Kemajuan teknologi terutama dalam dunia jejaring sosial secara tidak langsung dapat memberikan pengaruh pada penggunaan bahasa saat berinteraksi dengan lawan bicara. Berinteraksi melalui media sosial juga turut menggunakan bahasa. Kesantunan berbahasa menjadi hal penting yang dapat digunakan pembicara dalam berkomunikasi supaya lawan bicara tidak merasakan adanya tekanan, rasa disudutkan, serta rasa tersinggung. Kesantunan juga diperlukan dalam menyikapi berita. Ribuan dan bahkan jutaan berita berseliweran di media sosial. Tidak semua berita tersebut benar. Ada juga berita bohong atau hoaks. Berita bohong ini akan menyasar ke semua kalangan, termasuk ibu-ibu. Ibu-ibu termasuk kelompok masyarakat rentan terhadap informasi. Program Studi Magister Linguistik Fakultas Ilmu Budaya, selain mengajarkan dan mengembangkan ilmu Bahasa, juga berkomitmen mengedukasi masyarakat dalam berbahasa di media sosial, khususnya kesantunan berbahasa dalam menyikapi berita bohong. Untuk itu, kegiatan pengabdian pada masyarakat tahun 2023 ini difokuskan pada menyikapi berita bohong di media sosial di lingkungan ibu-ibu Kalurahan Caturtunggal dan Terban.
Oktober
Senin, 16 Oktober 2023, Departemen Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa mengadakan seminar kuliah umum yang bertajuk “Cinta Kakak-Beradik dalam Sastra Jawa Modern: Sebuah Cangkriman untuk Peneliti Sastra”. Seminar ini diselenggarakan secara gratis dan terbuka untuk umum di Auditorium Soegondo, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Dalam seminar ini dihadirkan narasumber seorang dosen senior dari Australian National University yakni Dr. George Quinn. Rudy Wiratama, S.I.P., M.A., dosen Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Universitas Gadjah Mada juga turut hadir dalam seminar ini sebagai moderator.
Sebagai pembuka Dr. George Quinn menceritakan latar belakang pendidikannya serta pengalamannya ketika Beliau berkuliah di Universitas Gadjah Mada. Dr. George Quinn melanjutkan pemaparanya dengan melakukan bedah karya novel jawa, diantaranya “Puspitasari”, “Truntum” karya Siti Aminah, dan “Kinanti” karya Margareth Widhy Pratiwi.
Dalam paparan ini Quinn melakukan tafsiran terhadap karya-karya novel jawa bergenre roman yan mengandung unsur perkawinan inses atau perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga atau kekerabatan dari sudut pandang Kesusastraan Jawa. Tafsir pertama, masyarakat Jawa memiliki cara pandang mengenai hubungan cinta suami-istri yang ideal adalah seperti cinta tulus adik dan kakak. Oleh karena itu, mungkin sering kita dengar di wilayah Jawa seorang istri memanggil suaminya dengan sebutan mas, dan seorang suami akan memanggil sang istri dengan sebutan dik. Tafsir kedua, hubungan inses ini sudah dimiliki oleh kisah mitos kuno kisah kasih Dewi Sri dan Sedhana. Terdapat pula kisah Prabu Watugunung dalam Babad Tanah Jawi dan cerita Sangkuriang dari Jawa Barat.
Lalu mengapa mitos kuno dengan unsur inses berperan dalam perkembangan kesusastraan Jawa Modern? Rupanya kisah-kisah kuno ini menjadi memori kolektif di masa modern saat ini. Hal tersebut membuat cerita mengenai kisah roman dalam kekerabatan terus direproduksi. Selain sebagai kisah fiktif yang bertujuan untuk menghibur rupanya kisah bertopik hubungan inses ini juga berfungsi sebagai media belajar bahwa hubungan inses merupakan suatu hal yang sebaiknya dihindari. Pesan moral tersebut lebih mudah dipahami ketika dikemas dalam bentuk mitos dan cerita.
Seminar ini dikemas dengan apik. Topik yang dipilih pun sangat menarik. Audiens yang hadir mengikuti seminar ini dengan saksama. Seminar ditutup dengan sesi tanya jawab. Kiranya seminar ini dapat menjadi media reflektif bagi kita dan kesusastraan Jawa terus berkembang di era modern saat ini.
Pada bulan Desember tahun 2022 silam, Kapalasastra sebagai salah satu Badan Semi Otonom (BSO) dalam bidang pecinta alam telah sukses melakukan pendidikan dasar bagi anggota barunya. Serangkaian kegiatan pendidikan dasar (diksar) yang dilakukan meliputi pemahaman dan praktik dasar panjat tebing, susur gua, arung jeram, dan gunung-hutan. Sesuai dengan asas kekeluargaan yang dimiliki oleh Kapalasastra secara turun temurun, seluruh kegiatan itu dilaksanakan tanpa ada unsur kekerasan atau bentakan.
