• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • Fakultas Ilmu Budaya UGM
  • Fakultas Ilmu Budaya UGM
  • hal. 5
Arsip:

Fakultas Ilmu Budaya UGM

Studi Banding Antropologi Budaya UGM ke Universitas Diponegoro

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 30 Desember 2024

Dalam rangka memperkuat kolaborasi dan bertukar pengalaman dalam pengelolaan kegiatan organisasi mahasiswa, Keluarga Mahasiswa Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada (KEMANT UGM) melaksanakan studi banding ke Keluarga Mahasiswa Antropologi Sosial Universitas Diponegoro (KAWAN UNDIP), Semarang. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 14 Oktober 2024 dan diikuti oleh puluhan peserta dari KEMANT UGM.

Studi banding ini dilakukan tidak hanya sekadar bermain atau jalan-jalan. Akan tetapi, tujuan utama dari kegiatan ini yaitu untuk mempererat hubungan antar lembaga kemahasiswaan dari kedua universitas, bertukar informasi terkait program kerja unggulan masing-masing himpunan mahasiswa, bertukar cerita mengenai praktik dalam manajemen organisasi mahasiswa, khususnya dalam lingkup pemberdayaan mahasiswa dan pengabdian masyarakat, dan kurikulum pembelajaran di kelas.

Rangkaian acara studi banding diawali dengan sambutan hangat dari tuan rumah, yaitu ketua himpunan mahasiswa KAWAN UNDIP, yang kemudian diikuti oleh perkenalan struktur organisasi dan program kerja masing-masing divisi. Setelah itu, sambutan dilanjutkan oleh ketua himpunan mahasiswa KEMANT UGM yang juga memperkenalkan struktur organisasi dan program kerja masing-masing divisi.

Kegiatan dilanjutkan dengan kumpul per divisi dan berdiskusi. Pada sesi ini, divisi yang sama pada kedua himpunan ini dipertemukan untuk saling bertukar informasi. Selain itu, perkenalan juga dilakukan lebih mendalam, seperti bercerita terkait hobi, makanan favorit, dan bertukar kontak yang diharapkan komunikasi akan terus tetap terjalin hingga di masa yang akan datang.

Setelah sesi diskusi, agenda selanjutnya yaitu makan siang dan dilanjutkan dengan mini games yang dipandu oleh divisi PSDM KEMANT UGM. Seluruh peserta mengikuti games dengan gembira dan penuh tawa. Kegiatan yang dapat merekatkan dan menambah keakraban antar himpunan. 

 

Dengan semangat kolaborasi, kegiatan diakhiri dengan foto bersama di depan patung ikonik UNDIP, yaitu patung kuda putih.

Seputar Jawa: Tembang Dolanan Sebagai Alat Komunikasi Berbahasa Jawa

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 12: Konsumsi dan Produksi Yang Bertanggung JawabSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 30 Desember 2024

Sedang viral sebuah kidung atau nyanyian Jawa di media sosial berjudul “Lela Ledhung”, lagu ini sangat banyak dibawakan atau dijadikan backsound sebuah video. Lela Ledhung adalah lagu yang diciptakan oleh Markasan. Lagu yang dimaksudkan oleh Markasan sebagai tembang pengantar tidur, yang kemudian menjadi lagu yang cukup popular di masa pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Lela Ledung menjadi viral karena penampilan Yogyakarta Royal Orchestra pada Konser Hari Penegakan Kedaulatan Negara 2024. Lela Ledhung yang memiliki laras pelog diaransemen oleh ML. Widyoyitnowaditro (Joko Suprayitno, S. Sn., M. Sn.) ke dalam format orchestra dengan apik. 

Lela Ledhung ini masuk kedalam salah satu contoh tembang dolanan Jawa. Tembang dolanan Jawa, sebuah jenis lagu tradisional yang sarat dengan nilai-nilai budaya. Dikenal sebagai lagu-lagu yang sering diperdengarkan dalam permainan anak-anak, tembang dolanan mengandung filosofi mendalam yang tak hanya mengajarkan nilai moral, tetapi juga melestarikan kearifan lokal melalui musik. Tembang dolanan merupakan bagian penting dari tradisi musik Jawa, yang melibatkan permainan kata dan nada yang mudah diingat. Bahasa yang digunakan dalam tembang dolanan terbilang sederhana dan mudah dilafalkan, merujuk dari Winarti (2010) tembang dolanan menunjukkan beberapa fungsi-fungai bahasa sebagai alat komunikasi dalam bahasa Jawa. 

