• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • Feature Headline
  • Feature Headline
  • hal. 3
Arsip:

Feature Headline

La Conférence sur l’OULIPO

AGENDA Kamis, 28 Mei 2015

L’Oulipo a été créé en 1960 par François Le Lionnais, scientifique amoureux de littérature, et Raymond Queneau, écrivain et mathématicien. L’idée de départ était d’interroger la mathématique, la science et les formes oubliées, pour proposer de nouvelles structures pour les textes littéraires.
La notion de « contrainte » est centrale dans le travail oulipien. Contrairement aux apparences, elle est un facteur essentiel de liberté dans la création. Elle est également un outil décisif dans l’interrogation du « sens » : le texte dit ce qu’il dit et ce que la contrainte dit aussi.
Parmi les membres célèbres de l’Oulipo on compte Raymond Queneau, l’auteur des « cent mille milliards de poèmes » que personne ne lira jamais en entier, Georges Perec dont le roman « La Disparition » est tout entier écrit sans la lettre « e », Italo Calvino dont le roman « Si une nuit d’hiver un voyageur » n’est constitué que de débuts de romans, Jacques Roubaud, maître de l’alexandrin dont « l’Ode à la ligne 23 » explore tous les moyens de le trahir !
Le groupe est international et compte 40 membres dont la moitié sont excusés pour cause de décès.
Paul Fournel, écrivain, en est actuellement le Président. Il fera une présentation de l’histoire du groupe, de son fonctionnement et lira des textes caractéristiques du travail oulipien.

Waktu : KAMIS tanggal 4 juin, jam 13.00-15.00
Tempat : Auditorium FIB – UGM
Pembicara : Paul Fournel (paulfournel.net, http://oulipo.net/)
Peserta : Mahasiswa Prodi Sastra Prancis UGM, UNY, IFI-LIP & publik
francophone (berbahasa Prancis)

printemps français

Pujo Semedi Ketua Tim Kajian Independen Kasus Rembang

News Release Kamis, 16 April 2015

UGM telah membentuk tim kajian independen sebagai respon atas aduan masyarakat Rembang tentang kasus rencana pembangunan pabrik semen di wilayahnya. Menurut Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM, Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M., tim ini terdiri dari pakar dan mahasiswa dari berbagai bidang ilmu dan diketuai oleh Dr. Pujo Semedi.
“Tim ini memberikan kajian tentang pengalihan fungsi sumber daya publik untuk kepentingan industri serta melakukan kajian atas kesaksian dosen UGM dalam persidangan kasus itu,”papar Paripurna, Rabu (15/4).
Paripurna menambahkan kajian tentang alih fungsi sumber daya publik untuk kepentingan industri dari sisi ekonomi pada saat ini tidak mendesak bagi industri semen di Indonesia untuk meningkatkan produksi. Namun, jika di kemudian hari produksi semen memang perlu ditingkatkan maka harus dilakukan dengan mengikuti berbagai pertimbangan, seperti kerusakan lingkungan akibat pertambangan karst pasti terjadi dengan konsekuensi hidrologis, flora, fauna dan sosial.
“Konsekuensi di atas secara akademik belum dapat diidentifikasi dengan tuntas,”katanya.
Oleh sebab itu, kata Paripurna, pengubahan lingkungan karst harus dilakukan secara konservatif dan hati-hati dengan mempertimbangkan; pertambangan dilakukan secara terlokalisir di wilayah yang kosong penduduk atau tidak padat penduduk guna meminimalkan akibat negatif; di wilayah yang dihuni oleh warga pengalihan lahan ke perusahaan dan pengubahan penggunaan lahan harus dengan rela dan tanpa tekanan.
Sementara itu terhadap kesaksian saksi ahli dari UGM, Dr. Eko Haryono dan Dr. Heru Hendrayana, tim UGM melihat bahwa dari sisi keahlian keduanya adalah aksi ahli yang sah dan telah memberikan paparan tentang bidang keahliannya secara profesional. Namun, dalam komunikasi selanjutnya, muncul kesaksian yang tidak sesuai dengan asas kepatutan saksi ahli, antara lain memberikan kesaksian yang dapat mengarahkan pada satu kesimpulan tertentu, padahal keduanya tidak melakukan penelitian langsung di Rembang.
“UGM akan memberikan sanksi administratif sesuai aturan yang berlaku,”pungkas Paripurna (Humas UGM/Satria;foto: Budi H)

Kuliah Umum Prof. Henk Nordholt: Memahami Sebagian Proses Modernitas Indonesia dalam Pembentukan Budaya Bangsa

