SDGs 4: Quality Education | SDGs 17: Partnerships For The Goals

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman mengadakan Workshop Pelatihan Penulisan Majalah “Memetri” setiap tahunnya. Pada tahun ini, workshop berlangsung pada Kamis, 2 Februari 2024, bertempat di Floating Resto Sleman. Workshop ini diikuti oleh berbagai kalangan, di antaranya Pasbuja (Paguyuban Sastra dan Budaya Jawa), FGSM (Forum Guru Sleman Mengajar), dan lima (5) mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa angkatan 2023. Mereka adalah Rafif Wicaksono, M. Rafi Nur Fauzy, Audrey Gizella Islamey, Rela Sazkia, dan Zidna Nabila.

Workshop Pelatihan Penulisan Majalah “Memetri” tahun ini dikhususkan pada penulisan karya berbentuk feature berbahasa Jawa. Tujuannya adalah melatih para peserta untuk menulis feature, meningkatkan kreativitas, dan melestarikan bahasa Jawa. Terdapat berbagai materi yang disampaikan oleh narasumber, seperti rumus menulis feature, metode menulis feature, dan cara memilih rujukan untuk feature yang akan ditulis. Wiwien Widyawati Rahayu, dosen Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, turut menjadi narasumber dalam workshop ini. Beliau menyampaikan metode dalam mencari sumber feature.

Audrey Gizella menyampaikan pendapatnya dalam mengikuti workshop tersebut. “Alhamdulillah, workshop ini sangat menyenangkan, tidak membosankan, dan mendapatkan ilmu baru untuk menulis feature.” Rafif Wicaksono menambahkan, “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami, terlebih lagi program studi kami juga berhubungan dengan sastra. Sebab itu, kami dapat mengetahui seluk-beluk penulisan feature yang baik dan benar,” tuturnya.

Kegiatan workshop ini diakhiri dengan praktek menulis feature dengan mengangkat topik sekitar Floating Resto Sleman. Lima penulis dengan hasil karya terbaik akan berkesempatan menjadi wartawan majalah “Memetri” oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman. Dengan ini, diharapkan akan terdapat banyak orang yang gemar menulis dalam bahasa Jawa, khususnya feature, untuk majalah “Memetri”.

Penyelenggaraan Workshop Pelatihan Penulisan Majalah “Memetri” merupakan sebuah upaya konkret untuk melatih generasi muda agar dapat menulis feature sekaligus ikut serta dalam pelestarian Kebudayaan Jawa. Upaya pendidikan dan kerja sama dari berbagai pihak dalam melestarikan budaya sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan (poin ke-4) dan kemitraan untuk mencapai tujuan (poin ke-17).

SGDs 4: Quality Education|SGDs 17: Partnerships For The Goals

Pada Selasa, 5 Maret 2024, Fakultas Ilmu Budaya UGM melaksanakan agenda puncak terakhir dari rangkaian acara Dies Natalis ke-78 Fakultas Ilmu Budaya UGM, yaitu Rapat Senat Terbuka. Rapat Senat Terbuka digelar di Auditorium Soegondo Lt. 7, mengundang para tenaga pendidik, dosen, mahasiswa perwakilan, dan Insan Berprestasi dari mahasiswa dari FIB UGM. Agenda ini tersusun sejumlah kegiatan utama seperti Pembukaan Rapat Senat Terbuka oleh Ketua Senat FIB UGM, Laporan Tahunan Dekan FIB UGM 2024, Sambutan dari Rektor UGM, Pidato Dies Natalis ke-78 FIB UGM oleh Prof. Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA., Pemotongan Tumpeng, dan Penghargaan Insan Berprestasi.

Rapat Senat Terbuka dimulai dengan pembuka oleh Ketua Senat Fakultas Ilmu Budaya UGM, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A., M.Phil., dilanjutkan Laporan Tahunan Dekan FIB UGM 2024 oleh Prof. Dr. Setiadi, M.Si., yang memaparkan laporan tahunan 2023 FIB UGM dalam tiga bidang: Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerjasama dan Alumni, dan Bidang Aset, Keuangan, Sumber Daya Manusia. Pemaparan Laporan Tahunan Dekan FIB mencangkup sejumlah aspek, seperti pencapaian, akumulasi prestasi, kerjasama, pengembangan akademik dan kemahasiswaan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat, penelitian dan jurnal, dan lain-lain. Pemaparan laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai proses-proses pengembangan dan penguatan yang telah menjadi komitmen FIB UGM. Pembaca dapat mengakses laporan tahunan melalui laman Daftar Informasi Tersedia Secara Berkala melalui tautan berikut Laporan Tahunan Dekan FIB UGM 2024.