Berdasarkan penelitian Winarti. D (2010) dalam Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Widyaparwa mengenai Lirik Lagu Dolanan sebagai Salah Satu Bentuk Komunikasi Berbahasa Jawa, beberapa fungsi bahasa yang ada dalam lagu Lela Ledhung, antara lain:

  • Fungsi regulatoris

Lagu Lela Ledhung memiliki fungsi regulatoris terletak pada liriknya “Cep menenga aja pijer nangis” yang memiliki makna untuk menyuruh seseorang, karena pada dasarnya fungsi regulatoris ini ditandai dengan penggunaan kata perintah.

  • Fungsi interaksi

Sering kali dijumpai kata-kata interaksi dalam lagu dolanan seperti bentuk sapaan dan pertanyaan, seperti pada lirik “Anakku sing ayu rupane” merupakan sapaan untuk anaknya yang berwajah cantik.

  • Fungsi personal

Fungsi personal biasanya menunjukkan tentang dirinya sendiri, contohnya menunjukkan sifat cantik untuk anaknya sendiri.

  • Fungsi heuristik

Merupakan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan bersifat mendidik, contohnya “Dadia wanita utama” dan “Dadia pendekaring bangsa”

  • Fungsi imajinatif

Memberikan gagasan yang bersifat imajinasi dan khayalan-khayalan, seperti pada lirik “Kae bulane ndadari kaya ndhas buta nggilani” memberikan imajinasi bahwa bulannya besar seperti buta atau raksasa.

  • Fungsi Informatif

Lagu dolanan banyak menggunakan bahasa yang mengandung informasi, memberikan pernyataan atau menjelaskan sesuatu. Contoh pada lagu Lela Ledhung terdapat pada lirik jika menjadi orang utama maka dapat menaikkan derajat dan nama orang tua.

  • Fungsi Puitik

Sebuah lagu diciptakan pasti mengandung unsur keindahan didalamnya, seperti penggunaan rima dan gaya bahasa atau diksi tertentu, contohnya “Tak emban slendhang bathik kawung” dilanjutkan dengan “Yen nangis mundhak gawe bingung” memiliki rima yang sama yakni “ung”

Fungsi-fungsi yang ada di lagu Lela Ledhung ini juga berlaku untuk tembang dolanan yang lainnya. Walaupun bahasa yang digunakan sederhana tetapi lagu dolanan memiliki banyak fungsi dan nilai-nilai yang ada didalamnya, yang dapat memberikan pengajaran dan pelajaran hidup bermasyarakat. Dengan semangat pelestarian budaya, tembang dolanan Jawa bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga media yang efektif untuk menyampaikan ajaran-ajaran luhur yang masih relevan bagi kehidupan modern saat ini.

Referensi

Winarti, D. (2010). Lirik Lagu Dolanan Sebagai Salah Satu Bentuk Komunikasi Berbahasa Jawa: Analisis Fungsi. Widyaparwa, 38(1), 1-12.

Referensi Gambar

music.youtube.com

[Humas FIB UGM, Editor: Sandya Kirani]

Temu Budaya Nusantara XXX: Manggala Gadjah Mada Ancala Raksi Budaya

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 12: Konsumsi dan Produksi Yang Bertanggung JawabSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSTICKY NEWS Senin, 30 Desember 2024

Temu Budaya Nusantara merupakan acara rutin tahunan dari IMBASADI (Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah Se-Indonesia), yang tempat pelaksanaannya digilir sesuai rapat pleno. Sebagaimana hasil Musyawarah Nasional Temu Budaya Nusantara XXIX di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Bangli, pada 8 November 2023, Universitas Gadjah Mada (UGM) terpilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan Temu Budaya Nusantara XXX pada tahun 2024 di bawah Prodi Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.

