![](https://fib.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2025/02/IMG_8258-825x357.jpg)
Yogyakarta, 11/2/2025 – Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada akan mengadakan seminar nasional bertajuk “Hibriditas Budaya Tionghoa-Jawa dalam Sejarah Indonesia.” Acara ini akan berlangsung di Ruang Auditorium di lantai 7 Gedung Soegondo, mulai pukul 13.00 hingga 15.00 WIB. Seminar ini bertujuan untuk mengeksplorasi keragaman budaya yang kaya yang telah membentuk sejarah Indonesia, dengan fokus khusus pada interaksi antara budaya Tionghoa dan Jawa.
Seminar ini akan menampilkan tiga pembicara terkemuka: Prof. Dr. Sugeng Priyadi, M.A., Prof. Dr. Bambang Purwanto, M.A., dan Prof. Dr. Rustopo, M.A. Setiap pembicara akan menyampaikan perspektif unik mereka tentang hibriditas budaya yang muncul dari interaksi sejarah antara komunitas Tionghoa dan Jawa di Indonesia. Topik ini sangat relevan dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB, yang menekankan pentingnya keragaman budaya dan inklusi.
Setelah presentasi, ada sesi tanya jawab di mana peserta dapat berinteraksi dengan para pembicara dan mendalami lebih jauh topik yang dibahas. Segmen interaktif ini bertujuan untuk mendorong dialog dan pertukaran ide di antara peserta, sehingga meningkatkan pemahaman tentang keragaman budaya di Indonesia.
Seminar ini terbuka untuk umum, dan semua individu yang berminat diundang untuk hadir. Ini merupakan kesempatan berharga bagi mahasiswa, peneliti, dan siapa saja yang tertarik pada sejarah dan budaya Indonesia untuk mendapatkan wawasan dari para ahli terkemuka di bidangnya. Dengan berpartisipasi dalam seminar ini, peserta akan berkontribusi pada diskursus yang lebih luas tentang keragaman budaya dan signifikansinya dalam mencapai SDGs.
Sebagai kesimpulan, seminar “Hibriditas Budaya Tionghoa-Jawa dalam Sejarah Indonesia” menjanjikan menjadi acara yang mencerahkan yang menyoroti pentingnya keragaman budaya dalam membentuk identitas Indonesia. Ini menjadi pengingat akan interaksi sejarah yang kaya yang terus mempengaruhi masyarakat kontemporer dan perlunya untuk merangkul serta merayakan keragaman ini demi masa depan yang lebih inklusif.
[Humas FIB UGM, Bulan Churniati]