HEADLINENews Release Kamis, 26 Maret 2015

Salah satu “warisan” yang masih melekat pada budaya bangsa Indonesia karena proses kolonialisme adalah nilai-nilai modernitas pada aspek budaya pada sebagaian masyarakat Indonesia. Aspek budaya modern ini, oleh Kolonial Belanda ditanamkan dengan beragam cara. Cara itu antara lain melalui pendidikan, agama, bahasa, teknologi, iklan, jenis pakaian, dan peralatan rumah tangga. Identifikasi modernitas dalam budaya misalnya, dapat ditemukan dalam iklam “Bepergian dengan kereta api”. Iklan ini menegaskan pesan bahwa keluarga modern berpergian dengan kereta api”. Demikian juga pada iklan rokok, dengan mengangkat pesan, “yang tidak merokok, tidak modern”. Pada iklan kaca mata dan arloji juga membawa pesan yang sama, tidak modern, bila tidak memakai kaca mata dan arloji.
Modern juga bisa dinilai dari kebiasaan sehari-hari warga, misalnya dengan kebiasaan membaca surat kabar dan menghadiri pasar malam yang diterangi listrik. Gambaran itu menjadi sebagian dari ceramah Prof. Dr. Henk Schulte Nordholt dalam kuliah umum bertajuk, “Modernity and Cultural Citizenship in the Late Colonial Indonesia” di ruang Multimedia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Senin, 23 Maret 2015.
Menurut Henk, sejumlah kemajuan dalam bidang pendidikan seperti yang ditunjukan kaum pergerakan seperti Ki hajar Dewantara, HOS, Cokroaminoto, dan kaum pergerakan lainnya, salah satu karena kaum berpendidikan Indonesia yang berhasil mengambil nilai-nilai modernitas yang berkembang di luar Indonesia. Berpikir menjadi negara merdeka dan menjadi negara yang bebas adalah mimpi yang ingin diwujudkan. Meskipun demikian, pendidikan di Indonesia pada era colonial gagal menghasilkan kelas menengah yang kuat dan mengambil peran politik yang dominan, sehingga sebagian orang-orang Indonesia yang berpendidikan hanya mampu berpartisipasi dalam system colonial. Kaum terpelajar banyak yang lebih suka bekerja sebagai pegawai administrasi kantoran dan perkebunan colonial.
Prof. Henk lebih lanjut mengatakan bahwa kebiasaan orang-orang Indonesia, terutama di luar Jawa yang senang dengan pesta menjadi salah satu bagian dari proses transfer modernitas colonial di negara koloni. Kesenangan terhadap hadiah, pakain (fashion) , dan sepatu sebagai bagian dari symbol modernitas pada waktu itu yang mudah diterima oleh masyarakat Indonesia, khususnya di perkotaan.
Dengan realitas itu, menurut Bambang Purwanto yang ikut mendampingi Prof. Henk, Kolonial hanya ditolak secara politik, tetapi diterima dalam konteks budaya. Penerimaan atas sejumlah nilai-nilai modernitas yang berjalan bersamaan dengan proses kolonialisme di Indonesia seperti yang disampaikan oleh Henk, membuktikan hal tersebut. Terkadang kita tidak menyadari bahwa “kebanggaan yang kita bangun lahir dari sesuatu yang kita benci secara politik, namun nilai-nilai budayanya kita ambil sedemikian luas”. Lihatlah nilai-nilai yang dibangun oleh warga negara yang dikategorikan sebagai “indies” di Nusantara. Di dalam keluarga, pasti berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda.
Henk Schulte Nordholt adalah Professor of Indonesian History at Leiden University; Head of Research at Royal Netherlands Institute at Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV), Belanda.

Launching dan Diskusi Buku Karya Sartono Kartodirdjo: Mengurai Jejak Identitas Baru Sejarah Indonesia dalam Karya Sartono Kartodirjo

HEADLINENews Release Selasa, 11 November 2014

Di antara point penting yang terefleksi dari karya Pak Sartono Kartodirjo sebagaimana tergambar dari dua jilid bukunya, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1600-1900 dan Pengantar Sejarah Indonesia: Sejarah Pergerakan Nasional (2014) adalah upaya dan kerja keras tanpa lelah. Ketika kedua buku beliau ditulis, Pak Sartono dalam kondisi yang kurang mengutungkan, terutama pada penglihatan beliau. Kerja keras Pak Sartono untuk mewujudkan karya ini harus menggunakan lensa tambahan, kenang Bambang Purwanto yang hadir sebagai pembicara dalam acara Launching dan Diskusi Buku Karya Sartono Kartodirdjo di Gedung Margono Fakultas Ilmu Budaya UGM, Senin, 10 November 2011. Oleh karena itu, jika hari ini kita mendiskusikan buah pemikiran Pak Sartono, maka buku ini memiliki nilai lebih dari sisi analisis peristiwa sejarah Sejarah Indonesia yang terjadi pada periode yang ditulis.