Temu Budaya Nusantara XXX pada tahun 2024 ini diselenggarakan pada 11-15 November 2024. Dengan berbangga hati, Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa menyambut baik para tamu delegasi. Para peserta dengan antusias mengikuti rangkaian acara TBN XXX 2024 dari hari pertama hingga di penghujung acara.

Temu Budaya Nusantara tahun ini mengusung tema “Manggala Gadjah Mada: Ancala Raksi Budaya”. Dengan makna mendalam terhadap keagungan Maha Patih Gadjah Mada, dan keharuman budaya. Dengan begitu, banyak dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dekat dengan budaya-budaya dari masing-masing delegasi yang hadir. Delegasi yang hadir antara lain adalah Sastra Daerah Bugis Makassar (Universitas Hassanudin), Pendidikan Bahasa Jawa (Universitas Sebelas Maret), Pendidikan Bahasa Jawa (Universitas PGRI Semarang), Sastra Batak (Universitas Sumatera Utara), Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali (Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa), Sastra Daerah (Universitas Sebelas maret), Pendidikan Bahasa Bali (Universitas Pendidikan Ganesha), Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa (Universitas Negeri Semarang), dan yang terakhir, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa (Universitas Gadjah Mada).

Temu Budaya Nusantara XXX diawali dengan pembukaan acara yang dilaksanakan secara langsung di Auditorium Soegondo lantai 7, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Diawali dengan tarian Golek Ayun-Ayun Jugag, dilanjutkan dengan menampilkan teaser Temu Budaya Nusantara XXX dan beberapa sambutan mulai dari perwakilan Ketua Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum., sambutan ketua pelaksana Temu Budaya Nusantara XXX, Bima Muslih, dan jajarannya.

Penampilan Tari Golek Ayun-Ayun Jugag oleh mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa

Temu Budaya Nusantara dibuka dengan pembukaan simbolis penancapan wayah Gajah Mada oleh perwakilan Ketua Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum. Pembukaan ini juga turut dimeriahkan dengan pameran alat musik daerah dan festival kuliner tradisional dari masing-masing daerah asal delegasi. Kemudian acara dilanjut dengan orientasi delegasi untuk saling berkenalan dan menampilkan yel-yel terbaiknya. Pada malam hari, delegasi mengikuti rangkaian Pagelaran Budaya yang berisikan penampilan pembacaan naskah dengan bahasa daerah masing-masing delegasi.

Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum. membuka dengan simbolis Temu Budaya Nusantara XXX

Terdapat banyak sekali lomba yang dilaksanakan dalam Temu Budaya Nusantara XXX ini. Lomba yang telah dilaksanakan antara lain adalah Lomba Desain Batik yang dilakukan secara daring dengan sistem penilaian melalui perhitungan likes terbanyak pada akun Instagram @manggala.gadjahmada. Selain lomba desain batik, TBN XXX juga melaksanakan lomba-lomba lainnya, di antaranya yaitu lomba Penulisan Karya Ilmiah Nasional, Lomba Dongeng, Lomba TikTok Nusantara, Lomba Dokumenter, dan Lomba Esai. Kegiatan lainnya yang tak kalah menarik adalah Tilik UGM, yang mana para peserta delegasi mengikuti serangkaian tour kampus UGM dan mempelajari sejarah tentang Universitas Gadjah Mada.

Awarding atau penganugerahan para juara lomba dilaksanakan pada hari keempat Temu Budaya Nusantara XXX. Malam awarding ini sekaligus mempertunjukan wayang lakon Gajahmada Kridha (Ra Kuti Balela) yang didalangi oleh mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa angkatan 2023, Ki Rafi Nur Fauzy. Seluruh delegasi mengikuti malam awarding yang sekaligus menjadi penutupan Temu Budaya Nusantara XXX ini. Banyak pula masyarakat umum yang turut menonton pertunjukan wayang Gajadmada Kridha.

Piala para juara lomba rangkaian Temu Budaya Nusantara XXX

Pada hari terakhir, para peserta delegasi mengikuti rangkaian kegiatan Wisata Budaya ke Pura Pakualaman. Delegasi dan beberapa panitia dari Temu Budaya Nusantara berkekeling Pura Pakualaman didampingi beberapa dosen dari Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dan diakhiri dengan kepulangan peserta delegasi ke kota asal.

