Yogyakarta, 8/5/2025 – Balai Senat UGM dipenuhi dengan antisipasi saat komunitas akademik berkumpul untuk menyaksikan pengukuhan Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum., seorang tokoh terkemuka di bidang Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM). Acara yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 10.00 WIB ini ditandai dengan pidato yang menggugah berjudul “Eksistensi Bahasa Jawa Saat Ini: Peran, Tantangan, dan Peluangnya.”
Dalam pidatonya, Prof. Hendrokumoro menyoroti kondisi terkini bahasa Jawa yang semakin terbatas pada konteks tertentu, seperti dalam lingkungan keluarga atau komunitas tradisional. Tren ini berisiko membuat bahasa tersebut terpinggirkan, mencerminkan kekhawatiran yang lebih luas tentang keragaman linguistik di Indonesia. Ia menunjukkan bahwa 15 bahasa daerah di Indonesia seperti Tandia (Papua), Mawes (Papua), Palumata (Papua), Tugun (Papua), Saponi (Papua), Piru (Maluku), Kajeli/Kayeli (Maluku), Moksela (Maluku), Palumata (Maluku), Naka’ela (Maluku), Ternateno (Maluku Utara), Hukumina (Maluku), Hoti (Maluku), Serua (Maluku), Nila (Maluku). Beliau juga menekankan bahwa lebih dari 150 bahasa lain di Indonesia saat ini terancam punah, menegaskan perlunya tindakan mendesak untuk melestarikan warisan linguistik terutama dalam bidangnya, bahasa Jawa.
Prof. Hendrokumoro berargumen bahwa bahasa Jawa, dengan variasi yang kaya, sangat terkait dengan empat hubungan fundamental: hubungan antara manusia dan Tuhan, antar manusia, dengan diri sendiri, dan dengan alam serta isinya. Selanjutnya, untuk mengatasi tantangan yang dihadapi bahasa Jawa, ia mengusulkan pendekatan yang lebih fleksibel dan terbuka dalam pengajaran. Ia menyarankan untuk mengintegrasikan elemen budaya kontemporer, seperti musik pop Jawa dan film, ke dalam kurikulum. Lagu-lagu seperti “Rungkad,” “Satru,” dan “Kisinan,” serta film-film seperti “Yowis Ben” dan “Lara Ati,” dapat menjadi alat menarik untuk menarik generasi muda kepada bahasa tersebut.
Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk anggota fakultas, mahasiswa, dan perwakilan dari komunitas lokal. Suasana dipenuhi semangat saat para hadirin menyadari pentingnya melestarikan bahasa daerah sebagai bagian dari identitas budaya Indonesia. Pengukuhan ini tidak hanya merayakan pencapaian Prof. Hendrokumoro tetapi juga menjadi platform untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan dalam menjaga keragaman linguistik.
Sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Tujuan 4 yang menekankan pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata, pesan profesor tersebut bergema di kalangan audiens. Ia menyerukan upaya kolaboratif antara pendidik, pembuat kebijakan, dan komunitas untuk menciptakan lingkungan di mana bahasa daerah dapat berkembang bersama bahasa nasional.
Saat acara berakhir, para hadirin menyampaikan apresiasi mereka atas pidato Prof. Hendrokumoro untuk melestarikan bahasa Jawa. Pengukuhan ini bukan hanya perayaan pencapaian akademik tetapi juga pengingat akan peran vital pendidikan dalam memelihara warisan budaya dan keragaman linguistik.
[Humas FIB UGM, Bulan Churniati]