Pada bulan Januari, diksar gunung-hutan bertempat di lereng Gunung Ungaran dan dilaksanakan selama lima hari. Dalam kegiatan ini, diberikan pengajaran mengenai praktik Ilmu Medan Peta dan Kompas (IMPK), Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD), Search and Rescue (SAR), serta melatih kemampuan survival. Pada bulan berikutnya, dilaksanakan diksar arung jeram atau Olahraga Arus Deras (ORAD). Sungai Elo adalah tempat yang dipilih dengan perhitungan tingkat keamanan sungai sedang serta curah hujan yang sedang juga.
Agenda selanjutnya ialah panjat tebing pada bulan Maret. Panjat tebing diadakan di tebing Pantai Siung. Tidak hanya materi ruang dan praktik memanjat saja, peserta juga diperkenalkan dengan bentuk-bentuk karang yang membentuk lapisan tebing. Mereka diberi kesempatan untuk mengelilingi tebing-tebing karang dan mengamati morfologi dari setiap sisi tebing yang dijajaki.
Terakhir, diksar susur gua atau caving dilaksanakan di Purworejo. Terdapat dua bentuk gua yang harus disusuri, yakni gua vertikal dan horizontal. Gua horizontal yang dipilih adalah Gua Sikantong. Gua ini memiliki panjang lintasan 1,5 KM dan dialiri arus sungai di dalamnya. Selanjutnya, gua vertikal yang dipilih adalah Gua Sibodak. Goa ini memiliki kedalaman sekitar 25 meter. Peserta mempelajari dan mengamati stalaktit dan stalakmit, struktur gua, biota di dalamnya, serta ilmu fotografi gua. Seluruh rangkaian diksar kemudian ditutup dengan pelantikan di Pantai Parangkusumo sekaligus menjalankan agenda bersih pantai.
Pada bulan Oktober tahun 2023 ini, Kapalasastra kembali menggelar pendidikan dasar tersebut. Harapannya, pendidikan dasar ini mampu memberi pembelajaran dan praktik baik untuk mengenal alam secara lebih dekat, menjadi wadah penyalur minat bakat, serta mengentaskan citra negatif pecinta alam. Kapalasastra; cinta alam, cinta kehidupan, tanpa melupakan kebesaran Tuhan!
Siapa yang tak kenal sawer? Ya! Budaya kuno nusantara berupa kegiatan penonton membagikan uang kepada penampil atas hiburan yang diberikan. Rupa-rupanya aktivitas ini masih kerap dipraktekkan dan berkat digitalisasi yang tidak bisa dihindari, muncullah varian baru berupa sawer online yang memanfaatkan komodifikasi fitur-fitur media sosial sebagai media komunikasi paling terjangkau oleh semua kalangan. Salah satu penerapannya ada dalam bentuk gift live stream platform TikTok.
Fitur baru yang dipelopori oleh TikTok menjadikannya platform yang digandrungi khalayak luas. Berbeda dengan Youtube yang mengandalkan pemasukan dari iklan atau Instagram dari endorse produk, pembuat konten di TikTok bisa mendapatkan ‘bayaran’ langsung dari gift yang diberikan penonton. Indonesia sendiri berada di urutan kedua dengan jumlah pengguna aktif TikTok sebesar 99,07 juta orang dengan waktu rata-rata 23,1 jam per bulan (Statista, 2022). Tak heran jika masyarakat kerap memanfaatkan platform TikTok untuk mendapat penghasilan melalui berbagai kontennya. Konten-konten yang menjual kesedihan dan rasa iba seperti mandi lumpur, menyuap bayi dengan makanan, orang tua sebagai visualisasi streamer, dan masih banyak lagi mampu meraup penghasilan ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) menjadi jembatan para mahasiswa UGM untuk meneliti fenomena ini. Berangkat dari keresahan akan normalisasi konten live stream TikTok yang menyerap simpati menjadi sumber harta, riset sosial humaniora ini dikoordinir oleh Bulan Churniati (Sastra Inggris, 2021) dengan personel multidisiplin berbagai background yaitu Zahra Hafizha Rahma (Ilmu Komunikasi, 2021), Regan Alim Tsaqif (Psikologi, 2022), Aisyah Azka (Geografi, 2020), dan Faruq Saifudin Nurrohman (Peternakan, 2021) serta Syaifa Tania, S.I.P., M.A. sebagai dosen pendamping. Proses pengambilan data primer dalam penelitian ini adalah melalui survei dengan capaian 401 orang. Kemudian berdasarkan heterogenitas jawabannya, dipilihlah 5 orang untuk mengikuti Focus Group Discussion secara offline dan 3 orang wawancara secara daring untuk penyesuaian persebaran.