Temu Budaya Nusantara XXX menjadi representasi generasi muda yang aktif turut serta melestarikan budayanya masing-masing. Berasal dari latar belakang daerah, budaya, dan adat istiadat yang berbeda, IMBASADI mampu menyatukan keberagaman tersebut. Dengan dilaksanakan Temu Budaya Nusantara XXX ini menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa yang perhatian dengan budaya daerah dan memiliki keterampilan untuk mengembangkannya, sudah sepatutnya generasi baru mempromosikan keberagaman budaya daerah yang ada di Indonesia dengan kemampuan yang dimiliki. 

[Humas FIB UGM, Editor: Sandya Kirani]

Teater “Ngathabagama” Karya Rafael Raga Sukses Menjadi Penyaji Terbaik dalam Festival Teater DIY 2024

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 12: Konsumsi dan Produksi Yang Bertanggung JawabSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 30 Desember 2024

Rafael Raga Budi Panuntun, mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa angkatan 2021 sukses menjadi penulis naskah dan sutradara teater bertajuk “Ngathabagama” dengan tema Panji yang membawa Kabupaten Sleman memenangkan juara umum dan penyaji terbaik dalam Festival Teater Provinsi DIY 2024. Teater Ngathabagama berhasil mendapatkan nominasi penyaji terbaik, sutradara terbaik, penata musik terbaik, penata artistik terbaik, ansemble terbaik, dan membawa pulang piala bergilir Festival Teater DIY.

Dikutip dari akun instagram @rafaelragabp

Keberhasilan Raga patut menjadi inspirasi, ditengah kesibukan akademiknya, Raga tetap dapat berkarya dan menciptakan sebuah teater yang indah dan menjadi penyaji terbaik. Proses yang dijalani oleh Raga cukup panjang, mulai dari penggagasan ide, penulisan naskah, dan lain sebagainya. Teater Ngathabagama adalah teater yang terbentuk secara tidak sengaja, berawal dari festival teater tingkat Kabupaten Sleman. Kapanewon Minggir telah menjadi juara di Kabupaten Sleman selama 2 tahun berturut-turut. Pada tahun 2023, Kapanewon Minggir membawakan teater bertajuk “Hagbala” dengan tema Yogyakarta, Sejarah dan, Romantisme yang juga ditulis dan disutradarai oleh Rafael Raga Budi Panuntun, bahkan 50% dari teater ini Raga garap sendiri, mulai dari produksi, musik, artistik, busana, dan lainnya. Hagbala berhasil menyabet juara 1 tingkat Kabupaten Sleman dan juara 3 dalam tingkat Provinsi DIY. 

Setelah berhasil menjadi juara dengan Hagbala pada tahun 2023. Di tahun 2024 ini, Rafael Raga beserta Kapanewon Minggir maju untuk mengikuti festival teater kembali di Kabupaten Sleman. Mengangkat Ngathabagama sebagai judul teater yang disajikan, kembali berhasil menjadi juara. Raga mengungkapkan bahwa ia menulis naskah dan gagasannya pada saat kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Hal ini menunjukkan bahwa dengan segala kesibukannya, Raga mampu menciptakan sebuah karya luar biasa yang tak disangka dapat membawanya menjadi penyaji terbaik dalam Festival Teater DIY 2024. 

Tema Festival Teater DIY 2024 ini mengacu pada petunjuk teknis dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY adalah Panji. Romansa dan cinta Panji dengan Sekartaji diangkat kedalam sebuah teater. Namun, Raga mengungkapkan bahwa ia ingin Ngathabagama diambil dari sudut pandang yang lain, yaitu bahwa kisah Panji dan Sekartaji yang selalu mendapatkan wiradat dari sebuah kodrat atau dapat disebut dengan takdir Tuhan yang mutlak. Raga melakukan riset dan menemukan bahwa Panji dan Sekartaji selalu mendapatkan takdir yang memisahkan mereka, baik dipisahkan oleh waktu, seseorang, ataupun keadaan. 

Naskah yang Raga tulis tidak luput dari konsultasi Raga dengan dosen Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa yakni Dr. Rudy Wiratama, S.I.P., M.A., seorang akademisi dan praktisi Wayang Gedhog yang menggunakan dasar tema Panji dan Sekartaji dalam setiap penyajiannya. Dengan perbincangan yang Raga lakukan bersama Dr. Rudy Wiratama, S.IP., M.A., akan memperkuat cerita dan dapat dipertanggungjawabkan validasinya. 