Setelah pemaparan laporan tahunan, kegiatan dilanjutkan dengan sambutan Rektor UGM,  Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D, yang menerangkan Indonesia memiliki potensi keragaman budaya yang dapat menjadi peluang inovasi yang memiliki nilai bermakna. “… Potensi ini tentunya menjadi sumber pengetahuan penting untuk mengoptimalkan inovasi yang tidak hanya menciptakan produk budaya baru, namun sejauh mana budaya itu mampu menuah mana yang produktif sekaligus menjadi khasanah nilai yang bermakna bagi kehidupan,” paparnya mengenai pentingnya keragaman budaya.

Agenda kegiatan dilanjutkan dengan Pidato Dies Natalis ke-78 Fakultas Ilmu Budaya UGM oleh Guru Besar FIB UGM, Prof. Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA., dengan judul: “The Upper Subject: “Honor” dan Praktik Reproduksi Sosialnya dalam Masyarakat Indonesia Kontemporer”. Pada pidatonya, Beliau menerangkan pentingnya melihat keberadaan manusia di tengah perkembangan teknologi dan informasi di masa modern yang kian mengesampingkan peran manusia sebagai subjek yang mulai tergantikan dengan peran teknologi sebagai subjek baru yang menjadi perhatian saat ini. Selain itu, sikap kelompok masyarakat turut menjadi sorotan, terutama dengan adanya fenomena yang marak saat ini dalam menampilkan kemewahan yang dimiliki.

Setelah Pidato Dies Natalis ke-78 Fakultas Ilmu Budaya UGM berakhir, acara dilanjutkan dengan sesi Penghargaan kepada insan berprestasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada yang terdiri atas dosen berprestasi, tenaga kependidikan berprestasi, tenaga kependidikan berkinerja baik, dan mahasiswa berprestasi. Adapun daftar penghargaan Insan Berprestasi FIB UGM sebagai berikut:

1. Penghargaan dosen berprestasi
   1. Dr. Sita Hidayah, M.A.
   2. Dr. Aprinus Salam, M.Hum.
   3. Dr. Agus Suwignyo, M.A.
2. Penghargaan tenaga kependidikan berprestasi: Eska Nurbowo, A.Md. dari Pusat Bahasa
3. Penghargaan tenaga kependidikan berkinerja terbaik: Bapak Murjiman dari Bagian Tata Usaha
4. Penghargaan mahasiswa berprestasi diberikan kepada
5. Wahyu Lestariningsih dari Program Studi Antropologi Budaya,
6. Devina Ocsanda dari Program Studi Arkeologi,
7. Lulu Nabiha Nurilailati dari Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang,
8. Raihana Alfiyya Riqqa Aldila dari Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea,
9. Grace Sandy Br. Barus dari Program Studi Bahasa dan Sastra  Indonesia
10. Rifal Fadlurrahman dari Program Studi Bahasa dan Sastra Prancis
11. Rafael Raga Budi Panuntun Hernawan dari Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
12. Muhammad Jhony Fonsen dari Program Studi Pariwisata
13. Elvira Sundari dari Program Studi Sastra Arab
14. Devi Ayu Lisdiyana dari Program Studi Sastra Inggris
15. Dinda Nabila dari Program Studi Sejarah

Acara berikutnya dilanjutkan dengan prosesi Pemotongan Tumpeng simbolis oleh Ketua Senat FIB UGM yang kemudian diserahkan kepada Dekan FIB UGM dan diteruskan ke Ketua Dies Natalis ke-78 FIB UGM, Erika Purnawati, S.Kom., M.Cs.. Setelah Pemotongan Tumpeng berakhir, acara dimeriahkan kembali dengan kehadiran paduan suara gabungan antara dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa, dengan persembahan tiga lagu bertemakan “Cinta” dengan ragam versi kepada FIB UGM yaitu, Fly Me to the Moon, Karena Cinta, dan Selayang Pandang.

Rapat Senat Terbuka Dies Natalis ke-78 Fakultas Ilmu Budaya UGM diakhiri dengan sesi Pembacaan doa oleh Bapak Hamdan, M.A. dan penutupan Rapat Senat Terbuka oleh Ketua Senat Fakultas Ilmu Budaya UGM. Akhir dari kegiatan ini diharapkan membawa harapan baru bagi masa depan FIB UGM yang inovatif dalam mendorong kemajuan budaya Indonesia.