Perilaku sawer online melalui fitur gift dalam platform TikTok merupakan salah satu bentuk gift giving behavior yang berkembang di media sosial dan menjadi salah satu bagian penting dalam penelitian ini yang menarik untuk dikaji serta dianalisis kaitannya dengan fenomena lainnya yang didapati dalam perilaku tersebut. Adapun aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian ini mengenai gift giving behavior diantaranya orientasi, bonding value, dan generalized reciprocity. Mengenai aspek orientasi, sebanyak 303 responden memberikan gift sesuai keinginan mereka sebagai viewers konten live streaming “sawer online”. Hal tersebut sejalan dengan jawaban responden terkait kesepadanan gift yang diberikan dengan tindakan live streamer, mayoritas atau sebanyak 258 responden menjawab sepadan. Perilaku gift giving atas keinginan sendiri dapat didasari oleh pemikiran bahwa hal tersebut akan sepadan dengan tindakan live streamer. Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa konten live stream yang patut diberikan gift apabila dapat menghibur, memberikan dampak kepada pemberi gift, dan konten merupakan sebuah hal yang sepadan untuk diberikan gift dengan atau tanpa permintaan dari viewers.
Riset yang dilakukan bukan hanya berhenti pada aksi mencari, melainkan juga menyebarkan apa yang perlu disebar—pemahaman masyarakat akan fenomena ini. Maka dari itu, tim PKM RSH Sawer Online pun memiliki berbagai sosial media yang berisi tentang edukasi serta anjuran bagi masyarakat untuk memilah tontonannya. Harapan kedepannya, setelah program ini selesai, akan ada banyak program lain yang terinfluensi untuk mengajak masyarakat melek persepsi.
Referensi
Ceci, L. 2022. TikTok users by country 2022. URL: https://www.statista.com/statistics/1299807/number-of-monthly-unique-tiktok-users/. Diakses tanggal 16 Februari 2023
Han Ismail merupakan salah satu dari puluhan ribu mahasiswa Indonesia yang terbaik, membawa harum nama bangsa Indonesia karena prestasinya sejak S1, S2 dan S3 di Al-Azhar Kairo yang begitu cemerlang.
Dalam sidang disertasinya pada hari Selasa, 10 Oktober 2023 yang diuji oleh para pakar dan profesor ahli bahasa Arab; Prof. Dr. Ahmed Ali Rabi Mahmoud (Pembimbing utama), Prof. Dr. Syamsul Hadi, MA. (Guru besar Linguistik dari UGM sebagai pembimbing pendamping), dan sebagai penguji; Prof. Dr. Salah Hamdi Hudhud dan Prof. Dr. Ahmed Arif Hegazi, Han Ismail dapat mempertahankan disertasinya serta membuktikan kecakapan berpikir dan intelektual serta ke dalaman ilmu pengetahuannya, khususnya dalam bidang linguistik bahasa Arab.
Han Ismail dalam disertasinya menerangkan kajian tentang kolokasi yang cukup mendalam, dengan spesifikasi studi komparatif kolokasi bahasa Arab dan bahasa Melayu, yang ditinjau dari sudut pandang ilmu semantik. Kolokasi bahasa Arab dengan bahasa Melayu adalah penggunaan sebuah kata Arab dengan melibatkan (menggabungkan, menyadingkan) kata Arab lain dalam struktur kalimat Arab guna memproduksi makna kalimat yg sesuai. Struktur kalimat dalam bahasa Arab berbeda dengan struktur kalimat yang ada dalam bahasa Melayu. Perbedaan kolokasi bahasa inilah yang dibandingkan oleh Sdr. Han Ismail.
Setiap kata dalam sebuah kalimat tertentu pasti berkaitan dengan kata sebelumnya atau sesudahnya. Kesalahan dalam menyandingkan (melibatkan, menggabungkan) kalimat dengan kalimat yang lain akan menyebabkan tidak adanya kepaduan (keserasian) wacana atau teks (makna) yang dihasilkan. Begitu juga kekeliruan dalam menyandingkan kata dengan kata yang lain akan menyebabkan lemahnya kalimat tersebut. Dalam beberapa bahasa tertentu kekeliruan dalam menyandingkan kata dengan kata yang lain terkadang merupakan kesalahan yang akan diketahui oleh para penutur asli bahasa, baik dalam bahasa Arab maupun dalam bahasa Melayu. Contohnya; dalam bahasa Indonesia, kita bisa mengatakan: “Binatang itu telah mati”, tetapi kita tidak bisa kita mengatakan: “binatang itu telah meninggal dunia”
Demikianlah isi disertasi milik Han Ismail. Melalui kecakapa berpikirnya, Ia telah memberikan kontribusi apik dalam bidang linguistic Bahasa Arab. Kiranya karya disertasinya dapat menjadi sumber yang sangat berharga bagi para sarjana dan praktisi.