Yogyakarta, 19/9/2025 – Program Studi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada membuka rangkaian kegiatan Summer School bersama Iwate University Jepang, bertempat di Ruang Multimedia Gedung Margono FIB UGM. Acara pembukaan ini menghadirkan pemateri Dwi Pratnyawan, S.S., M.A. dengan materi bertajuk Protecting Archaeological Site (Cultural Heritage).
Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa Arkeologi UGM serta mahasiswa internasional dari Iwate University. Melalui forum akademik lintas negara ini, para peserta diajak untuk memahami pentingnya pelestarian warisan budaya sebagai identitas dan memori kolektif masyarakat.
Dalam paparannya, Dwi menjelaskan bahwa pelestarian cagar budaya mengacu pada Undang-Undang Cagar Budaya yang menekankan tiga aspek utama: Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Beberapa contoh nyata turut disampaikan, seperti rescue excavation di situs Candi Morangan dekat Prambanan, perawatan rutin di Candi Siwa Prambanan, hingga penentuan zonasi untuk batas perlindungan situs.
Selain itu, pengembangan cagar budaya dilakukan melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi, sedangkan pemanfaatannya diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan aspek kelestarian. Namun, Dwi juga menyoroti tantangan serius, antara lain lemahnya penegakan hukum—seperti kasus pemanfaatan Borobudur untuk iklan Red Bull dan kerusakan situs Majapahit akibat penambangan ilegal—serta pembangunan yang tidak terkoordinasi, misalnya penghancuran situs Trowulan demi pembangunan museum baru.
Diskusi semakin hidup ketika mahasiswa Indonesia maupun Jepang melontarkan pertanyaan terkait praktik terbaik pelestarian budaya di tengah modernisasi dan pembangunan yang masif.
Kegiatan ini sejalan dengan tujuan global Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 11 (Sustainable Cities and Communities) yang menekankan pentingnya menjaga warisan budaya dunia, dan SDG 17 (Partnerships for the Goals) yang tercermin melalui kerja sama internasional antara UGM dan Iwate University.
Dengan adanya forum ini, diharapkan mahasiswa tidak hanya memperoleh wawasan akademik, tetapi juga kesadaran akan peran mereka dalam melindungi identitas budaya bangsa sekaligus membangun jejaring internasional demi masa depan pelestarian cagar budaya yang lebih berkelanjutan.
[Humas FIB UGM, Candra Solihin]