Setelah melakukan banyak riset dan perbincangan, Raga menemukan bahwa Panji dan Sekartaji selalu terpisah oleh takdir, salah satunya dipisahkan oleh dewa Bathara Kala yang direpresentasikan sebagai Kala adalah waktu. Raga mendapatkan sebuah ide yang tidak biasa, yakni menggarap teater Panji kali ini dengan menampilkan Bathari Durga atau ibu dari Bathara Kala yang memberi wiradat kepada Panji dan Sekartaji dan memisahkan mereka berdua untuk mendapatkan esensi yang lebih kuat. 

Raga menyilangkan antara Wayang Gedhog dan Wayang Purwa untuk mengetahui kelemahan dari Bathari Durga. Kelemahan dari Bathari Durga adalah Semar atau Sang Hyang Ismaya, Semar dapat mengalahkan Bathari Durha dengan merapalkan caraka walik, untuk mencegah keburukan lebih lanjut. Caraka walik adalah Aksara Jawa (Hanacaraka) yang dibaca secara terbalik, dipercaya dapat menangkal keburukan, Raga mengambil judul teater kali ini dari caraka walik baris pertama, Ngathabagama.

Banyak babad Jawa baik fiksi maupun nonfiksi yang menempatkan kisah sentral Panji dan Sekartaji. Pengetahuan Raga tentang berbagai macam karya sastra Jawa yang ada membuatnya yakin untuk menulis naskah ini. Cerita Panji dan Sekartaji sudah bukan hanya menjadi kekayaan Nusantara tapi untuk seluruh Asia Tenggara. Banyak juga esensi-esensi dari Wayang Purwa yang diangkat untuk teater Ngathabagama, seperti Semar, Bathari Durga, peran para dewa, penggarisan kodrat wiradat, kisah romansa yang memiliki banyak hubungan dengan karya sastra, dan kearifan lokal setempat seperti penggunaan caraka walik yang banyak dikenal untuk mengusir atau mengembalikan keadaan buruk.

Tidak hanya sajian teater Ngathabagama, Raga juga menciptakan original soundtrack untuk Ngathabagama dengan judul “Kalasmara” yang mendukung dialog antara Panji dan Sekartaji. Kalasmara ini diciptakan oleh Raga untuk mengarsipkan sajian teater yang telah dilaksanakan agar tetap mempunyai esensi yang berbeda. Raga menambahkan bahwa ia tidak ingin sebuah pentas hanya berakhir pada 30 menit sampai 1 jam diatas panggung, tetapi memiliki karya berbentuk lain yang selamanya dapat menjadi memori dan arsip kedepannya. 

Kisah Raga dalam penciptaan karya seni pertunjukan yang didasari oleh karya sastra Jawa diharapkan mampu menginspirasi mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa untuk dapat berkarya dan memanfaatkan ilmu yang telah didapatkan. Banyak karya seni yang dapat diciptakan berbekal dengan pengetahuan dari Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa.

[Humas FIB UGM, Editor: Sandya Kirani]

Malam Awarding Temu Budaya Nusantara XXX, Menampilkan Wayang Lakon Gajah Mada Kridha (Ra Kuti Balela)

HEADLINEHEADLINERilis BeritaSDGSSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Senin, 30 Desember 2024

Kamis malam (14/12/2024), Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa menggelar acara pementasan wayang dengan lakon Gajahmada Kridha (Ra Kuti Balela). Malam tersebut sekaligus menjadi malam penganugerahan juara kepada para pemenang lomba Temu Budaya Nusantara XXX, pementasan wayang ini juga diselenggarakan dalam rangka Peringatan Hari Wayang Dunia. Pementasan wayang dilaksanakan di Greenland Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Didalangi oleh M. Rafi Nur Fauzy, mahasiswa angkatan 2023 Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dan bekerjasama dengan Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta (UKJGS) UGM, pementasan wayang Gajahmada Kridha berjalan dengan lancar. 