SGDs 4: Quality Education – SDGs 4: Equal Access – SDGs 9: Industry, Innovation and Infrastructure – SDGs 16: Strong Institution – SGDs 17: Partnerships For The Goals
Pada hari Jumat, 26 Januari 2024, Ketua Departemen Antarbudaya FIB Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Sangidu, M.Hum. berkunjung ke UIN Sunan Ampel Surabaya sebagai narasumber pada kegiatan Pembekalan Program Transfer Kredit Mahasiswa ke Mesir. Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Wiwik Setiyani, M.Ag., perwakilan dosen serta mahasiswa Program Studi Sastra Arab dari berbagai institusi di Indonesia.

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Wiwik Setiyani mengatakan “Program Transfer Kredit telah diinisiasi oleh Prof. Sangidu sejak tahun 2000-an dan masih berlangsung hingga saat ini. Pada tahun ini, UIN Sunan Ampel Surabaya memberangkatkan 13 orang mahasiswa untuk melanjutkan studi S2 dan S3 di Mesir. Semoga kegiatan ini akan terus berlanjut dan jalinan kekeluargaan UIN Sunan Ampel Surabaya dengan Universitas Gadjah Mada tetap terjaga”.

Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Prof. Dr. Sangidu, M.Hum. yang pernah menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kairo, Mesir periode 2009-2013. Dijelaskan bahwa Indonesia memiliki hubungan kekerabatan dengan Timur Tengah sejak lama, khususnya Mesir. Oleh karena itu, universitas-universitas di Mesir terbuka untuk mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan studi ke sana. Peluang ini perlu dimanfaatkan dengan baik karena sangat penting untuk meningkatkan kemampuan bahasa Arab, baik lisan maupun tulis.

SGDs 4: Quality Education – SDGs 4: Education for Sustainability – SDGs 5: Equality Access – SDGs 8: Culture – SDGs 11: Sustainable Cities and Communities – SDGs 16: Education – SDGs 17: Partnership for the Goals

Pada Kamis, 22 Februari 2024, Departemen Sejarah FIB UGM sukses mengadakan kolokium Magister Sejarah dengan dua pemakalah, yakni Indriyani dan Nur Fadilah Yusuf. Sementara itu, Dr. Mutiah Amini, M.Hum. dan  Dr. Wildan Sena Utama, S.S., M.A. bertugas sebagai pembahas. Acara itu juga dihadiri oleh Kepala Departemen Sejarah dan mahasiswa S2-S3 Sejarah yang berlangsung pukul 13.30 hingga 15.30 WIB di ruang 709 Gedung Soegondo FIB UGM.

Indriyani dengan rencana tesis berjudul “Simbol Raja menjadi Simbol Kota: Taman Sriwedari di Surakarta 1901-1987”  menjadi pemakalah pertama dalam kolokium itu. Secara umum, tesisnya menjelaskan tentang Taman Sriwedari yang mengalami perubahan dari ruang eksklusif menjadi ruang inklusif. Awalnya, Taman Sriwedari didirikan oleh Pakubuwana X pada 1901 sebagai ruang privat keraton, sehingga masyarakat biasa sering menyebut taman itu sebagai “Bon Raja” atau “Kebon Raja” yang berarti “Taman Raja”. Kemudian, kondisi itu berubah ketika komersialisasi atas Taman Sriwedari terjadi melalui pemberlakuan tiket masuk atau karcis. Akhirnya, taman itu menjadi ruang publik. Pasca kemerdekaan Indonesia, Taman Sriwedari bertambah fungsi menjadi ruang revolusi yang mana mayoritas hasil penjualan karcisnya digunakan untuk kepentingan kemerdekaan. Setelah masa revolusi, ada anggapan dalam masyarakat yang mengatakan “belum ke Solo kalau belum ke Sriwedari”, sehingga menurut Indriyani,  Taman Sriwedari pada akhirnya menjadi semacam simbol kota Solo.

Pemakalah kedua, yakni Nur Fadilah Yusuf dengan rencana tesis berjudul “Taman Ismail Marzuki: Kehidupan Seni dan Politik 1968-1998” secara umum membahas relasi antara seni dan politik yang mana negara turut memengaruhi berjalannya kegiatan di TIM (Taman Ismail Marzuki). Awalnya, pendirian TIM pada 1968 merupakan hasil diskusi antara orang-orang yang dikenal sebagai kelompok Manifes Kebudayaan dengan Gubernur Ali Sadikin. Hal itu bisa dikatakan sebagai hibah karena dukungan para seniman ketika itu terhadap penguasa Orde Baru. Nur Fadilah Yusuf juga menyampaikan tentang perubahan TIM yang tidak hanya berubah secara ruang, tetapi juga secara pemikiran (dari representasi seni untuk seni menjadi realisme sosialis yang dibawa oleh Lekra). Pada 1998, TIM berfungsi sebagai ruang diskusi bagi para aktivis dan mahasiswa yang akan melakukan gerakan reformasi ke gedung parlemen Jakarta.

Kolokium ini tentu menjadi kesempatan emas bagi para pemakalah untuk mendapatkan kritik dan saran progresif bagi perbaikan karyanya. Apalagi, sebagaimana dikatakan oleh Wildan Sena Utama, tradisi peer-review di Indonesia masih tergolong langka.

“Orang-orang di Indonesia itu, mengapa salah satunya banyak mengalihkan perhatiannya ke predatory publisher kayak gitu karena mereka menghindari tradisi peer-review itu. Mereka antipati terhadap tradisi peer-review karena mereka takut, jadi menganggap itu semacam arena pembantaian, gitu, lho, bukan sebagai kesempatan untuk memperbaiki karyamu, (untuk) memperbaiki kualitasmu,” tutur Wildan Sena Utama.

Selain itu, Wildan Sena Utama juga memberikan tips untuk menghadapi peer-review.

“Ada tipsnya, ketika kalian mendapatkan peer-review yang kompleks, jangan langsung dikerjakan, didiamkan saja dulu sehari-dua hari karena kadang kalian juga harus menyiapkan otak kalian lebih prima dulu untuk mengerjakan itu. Itu salah satu tips menghadapi peer-review,” ucapnya.

SGDs 4: Quality Education – SDGs 4: Cultural Diversity – SDGs 4: Education for Sustainability – SDGs 5: Equality Access – SDGs 8: Culture – SDGs 10: Education – SDGs 16: Strong Institutions –  SGDs 17: Partnerships For The Goals – SDGs 17: Global Partnership

Pada hari Kamis, 22 Februari 2024 pukul 10.00–15.00 WIB, Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang (BKJ) UGM mengadakan kegiatan Kolaborasi Pendidikan bersama Ferris Women University (FWU) dari Yokohama, Jepang. Kegiatan yang menjadi sarana pertukaran budaya ini dihadiri oleh Sato Akira, Ph.D. sebagai dosen pendamping bersama 3 mahasiswa Ferris Women University, serta dosen dan mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang. Setelah acara penerimaan oleh Kaprodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang UGM, Tatang Hariri, M.A., Ph.D, dosen dan mahasiswa FWU masuk ke kelas perkuliahan untuk melakukan diskusi dan pertukaran informasi dengan mahasiswa UGM.

Kegiatan kolaborasi terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama kegiatan dilakukan bersama mahasiswa tahun pertama dan sesi kedua dengan mahasiswa tahun ketiga. Di kedua sesi tersebut, mahasiswa FWU bersama mahasiswa BKJ UGM dibagi menjadi tiga kelompok untuk mendiskusikan beberapa tema dengan menggunakan bahasa Jepang. Untuk sesi pertama, topik diskusi yang diangkat adalah perbedaan kehidupan mahasiswa di Indonesia dan Jepang, sedangkan sesi kedua dengan mahasiswa tahun ketiga, mereka mendiskusikan tentang budaya dan sistem kerja di Indonesia dan Jepang. Setelah diskusi, setiap kelompok mempresentasikan hasil atau poin penting diskusi masing-masing menggunakan bahasa Jepang.

Bagi civitas akademika, pengetahuan akan perbedaan budaya dalam berbagai aspek kehidupan dinilai penting. Hal ini dikarenakan selain sebagai sarana untuk memperkaya pengetahuan, mengetahui perbedaan budaya juga meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk beradaptasi dengan budaya lain. Kegiatan kolaborasi pendidikan ini diharapkan akan melatih kemampuan berpikir kritis dan mendorong mahasiswa untuk berinovasi dari perspektif yang didapatkan dalam diskusi kelompok. Seperti yang tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs), kolaborasi ini dapat menjadi sarana untuk membangun pendidikan yang berkualitas serta sebagai landasan dalam menciptakan kemitraan global