Dari buku Pak Sartono kita bisa belajar, bagaimana adaptasi Kerajaan Mataram terhadap perkembangan Islam yang selalu bergerak pada level emporium. Penyesuain jabatan panembahan pun dilakukan kerajaan untuk menyesuaikan dengan gerak perubahan yang berlangsung di Nusantara pada waktu itu, papar Bambang Purwanto.

Lebih lanjut, Bambang Purwanto mengatakan bahwa untuk memahami karya dan pemikiran Pak Sartono, maka harus membaca secara utuh karya-karya beliau yang lain seperti Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (1992), Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, suatu Alternatif (1982), dan buku Sejarah Nasional yang diedit oleh beliau, termasuk dua buku Pengantar Sejarah Indonesia yang didiskusikan ini. Meskipun demikian, sebenarnya Pak Sartono menginginkan ada jilid 3 dari buku pengantar, namun hingga akhir hayatnya, buku yang diharapkan itu belum juga ada. Oleh karena itu, Bambang Purwanto menantang sejarawan masa kini membuat buku sejarah yang mampu melengkapi karya-karya Pak Sartono, tentu dengan perspektif yang lebih luas dan integratif sebagai sejarah Indonesia.

Pak Sartono berhasil menciptakan tantangan bagi sejarawan masa kini dan salah satu tantangan itu adalah pada sisi yang belum tercover dalam karya Pak Sartono seperti sejarah dalam perpektif gender dan sejarah Indonesia yang terjadi pada tahun 1950-1960an, papar Dr. Farabi Fakih yang juga sebagai pembahas buku karya Sartono Kartodirjo.

Menurut Farabih Fakih, Pak Sartono berhasil memberi identitas yang baru pada sejarah Indonesia, karena ketika karya Pak Sartono ditulis, tantangan terbesarnya adalah bagaimana orang Indonesia menulis atau memperlakukan sejarahnya. Dengan pendekatan total history, Pak Sartono berhasil menghadirkan pengetahuan sejarah yang diperankan oleh orang-orang Indonesia sendiri melalui berbagai jejaring social dan ekonomi yang terbentuk antara kerajaan-kerajaan local dengan para pedagang. Pak Sartono dalam karyanya juga berhasil membedakan dengan baik sekat antara nerlando sentris dengan Indonesia sentries. Kedua pembahas sepakat bahwa karya Pak Sartono sebagai pemantik atau karya awal untuk dilanjutkan dengan mulai menulis karya sejarah selanjutnya yang lebih kaya dengan perspektif. Jadi, jangan pernah berhenti menulis sejarah, meskipun sudah ada Buku Indonesia dalam Arus Sejarah, karena masih banyak sejarah yang harus ditulis.

Bila membaca adalah proses dialog antara pengarang dan pembacanya, maka buku adalah medianya, tidak peduli kapan proses “membaca” itu dilakukan, tetapi harus tetap membaca, meskipun menulis buku jauh lebih sulit daripada hanya sebagai pembaca. Oleh karena itu, apresiasi tinggi perlu disematkan pada Pak Sartono, harap M. Nursam sebagai pimpinan Penerbit Ombak Yogyakarta yang ikut memberi sambutan pada kegiatan yang dikreasi oleh Jurusan Sejarah UGM tersebut.

Kontributor: La Ode Rabani-UGM

Sartono cover1 buku

123

Rilis Berita

  • Menelusuri Arsip, Meresapi Rasa: Mahasiswa INCULS dalam Napak Tilas Budaya dan Sejarah Jogja
  • Menjembatani Timur dan Barat: Sufisme Carl W. Ernst dalam Sorotan Disertasi Mahasiswa Doktor Pengkajian Amerika
  • Prof. Wening Udasmoro Dianugerahi Penghargaan Inclusive Global Engagement oleh Universitas 21
  • Pemotongan Tumpeng Perayaan Kemenangan FIB UGM pada Nitilaku 2024
  • Menyebrangi Cakrawala: Menjelajahi Lithuania Lewat IISMA

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY