Departemen Sejarah UGM kembali menggelar kuliah umum bertajuk “Bagaimana Mengajarkan Sejarah Timor Timur di Indonesia” pada Selasa (9/10). Dalam kuliah ini, Prof. Dr. Asvi Marwan Adam, sejarawan dan peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bertindak sebagai pemateri utama. Tujuan dari kuliah umum ini adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang sejarah Timor Timur yang sering kali disampaikan secara terbatas atau bias.
Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Departemen Sejarah UGM, Dr. Abdul Wahid, yang menyampaikan bahwa tema ini menarik karena membahas mantan provinsi Indonesia yang jarang dikaji secara serius oleh akademisi maupun masyarakat umum.
“Ini (Timor Timur) adalah tetangga dekat kita, namun sayangnya sangat sedikit orang Indonesia yang mengkaji sejarahnya secara mendalam,” ungkap Abdul Wahid.
Dalam sesi materi, Prof. Dr. Asvi Marwan Adam menyampaikan bahwa alasan mengapa beliau sangat tertarik dengan sejarah Timor Timur ini dimulai dari fakta bahwa sejarah Timor Timur hilang dalam pengajaran sejarah.
“Dengan terpilihnya Prabowo sebagai presiden dan terpilihnya beberapa orang menteri yang pernah bertugas di Timor Timur. Apakah hal itu akan menjadi kendala di dalam penulisan sejarah di dalam pengajaran sejarah mengenai Timor Leste? Apakah sejarah yang ditulis atau diajarkan itu harus sesuai dengan mereka yang sekarang sedang berkuasa di Indonesia dalam arti kekerasan kekerasan sejarah itu akan ditutup apabila akan dilakukan oleh pihak militer Indonesia?”
Ia menegaskan bahwa menulis sejarah Timor Timur sangatlah kompleks, terutama karena berbagai pelanggaran HAM berat yang terjadi di sana. Hal ini tercermin dalam banyaknya karya film, buku, novel, dan memoar yang mengangkat topik tersebut. Materi yang disampaikan Prof. Asvi memicu diskusi yang sangat aktif, dengan audiens yang antusias mengajukan pertanyaan dalam dua sesi diskusi.
Melalui panel diskusi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman yang mendalam tentang sejarah Timor Timur sangat penting untuk disampaikan secara objektif dan terbuka dalam pendidikan di Indonesia. Memahami peristiwa-peristiwa sejarah di Timor Timur akan membantu masyarakat Indonesia melihat masa lalu dengan perspektif yang lebih luas dan memahami dampaknya terhadap hubungan regional serta isu kemanusiaan. Dengan mempelajari sejarah ini, generasi muda dapat lebih kritis terhadap intervensi politik dalam penulisan sejarah dan lebih menghargai pentingnya keadilan serta proses rekonsiliasi.
Panel diskusi selengkapnya dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=JOVgP2mM_yw&t=1319s
[Unit Humas FIB UGM: Aldiza, Foto: Adnan, Putu]