
Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Tim Basabuja yang terdiri dari mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), berhasil meraih medali perunggu dalam ajang kompetisi esai nasional pada Pekan Ilmiah Andalas 2025. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL) Universitas Andalas, Sumatera Barat.
Tim Basabuja, yang merupakan akronim dari Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, terdiri atas empat mahasiswa yakni Muhammad Siswoyo, Yudha Adistira, Dwi Mei Saroh, dan Dian Nitami. Dalam perlombaan yang diselenggarakan secara luring tersebut, tim Basabuja mengusung subtema Hukum dan Budaya dengan judul esai Kuṭāramanawa: Ramanawa Kuna dan Kini.
Esai tersebut mengangkat hukum adat pada masa Kerajaan Majapahit, yang tercatat dalam Kuṭāramanawa. “Yang diterapkan dari Kuṭāramanawa adalah dalam bentuk Smart QR Code dan Internet of Things (IoT). Sebagai hukum yang berisi aturan-aturan sosial yang sangat lengkap, dengan 275 pasal dan 19 bab, kami menyadari bahwa Kuṭāramanawa memiliki nilai-nilai yang relevan dengan kondisi sosial dan lingkungan pada masa kini,” ujar Yudha Adistira dalam wawancara daring (28/05/2025).
Menurut keterangan Dwi Mei Saroh, dalam wawancara daring (24/05/2025), tim mereka harus melalui tahap eliminasi sebelum masuk ke babak final. Babak final tersebut dilaksanakan pada 10–13 Mei 2025, dengan sesi presentasi pada tanggal 11 dan pengumuman pemenang pada tanggal 12 Mei. “Yang mewakili tim kami untuk berangkat dan presentasi di Andalas itu hanya Siswoyo saja,” ungkapnya.
Proses penyusunan esai yang dilalui tim ini tidaklah mudah. Dian Nitami menuturkan bahwa perjalanan panjang mereka dimulai sejak bulan Januari 2025. “Dari proses pengerjaan tersebut, tentunya banyak dinamika terjadi dan yang terberat terletak pada kendala biaya. Meski demikian, hal ini dapat teratasi dengan adanya komitmen dan solidaritas tim serta bantuan dari banyak pihak lainnya. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan yang telah diberikan” jelasnya dalam wawancara daring (24/05/2025).
Pencapaian ini diharapkan dapat menjadi pemantik semangat bagi mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa untuk terus berkarya dan berinovasi. Selain itu, Muhammad Siswoyo mengajak kepada generasi muda untuk tetap berupaya dalam melestarikan, menggali pengetahuan, dan berinovasi dari karya-karya sastra Jawa. “Sastra Jawa memiliki banyak peluang inovatif yang dapat dikembangkan dengan pendekatan lintas disiplin ilmu. Banyak cabang ilmu yang terhubung dengan hukum, adat, kebudayaan, dan kebiasaan orang Jawa. Teman-teman dapat memanfaatkan hal tersebut menjadi inovasi baru. Untuk itu, yuk lestarikan budaya Jawa,” tuturnya dalam wawancara daring (24/05/2025).
Senada dengan hal tersebut, Yudha Adistira menekankan pentingnya aksesibilitas terhadap naskah-naskah klasik sebagai upaya pelestarian dan pemanfaatan nilai-nilai luhur bangsa. “Hukum adat sering kali dianggap kuno dan tertinggal, namun nyatanya terkandung nilai-nilai yang amat relevan dengan masa kini. Hanya saja, akses terhadap manuskrip seperti Kuṭāramanawa hingga saat ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami merasa penting untuk mendigitalisasi naskah ini agar dapat diakses lebih luas, dipelajari, dan diaplikasikan kembali, khususnya dalam konteks pendidikan hukum, pelestarian budaya, dan pembangunan karakter bangsa. Kami percaya bahwa teknologi bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan,” pungkasnya.
Penulis: Haryo Untoro
Editor : Haryo Untoro