Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Museum UGM bekerja sama dengan Jejaring Museum Perguruan Tinggi Indonesia (JMPTI) menyelenggarakan acara Annual Meeting JMPTI 2024 di Auditorium Soegondo, lantai 7 Fakultas Ilmu Budaya UGM. Seminar nasional yang mengusung tema “Museum for Education: Articulating the Role of Museum in the Context of SDGs” ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, pegiat museum, serta tamu undangan lainnya. Acara ini bertujuan untuk mengupayakan museum agar lebih inklusif dan berdampak positif jangka panjang bagi pengunjung, khususnya dalam kaitannya dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Seminar nasional ini dibuka oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Prof. Dr. Setiadi, M.Si., yang dalam sambutannya menekankan pentingnya peran museum dalam pelestarian dan pengenalan budaya Indonesia. Beliau menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia merupakan pusat peradaban yang mempengaruhi budaya lain di sekitarnya. Oleh karena itu, museum, khususnya yang berada di lingkungan universitas, harus mampu menyajikan kekayaan budaya tersebut dengan cara yang jelas dan komprehensif. Prof. Setiadi berharap agar museum tidak hanya menjadi tempat pameran, tetapi juga ruang yang membangkitkan rasa ingin tahu dan apresiasi terhadap sejarah serta kebudayaan bangsa.
Acara ini kemudian dilanjutkan dengan pemutaran rekaman inspirational speech dari Andrew Simpson, Presiden University Museums and Collections (UMAC) dari International Council of Museums(ICOM). Dalam pesannya, Andrew menggarisbawahi pentingnya peran museum dalam pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, terutama di lingkungan universitas yang menjadi pusat kegiatan akademis.
Materi pertama dalam seminar ini disampaikan oleh Prof. Wiendu Nuryanti, Ph.D., yang memaparkan peran penting museum universitas dalam mencerminkan perjalanan sejarah universitas itu sendiri. Prof. Wiendu menegaskan bahwa museum universitas harus mampu berbicara lebih kuat daripada institusi universitas itu sendiri, karena ia menyimpan sejarah dan pencapaian intelektual yang menjadi dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa kini. Ia menambahkan bahwa museum universitas tidak hanya berfungsi sebagai tempat memamerkan koleksi, melainkan sebagai saksi bisu dari proses riset dan pengembangan ilmu yang berlangsung di dalamnya.
Pemaparan materi kedua dibawakan oleh Dr. Daud Aris Tanudirjo, yang menyoroti perbedaan mendasar antara museum dan tempat hiburan lainnya. Menurut Dr. Daud, museum memiliki potensi yang jauh lebih besar dibandingkan sekadar tempat pameran atau hiburan. Museum ideal adalah museum yang mampu memberikan dampak signifikan kepada pengunjungnya. Sayangnya, banyak museum yang hanya fokus pada penataan display yang menarik tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap pengunjung. Ia menegaskan bahwa museum universitas harus menjadi tempat yang tidak hanya menampilkan hasil akhir dari riset, tetapi juga mendokumentasikan proses penelitian dan penggalian ilmu pengetahuan yang mendasari riset tersebut. Dengan begitu, museum dapat menjadi lebih interaktif dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada pengunjung mengenai pentingnya penelitian akademis.
Materi terakhir disampaikan oleh Prof. Dr. Indra Wijaya Kusuma, M.B.A., yang menekankan pentingnya peran museum universitas dalam memperkenalkan identitas universitas itu sendiri. Menurutnya, museum memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi representasi dari visi, misi, dan karakter universitas. Lebih dari itu, museum universitas juga memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang mencakup berbagai aspek, seperti pendidikan berkualitas, pelestarian budaya, serta pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Prof. Indra menyatakan bahwa dengan peran ini, museum universitas tidak hanya berkontribusi pada lingkungan akademik, tetapi juga pada masyarakat luas dalam skala global.
[HUMAS FIB UGM, Penulis: Aldiza, Foto: Aldiza]