Yogyakarta, 22 Oktober 2025 – Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa turut menunjukkan kiprahnya dalam pelestarian dan pengembangan khazanah naskah Nusantara melalui partisipasinya dalam rangkaian kegiatan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) 2025. Acara bergengsi tersebut meliputi Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XX, Penghargaan Naskah Ingatan Kolektif Nasional (IKON) 2025, serta Musyawarah Nasional Masyarakat Pernaskahan Nusantara VIII yang berlangsung pada 15–17 Oktober 2025 di Auditorium Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Gedung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta. Kegiatan yang dihadiri oleh para peneliti, akademisi, dan pemerhati pernaskahan dari berbagai daerah di Indonesia ini menjadi ajang penting untuk memperkuat kolaborasi dalam pelestarian, penelitian, dan pemanfaatan naskah-naskah kuno Nusantara sebagai warisan budaya bangsa.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Arsanti Wulandari, M.Hum., dosen Prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, bersama Nanda Nursa Alya, S.S., alumni dari prodi yang sama, turut berpartisipasi aktif tidak hanya sebagai peserta, tetapi juga sebagai pemakalah dalam Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XX.
Simposium yang digelar pada Kamis, 16 Oktober 2025, di Gedung Widya Graha BRIN, diawali dengan registrasi peserta pada pukul 08.15 WIB, dilanjutkan dengan pembukaan dan sesi panel yang terbagi ke dalam 11 tema besar. Dalam setiap panel, para peneliti memaparkan hasil kajiannya dan berdiskusi secara ilmiah mengenai berbagai aspek pernaskahan.
Pada sesi tersebut, Dr. Arsanti Wulandari, M.Hum., bersama Nanda Nursa Alya, S.S., mempresentasikan makalah berjudul Hibriditas Kudapan dalam Naskah Jajanan NB 499: Sebuah Tinjauan Bahasa dan Budaya. Penelitian tersebut mengangkat tema “Pengetahuan dan Teknologi Tradisional” dengan menelaah sebuah naskah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang memiliki etiket R. Aj. Kramahudjana serta cap buku Internationale Crediet en Handelsvereeniging Rotterdam (1931).
Kajian ini menyoroti fenomena hibriditas budaya—perpaduan unsur Jawa dan Eropa (Belanda serta Prancis)—yang tercermin dalam ragam kuliner yang tertera pada naskah. Salah satu contoh yang menarik adalah kudapan Purpercĕs Pohung, yang secara etimologis merupakan hasil vernakularisasi dari kata Belanda poffertjes (sejenis kue kecil) dan kata Jawa pohung (singkong). Bentuk fonem poffertjes mengalami adaptasi menjadi purpercĕs, menunjukkan dinamika interaksi bahasa dan budaya pada masa itu.
Partisipasi Prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dalam kegiatan Manassa 2025 menjadi wujud nyata komitmen akademisi terhadap upaya pelestarian naskah Nusantara sebagai sumber pengetahuan yang relevan bagi kehidupan modern. Melalui kajian semacam ini, pengetahuan masa lampau dihidupkan kembali untuk memberi manfaat bagi masyarakat luas, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin tentang pendidikan berkualitas, kota dan komunitas berkelanjutan, serta kemitraan untuk mencapai tujuan.
[Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa, Haryo Untoro]






