Dialek yang beragam dalam sebuah negara multibahasa mungkin muncul sebagai fenomena di mana orang-orang berbicara bahasa yang sama tetapi masih tidak dapat memahami apa yang dikatakan orang lain dari daerah lain. Misalnya, orang Jawa yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur berbicara dan memegang budaya Jawa. Namun, mereka mungkin bingung atau tidak mengerti apa yang dikatakan pendengar dalam percakapan. Hal ini disebabkan oleh variasi bahasa yang disebut dialek.
Dialektologi, sebuah studi linguistik yang berfokus pada bagaimana bahasa berbeda berdasarkan geografi dan faktor sosial, hadir untuk membantu menjawab pertanyaan tersebut. Dalam kasus ini, 14 mahasiswa dari kelas dialektologi mencoba mempelajari variasi kosakata (kata atau frasa) yang spesifik untuk daerah tertentu. Mereka pergi ke Jombang, Jawa Timur pada 10-11 Mei 2024, untuk menemukan variasi kosakata bahasa Jawa.
“Ada 14 mahasiswa di kelas kami dan mereka dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok pergi ke kecamatan yang berbeda, yaitu Perak, Wonosalam, Diwek, dan Peterongan. Kami membawa daftar 200 kata Swadesh untuk mengetahui perubahan dari bahasa Jawa standar dengan mewawancarai seorang informan di setiap kecamatan,” jelas Eduar. Kecamatan-kecamatan tersebut dipilih berdasarkan hipotesis mereka. “Diwek dan Perak berada di barat Jombang, jadi kami memperkirakan bahwa masyarakat masih menggunakan dialek Mataraman sementara Wonosalam dan Petarongan berada di timur. Oleh karena itu, masyarakat kemungkinan besar menggunakan dialek Surabayanan,” tambah Dina. Dari data yang dikumpulkan, mereka membandingkan dan memetakan perubahan tersebut.
Para mahasiswa mengatakan bahwa kunjungan lapangan ini merupakan pengalaman yang tak ternilai. Ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana seorang ahli bahasa mengumpulkan data seperti merencanakan program, berkoordinasi dengan penduduk setempat, dan berinteraksi serta mewawancarai mereka. “Itu menyenangkan dan selalu menjadi pengalaman berharga bagi saya. Sebagai penutur asli bahasa Jawa, saya banyak belajar dari pengalaman ini. Misalnya, saya tidak tahu bahwa kata kenceng berarti lurus dalam dialek mereka. Yang saya tahu, kenceng berarti banter atau kencang (cepat). Tentu saja, ini menambah pengetahuan saya,” Dinda menggambarkan apa yang dia rasakan.