi gagasan dan pemikiran kritisnya mengenai berbagai isu sosial di Indonesia. Dalam Jatisaba, Ramayda Akmal membahas beberapa poin penting yang menjadi fokus utama dalam pembahasannya. Salah satunya adalah isu human trafficking dan nasib tenaga kerja Indonesia (TKI). Karya ini menggambarkan dengan jelas tantangan dan penderitaan yang dihadapi oleh TKI, memberikan suara bagi mereka yang sering kali terpinggirkan dalam narasi sosial. Selain itu, buku ini juga mengulas kehidupan politik desa di Indonesia di awal tahun 2000-an, menciptakan representasi yang autentik terhadap dinamika politik di tingkat lokal. Ramayda Akmal dengan cermat menggambarkan nasib TKI dan buruh migrasi, membuka mata pembaca terhadap realitas kehidupan yang terkadang kelam. Pentingnya peran perempuan dalam masyarakat juga menjadi fokus dalam Jatisaba. Ramayda Akmal menyoroti posisi perempuan dengan tajam, menggambarkan tantangan dan ketidaksetaraan yang masih sering dihadapi oleh mereka dalam berbagai lapisan masyarakat.
Alasan Ramayda Akmal menuliskan buku ini tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga bersumber dari kejadian nyata yang terjadi di lingkungannya sendiri. Kepekaannya terhadap realitas sosial di sekitarnya menjadikan karya-karyanya memiliki dimensi kemanusiaan yang kuat.
Dalam merangkai kata-kata terakhirnya, Ramayda Akmal menyatakan bahwa “sastra merupakan alat untuk mengangkat kenyataan hidup yang lebih kompleks, daripada hanya sekedar hitam dan putih.” Ungkapan ini mencerminkan keyakinannya bahwa sastra memiliki kekuatan untuk membuka mata dan menyadarkan masyarakat akan kompleksitas kehidupan yang seringkali terabaikan.
Dengan prestasi yang telah diraih dan kontribusi besar terhadap dunia sastra Indonesia, Ramayda Akmal menjadi salah satu tokoh yang patut diapresiasi dan diinspirasi oleh generasi sastrawan masa depan.