Berdasarkan wawancara dengan Rafi, Gadjahmada Kridha (Ra Kuti Balela) menceritakan tentang peran Gajah Mada dalam menumpas pemberontakan Ra Kuti, seorang Dharmaputra atau abdi dalem pada masa itu. Pemberontakan yang dilakukan Ra Kuti ini didasari oleh rasa tidak puas terhadap Raja Jayanegara yang sangat lemah dan mudah disetir oleh bawahannya. Hal tersebut membuat beberapa punggawanya tidak senang, termasuk Ra Kuti. Ra Kuti menginginkan kembalinya harkat dan martabat Majapahit kala itu. Namun, ternyata gagasan Ra Kuti tidak disetujui oleh masyarakat sehingga masyarakat menganggap bahwa Ra Kuti melakukan sebuah pemberontakan. Saat Ra Kuti berhasil menduduki ibu kota, Jayanegara berhasil dilarikan oleh pasukan Bhayangkara. Setelah menyusun strategi, pasukan Bhayangkara bisa membalikkan keadaan dan Ra Kuti mati di tangan Gajah Mada. 

Pemberontakan yang dilakukan oleh Ra Kuti mengubah seorang Gajah Mada yang awalnya hanya sebagai komandan prajurit kemudian diangkat menjadi patih. Awal pemberontakan ra kuti sebagai Dharmaputra disebabkan adanya adu domba, oleh Mahapati, orang yang licik. Dia membuat siasat agar semua pendahulu Majapahit habis dan Mahapati bisa menyetir negara, walaupun ia tak menginginkan kedudukan raja. Gajahmada yang mengetahui kedok Mahapati berhasil membuat Mahapati mati di tangan Gajah Mada.

Pementasan wayang Gajadmada Kridha (Ra Kuti Balela)

Banyak proses terjadi dalam penulisan sanggit atau naskah pementasan wayang kali ini. Dengan bantuan R. Bima Slamet Raharja, S.S., M.A., dan Dr. Rudy Wiratama, S.I.P., M.A., sebagai akademisi dan praktisi wayang, Rafi mengungkapkan “Awalnya membaca Negara Kertagama tapi tidak ada secara eksplisit peran Gajah Mada didalamnya. Lalu konsultasi dengan Pak bima dan Pak Rudy disarankan membaca komik, tutur tinular, dan Pararaton.” Dapat membawakan sanggit hasil guratan tangan sendiri menjadi hal yang membanggakan dan menyenangkan untuk Rafi. Namun, sayang kurang ada apresiasi yang besar dari Fakultas Ilmu Budaya terkait pementasan pewayangan ini. Langkah awal yang baik bagi Program Studi Bahasa, Ssastra, dan Budaya Jawa dapat menyelenggarakan pagelaran wayang di Fakultas Ilmu Budaya, terutama untuk mengenalkan kepada mahasiswa dan warga Universitas Gadjah Mada tentang pewayangan.

Diharapkan dengan adanya pementasan wayang ini, semakin banyak mahasiswa maupun masyarakat umum yang tertarik dengan pewayangan, karena pada dasarnya wayang di era globalisasi ini sudah lebih fleksibel, tidak terpaku pada konvensi pedalangan. Tidak mengharuskan wayang klasik, tetapi boleh juga kontemporer sesuai dengan selera masing-masing. Untuk generasi muda agar bisa mencintai wayang dari apa yang menurut mereka menarik, bisa dari musik iringannya, ceritanya, dan tokohnya. Terdapat banyak sekali pelajaran hidup yang dapat dipetik dari pewayangan, yang dapat digunakan untuk bekal menjalani kehidupan kelak.

[Humas FIB UGM, Editor: Sandya Kirani]

1…34567…77

Rilis Berita

  • Pemotongan Tumpeng Perayaan Kemenangan FIB UGM pada Nitilaku 2024
  • Menyebrangi Cakrawala: Menjelajahi Lithuania Lewat IISMA
  • Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea Gelar Kuliah Umum “Teknik Berorasi dalam Bahasa Korea” bersama K-Speech Indonesia
  • Kunjungan Fakultas Ushuludin Adab dan Humaniora UIN Salatiga ke FIB UGM
  • Pengukuhan Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum. sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya UGM

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY