• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • Pos oleh
  • hal. 12
Pos oleh :

humasfib

Lini Masa Semester Ganjil INCULS 2025/2026

HEADLINERilis BeritaSDGs 10: Berkurangnya kesenjanganSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Kamis, 10 April 2025

Yogyakarta, 10/4/2025 – Menjelang dilaksanakannya program reguler INCULS Semester Ganjil 2025/2026, baru-baru ini INCULS merilis lini masa program mulai dari pendaftaran hingga periode perkuliahan. Di bawah ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai lini masa tersebut.

  • Pendaftaran Online
    Pendaftaran program reguler INCULS untuk Semester Ganjil 2025/2026 dibuka secara online mulai 21 Maret sampai 26 Mei 2025 mendatang. Para pendaftar dapat melakukan proses registrasi melalui pranala http://admission.ugm.ac.id/registration.
  • Batas Akhir Seleksi Administrasi
    Seluruh dokumen administrasi yang dibutuhkan untuk proses registrasi harus di-submit paling lambat 28 Mei 2025.
  • Batas Akhir Seleksi Akademik dan Letter of Offer (LO)
    Para pendaftar yang telah mengumpulkan semua dokumen akan mendapat Letter of Offer (LO) yang dikirim melalui E-mail secara berkala paling lambat 30 Mei 2025. LO tersebut berisi jumlah biaya yang perlu dibayar oleh pendaftar beserta tata cara pembayarannya.
  • Batas Akhir Pembayaran
    Para pendaftar harus membayar biaya program sesuai yang tertera di LO sebelum 11 Juni 2025. Dengan ini, Letter of Acceptance (LoA) dapat segera diproses.
  • Batas Akhir Letter of Acceptance
    Pendaftar yang telah melakukan pembayaran akan mendapat Letter of Acceptance (LoA) yang dikirim melalui email secara berkala paling lambat 16 Juni 2025. Setelah mendapat LoA, yang bersangkutan diharuskan mendaftar atau klaim akun Simaster UGM untuk mendapatkan Nomor Induk Mahasiswa (NIM). Dengan demikian, pendaftar tersebut resmi menjadi mahasiswa reguler INCULS semester ganjil 2025/2026. 
  • Placement Test (Tes Penempatan)
    Placement test akan dilakukan pada 27 Juni 2025 untuk menentukan level kelas yang sesuai bagi mahasiswa berdasarkan kemampuan bahasa Indonesia mereka. Kelas di INCULS akan dibagi menjadi 6, yaitu Pemula 1 (A1), Pemula 2 (A2), Madya 1 (B1.1), Madya 2 (B1.2), Lanjut 1 (B2.1), dan Lanjut 2 (B2.2). Placement test terdiri atas tes tertulis dan tes wawancara, yang biasanya dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting.
  • Pengumuman Hasil Placement Test

Hasil placement test akan diumumkan pada 2 Juli 2025, dan peserta akan mengetahui kelas yang mereka tempati selama periode perkuliahan di INCULS.

  • Orientasi Mahasiswa INCULS
    Orientasi bagi mahasiswa baru INCULS akan diselenggarakan pada 20 Agustus 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait program INCULS, sistem pembelajarannya, serta memperkenalkan mahasiswa pada Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan kehidupan di Yogyakarta, termasuk budaya lokal. Hal ini diharapkan dapat membantu mahasiswa mempersiapkan diri dalam menjalani kehidupan selama belajar di Yogyakarta.

Periode Perkuliahan
Perkuliahan secara resmi dimulai pada 25 Agustus 2025 dan akan berlangsung hingga 19 Desember 2025. Selama periode ini, mahasiswa akan mengikuti dua ujian: Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Setelah periode perkuliahan selesai, mahasiswa akan menerima transkrip nilai dan sertifikat yang menunjukkan partisipasi mereka dalam program INCULS.

[Humas INCULS FIB UGM, Karnesti Septianingrum]

Evelin Oktafianny: Membangun Pengalaman di Ferris University

Pertukaran Pelajar Kamis, 10 April 2025

Evelin Oktafianny, penerima beasiswa Ferris University Exchange Program Spring 2025, berbagi kisahnya tentang perjalanan luar biasa yang akan ia tempuh ke Jepang. Mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Jepang angkatan 2023 ini menceritakan perasaan, persiapan, harapan, serta tantangan yang dihadapi sebelum berangkat ke Jepang, serta pandangannya mengenai pentingnya program pertukaran pelajar dalam pengembangan diri. 

Evelin mengungkapkan ketertarikannya terhadap Ferris University karena memiliki fokus pada pemberdayaan perempuan melalui pendidikan. Selain itu, lokasi Ferris University di kota Yokohama, yang memadukan nuansa tradisional Jepang dan modernitas, juga menjadi daya tarik tersendiri baginya. Dalam persiapan studinya di Jepang, Evelin fokus meningkatkan kemampuan bahasa Jepangnya untuk mempermudah proses adaptasi. “Saya mempelajari bahasa Jepang, terutama untuk percakapan sehari-hari, agar bisa lebih mudah berinteraksi dengan lingkungan baru,” ungkapnya. 

Evelin berharap program pertukaran ini dapat memperdalam pengetahuannya tentang bahasa dan budaya Jepang dan memberikan pengalaman belajar yang berbeda. “Saya ingin belajar secara langsung dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari di Jepang,” ujarnya. Dari segi pengalaman pribadi, ia ingin mengasah kemandirian, membangun relasi internasional, serta meningkatkan kemampuan komunikasi dan adaptasi di lingkungan baru.

Sebagai mahasiswa yang akan belajar di Jepang, Evelin memiliki harapan besar untuk memahami lebih dalam tentang budaya Jepang. “Saya ingin mempelajari etos kerja, kedisiplinan, dan berbagai nilai sosial yang dimiliki masyarakat Jepang,” ungkapnya. Ia juga tertarik untuk melihat bagaimana budaya Jepang mempengaruhi sistem pendidikan dan kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

Menurut Evelin, program pertukaran pelajar sangat penting karena memberikan pengalaman belajar yang tak dapat ditemukan di dalam kelas. “Program ini tidak hanya memberikan pemahaman akademik, tetapi juga membantu kita untuk lebih terbuka terhadap perbedaan budaya dan mempersiapkan diri untuk bersaing secara global,” jelasnya. Selain itu, program ini juga berperan penting dalam membangun jejaring internasional yang berguna di masa depan.

Evelin berbagi pesan untuk teman-temannya yang ingin mengikuti jejaknya meraih beasiswa atau program pertukaran pelajar. “Jangan ragu untuk mencoba terlebih dahulu. Persiapkan diri dengan baik, baik akademik maupun non-akademik, dan jangan takut untuk keluar dari zona nyaman,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa pengalaman yang diperoleh selama pertukaran pelajar akan sangat berharga untuk pengembangan diri dan masa depan.

[S1 Sastra Jepang, Yulia Agustiani. Editor, Valentina Pramahita Iswari

Menelusuri Jejak Globalisasi: Interaksi Jepang dan Amerika dalam Perspektif Sejarah

HEADLINERilis BeritaSDGs 10: Berkurangnya kesenjanganSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 5: Kesetaraan Gender Kamis, 10 April 2025

Yogyakarta, 25 Maret 2025 – Teori-teori Globalisasi merupakan mata kuliah wajib di Departemen Antarbudaya yang membahas dampak globalisasi dari berbagai perspektif. Globalisasi dipahami sebagai fenomena yang memiliki pengaruh beragam—tidak selalu positif—terhadap budaya, ekologi, dan cara hidup masyarakat lokal. Dengan pendekatan interdisipliner, mahasiswa diajak untuk memahami bagaimana globalisasi memengaruhi struktur sosial dan identitas budaya di berbagai belahan dunia. Di akhir perkuliahan, mahasiswa diharapkan memiliki persepsi yang lebih proporsional terhadap globalisasi dan mampu menganalisis dampaknya terhadap budaya lokal. Perkuliahan diselenggarakan melalui kombinasi ceramah, diskusi, dan presentasi, dengan evaluasi berbasis penugasan terstruktur serta penulisan esai.

Pada pertemuan keenam, mata kuliah ini diampu oleh Ibu Dr. Sri Pangastoeti, M. Hum.yang membahas berbagai perspektif keilmuan mengenai globalisasi, termasuk kajian dari sastra Jepang. Salah satu topik yang menjadi perhatian adalah fenomena karayuki-san, peran geisha, kebijakan isolasi Jepang, serta dinamika hubungan Jepang-Amerika yang mempengaruhi identitas dan budaya kedua negara hingga saat ini.

Salah satu dampak globalisasi yang sering luput dari perhatian adalah bagaimana sistem ekonomi dunia membentuk dinamika migrasi dan peran perempuan dalam sejarah. Mobilitas tenaga kerja, baik secara sukarela maupun karena keterpaksaan, sering kali dipengaruhi oleh kondisi sosial dan ekonomi yang lebih luas. Jepang pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 menjadi salah satu negara yang mengalami fenomena ini, terutama dalam kasus perempuan yang dikenal sebagai karayuki-san.

Fenomena karayuki-san merujuk pada perempuan Jepang dari daerah miskin, terutama dari Nagasaki, yang pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 merantau ke berbagai negara di Asia Tenggara, Asia Timur, Siberia, hingga Australia. Mereka bekerja sebagai tenaga kerja perempuan, termasuk dalam industri hiburan dan prostitusi. Kondisi ekonomi yang sulit serta tekanan sosial membuat banyak perempuan muda dikirim keluar negeri sebagai cara untuk bertahan hidup. Keberadaan karayuki-san mencerminkan kompleksitas migrasi dalam konteks globalisasi awal, di mana faktor ekonomi dan sosial mendorong mobilitas tenaga kerja yang melintasi batas negara.

Diskusi ini juga sempat menyinggung perbedaan antara geisha dan oiran. Geisha merupakan seniman profesional yang terlatih dalam seni tradisional seperti musik, tari, dan percakapan. Berbeda dengan anggapan umum di luar Jepang, geisha bukanlah pekerja seks, melainkan penghibur yang mempertahankan nilai-nilai budaya dan seni Jepang. Sayangnya, geisha sering kali mendapat mispersepsi, salah satunya disebabkan oleh representasi yang keliru dalam media populer Amerika. Film dan literatur Barat sering kali menggambarkan geisha sebagai pekerja seks atau oiran, yang merupakan wanita penghibur kelas atas yang tidak hanya menguasai seni pertunjukan tetapi juga menawarkan layanan seksual. Stereotip ini berkembang melalui framing dalam budaya pop, yang menyederhanakan dan mengaburkan perbedaan antara peran-peran perempuan di Jepang pada masa lalu.

Salah satu bagian penting dalam sejarah Jepang adalah kebijakan isolasi atau sakoku, yang diterapkan selama periode Edo di bawah kepemimpinan Keshogunan Tokugawa (1603–1868). Jepang menutup diri dari dunia luar selama lebih dari dua abad, membatasi interaksi dengan negara lain demi menjaga stabilitas politik dan sosial dari pengaruh eksternal. Kebijakan ini baru berakhir ketika Amerika Serikat mendesak Jepang untuk membuka pelabuhan mereka bagi perdagangan internasional. Peristiwa ini menandai babak baru dalam sejarah Jepang, memicu modernisasi yang membawa negara tersebut ke dalam arus globalisasi.

Hubungan Jepang dan Amerika Serikat terus berkembang, tetapi tidak selalu harmonis. Pada awal abad ke-20, Amerika memberlakukan kebijakan imigrasi yang diskriminatif terhadap orang Asia, termasuk Jepang. Salah satu yang paling signifikan adalah Undang-Undang Imigrasi 1924 yang secara tegas melarang masuknya imigran Jepang ke Amerika Serikat. Kebijakan ini didorong oleh sentimen anti-Asia, kekhawatiran terhadap persaingan tenaga kerja, serta tekanan politik dari kelompok pekerja kulit putih. Diskriminasi terhadap imigran Jepang menjadi cerminan dari ketegangan global yang mewarnai interaksi antarnegara pada masa itu.

Meskipun hubungan Jepang dan Amerika sempat diwarnai oleh ketegangan, terutama dalam Perang Dunia II, dinamika hubungan kedua negara terus berkembang. Setelah perang, Jepang mengalami rekonstruksi yang didukung oleh Amerika, hingga akhirnya menjadi salah satu sekutu terdekat AS di kawasan Asia-Pasifik. Selain kerja sama ekonomi dan politik, budaya kedua negara juga saling memengaruhi. Seni tradisional Jepang mendapatkan apresiasi luas di Amerika, sementara budaya pop Amerika, seperti film dan musik, memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Jepang. 

Mata kuliah ini diampu oleh tim pengajar dari berbagai program studi, yang menghadirkan perspektif multidisipliner dalam memahami globalisasi. Ibu Sri Pangastoeti memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana globalisasi mempengaruhi budaya Jepang. Pembahasan dalam kuliah ini menunjukkan bahwa globalisasi bukan hanya tentang pertukaran ekonomi dan teknologi, tetapi juga berkaitan dengan sejarah, identitas, dan dinamika budaya yang kompleks. Interaksi antara Jepang dan Amerika menjadi contoh nyata bagaimana globalisasi membentuk hubungan antarbangsa dan menciptakan lanskap budaya yang terus berkembang.

[Humas Magister Pengkajian Amerika, Nariza Ayu Pasha]

Seabad A.A. Navis: Magister Sastra UGM dan Toko Buku Natan Menghidupkan Warisan Sastra melalui Diskusi dan Peluncuran Buku

HEADLINERilis BeritaSDGs 10: Berkurangnya kesenjanganSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 11: Kota dan Pemukiman Yang BerkelanjutanSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan Berkualitas Kamis, 10 April 2025

Yogyakarta, 23 Maret 2025 – Dalam upaya menghidupkan kembali warisan intelektual sastrawan besar Indonesia, Toko Buku Natan bersama Program Studi Magister Sastra UGM menyelenggarakan peringatan Seabad A.A. Navis di Rumah Budaya Ndalem Natan, Kotagede, Yogyakarta. Acara ini menjadi magnet bagi para pecinta sastra, akademisi, dan budayawan yang hadir untuk mendalami lebih lanjut pemikiran kritis dan kontribusi A.A. Navis terhadap perkembangan sastra nasional. Dengan rangkaian kegiatan yang mencakup diskusi akademik, peluncuran buku, pameran seni, serta pertunjukan musik, peringatan ini menjadi momentum reflektif yang menggali lebih dalam aspek sosial, budaya, dan kebahasaan dalam karya-karya Navis.

Sebagai salah satu tokoh penting dalam kesusastraan Indonesia, A.A. Navis dikenal luas melalui cerpen klasiknya, Robohnya Surau Kami, yang menawarkan kritik sosial terhadap tatanan masyarakat. Dalam suasana Ramadan yang penuh kebersamaan, acara ini mempertemukan berbagai kalangan untuk mendiskusikan kiprah dan pemikiran kritis Navis, dengan menghadirkan narasumber ternama, yaitu Dhianita Kusuma Pertiwi (penulis dan kurator), Prof. Dr. Aprinus Salam (akademisi dan pakar sastra), serta Nasir Tamara, M.A., M.Sc., Ph.D. (budayawan). Diskusi semakin hangat dengan penampilan cello oleh Lintang Pramudia Swara, yang menghadirkan pengalaman estetika yang mendalam bagi para peserta.

Salah satu agenda penting dalam acara ini adalah peluncuran buku “Kesalahan dan Kejahatan dalam Berbahasa” karya Prof. Dr. Aprinus Salam. Buku ini membahas secara kritis kesadaran berbahasa dalam konteks sosial dan hukum. Karya ini didasarkan pada pengalaman akademis dan profesional Prof. Aprinus sebagai saksi ahli dalam berbagai kasus kebahasaan, sehingga menjadi referensi utama bagi studi linguistik dan peran bahasa dalam praktik hukum di Indonesia.

Dalam sesi diskusi, Prof. Aprinus Salam mengulas perbandingan antara kritik sosial dalam karya A.A. Navis dan Pramoedya Ananta Toer, dengan menyoroti bagaimana Navis lebih banyak mengkritik struktur sosial masyarakat, sedangkan Pramoedya lebih menitikberatkan kritiknya pada pemerintah dan struktur kekuasaan. Sementara itu, Dhianita Kusuma Pertiwi berbagi pengalaman penelitian dan pengarsipannya untuk pameran 100 Tahun A.A. Navis yang diselenggarakan di Jakarta dan UNESCO Paris. Ia menelusuri latar belakang pendidikan Navis di INS Kayutanam, sebuah institusi pendidikan yang berperan penting dalam membentuk pemikiran kritisnya, tidak hanya dalam bidang sastra tetapi juga dalam musik dan seni rupa.

Sementara itu, Nasir Tamara, M.A., M.Sc., Ph.D. dalam diskusinya menghubungkan pemikiran A.A. Navis dengan garis Académie française di Eropa, khususnya di Prancis, yang banyak dipengaruhi oleh gagasan René Descartes. Dengan mengutip filosofi “Cogito, ergo sum” (Saya berpikir, maka saya ada), Nasir Tamara menegaskan bahwa kesadaran intelektual dan daya kritis merupakan landasan utama dalam keberadaan seorang pemikir dan sastrawan. Pemikiran ini sejalan dengan cara A.A. Navis membangun wacana kritis dalam karya-karyanya, di mana ia tidak hanya mencatat realitas, tetapi juga menggugat, mempertanyakan, dan menginspirasi perubahan sosial.

Sebagai bagian dari perayaan ini, Lintang Pramudia Swara menghadirkan pertunjukan musik cello yang memperkaya pengalaman reflektif peserta. Sementara itu, pameran seni oleh perupa Anagard turut meramaikan acara dengan menghadirkan 11 lukisan tokoh-tokoh besar Minangkabau, termasuk A.A. Navis, Tan Malaka, Sutan Sjahrir, Buya Hamka, dan Asrul Sani. Pameran ini memberikan perspektif visual mengenai kontribusi intelektual dan peran tokoh Minangkabau dalam sejarah kebangsaan Indonesia.

Kegiatan ini juga menjadi ruang apresiasi sastra dengan pembacaan puisi oleh Afnan Malay dan pembawaan Gurindam 12 karya Raja Ali Haji oleh Nasir Tamara, yang semakin memperkaya makna dan atmosfer perayaan literasi ini.

Dalam sesi reflektif, Prof. Aprinus Salam menyampaikan dua pemantik pemikiran yang menjadi renungan bagi para peserta. Yang pertama, ia mengutip ungkapan “Lidahmu lebih tajam daripada pedang”, menegaskan bahwa kata-kata memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk, mempengaruhi, dan bahkan menggulingkan tatanan sosial. Kedua, ia menambahkan bahwa “kata-kata lebih tajam hanya untuk orang yang berperasaan”, menunjukkan bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga ekspresi mendalam yang memiliki daya transformatif bagi individu yang peka terhadap realitas sosial dan kemanusiaan.

Acara ini merupakan bagian dari inisiatif lebih luas dalam memperingati tokoh-tokoh besar dalam sastra Indonesia, menyusul peringatan 100 tahun Pramoedya Ananta Toer yang telah lebih dulu digelar. Dengan peringatan seabad A.A. Navis, diskusi ini memperkuat kesadaran tentang literasi, warisan pemikiran, serta relevansinya bagi generasi muda. Prof. Aprinus Salam menegaskan bahwa bahasa memiliki daya dan kekuatan transformatif, bahkan membayangkan suatu saat para cerpenis dan penyair dapat berunjuk rasa dengan membaca puisi di depan gedung legislatif, membuktikan bahwa kata-kata memiliki daya lebih besar dibanding senjata fisik.

Sebagai penutup, acara ini diakhiri dengan sesi buka puasa bersama, yang tidak hanya mempererat kebersamaan tetapi juga menghadirkan refleksi mendalam mengenai peran sastra dalam membangun kesadaran sosial dan kebudayaan. Toko Buku Natan, bersama Program Magister Sastra UGM, tetap berkomitmen untuk terus menghadirkan diskusi akademik, forum sastra, serta berbagai inisiatif literasi guna mendukung perkembangan intelektual dan kebudayaan di Indonesia.

[Humas Magister Sastra, Anisa Dien Rahmawati]

Belajar di Museum UGM: Menjelajahi Sejarah dan Kontribusi untuk Masa Depan

Kunjungan Studi Kamis, 10 April 2025

Yogyakarta, 24/01/2025 – Mahasiswa dari Program Gadjah Mada International Fellowship (GMIF) berkesempatan mengunjungi Museum UGM dalam rangka mata kuliah Menyimak dan Membaca. Kunjungan ini bukan sekadar perjalanan edukatif, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang peran institusi pendidikan dalam membentuk masyarakat yang lebih baik. Museum UGM menyajikan kisah perjalanan universitas tertua di Indonesia ini, termasuk berbagai kontribusinya dalam bidang ilmu pengetahuan, sosial, dan kebudayaan. 

Bagian-bagian dalam museum ini terbagi menjadi enam periode dalam perkembangan UGM, yaitu:

  1. Di Tengah Perjuangan (1946-1949), Bagian ini menceritakan tentang sejarah pendirian Universitas Gadjah Mada. Diawali dengan suguhan kisah awal dirintisnya lembaga Universitas Gadjah Mada serta tokoh-tokoh penting yang berperan dalam proses tersebut.
  2. Meletakkan Dasar Pendidikan (1949-1960), Pada bagian ini, diceritakan penelusuran dan usaha dari Universitas Gadjah Mada memantapkan jati diri dan berkontribusi untuk Indonesia. Narasi berpusat dengan pengembangan pemikiran bahwa mahasiswa tidak hanya belajar dan menjadi pelajar, tetapi juga turut serta dalam perjuangan fisik serta pikiran kritis.
  3. Membangun Peradaban Bangsa (1961-1982), Bagian ini menceritakan tentang inovasi serta temuan sivitas akademik Universitas Gadjah Mada yang tepat guna dan bermanfaat bagi masyarakat.
  4. Menjadi Univesitas Dunia (1982-2002), Pada masa ini, diberikan gambaran bahwa usaha Universitas Gadjah Mada menjadi terkenal di mata dunia melalui berbagai karya literatur sivitas akademika dan berbagai program seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN).
  5. Menjunjung Martabat Bangsa (2002-2017), Universitas Gadjah Mada menjadi salah satu pionir dalam perkembangan nilai dan inovasi yang akan mengangkat martabat serta derajat bangsa Indonesia di mata dunia. Hal ini ditunjukkan melalui berbagai hasil karya berdasarkan nilai jati diri Universitas Gadjah Mada.
  6. Hidup di Bulaksumur, Salah satu fakta menarik yang ditemukan para peserta adalah bahwa Presiden Amerika Serikat ke-44, Barack Obama, pernah tinggal di lingkungan UGM. Hal ini menunjukkan bahwa universitas ini telah menjadi bagian dari sejarah global dan terus berkontribusi dalam membangun peradaban dunia.

Selama kunjungan, mahasiswa GMIF mengikuti berbagai kegiatan interaktif yang dirancang untuk memperdalam pemahaman mereka tentang sejarah dan peran UGM. Mereka mengikuti tur museum yang dipandu oleh kurator, menyimak penjelasan mengenai koleksi bersejarah, serta berdiskusi mengenai kontribusi UGM dalam berbagai bidang. Tidak hanya itu, mereka juga berpartisipasi dalam sesi refleksi kelompok, di mana mereka berbagi perspektif tentang bagaimana sejarah dapat menginspirasi masa depan yang lebih baik. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman akademik mereka, tetapi juga mempererat kebersamaan dan kolaborasi antar mahasiswa.

Pendidikan berkualitas menjadi kunci utama dalam menciptakan generasi yang sadar akan pentingnya sejarah dan berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan. Melalui pengalaman langsung seperti kunjungan ke museum, mahasiswa tidak hanya memperoleh wawasan akademik tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya inovasi, inklusivitas, dan kolaborasi dalam membangun masyarakat yang lebih maju.

Inisiatif seperti ini juga mencerminkan semangat pendidikan yang tidak hanya terbatas di dalam kelas, tetapi juga membangun rasa ingin tahu, apresiasi terhadap warisan budaya, serta mendorong pertukaran gagasan yang konstruktif. Dengan semakin banyak mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan berbasis eksplorasi sejarah dan kebudayaan, diharapkan terbentuk individu-individu yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

Museum bukan sekadar tempat penyimpanan artefak masa lalu, tetapi juga laboratorium hidup yang menghubungkan sejarah dengan tantangan masa kini dan masa depan. Dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis pengalaman, kita berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan bagi semua.

[INCULS, Thareeq Arkan Falakh]

1…1011121314…190

Rilis Berita

  • Pemotongan Tumpeng Perayaan Kemenangan FIB UGM pada Nitilaku 2024
  • Menyebrangi Cakrawala: Menjelajahi Lithuania Lewat IISMA
  • Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea Gelar Kuliah Umum “Teknik Berorasi dalam Bahasa Korea” bersama K-Speech Indonesia
  • Kunjungan Fakultas Ushuludin Adab dan Humaniora UIN Salatiga ke FIB UGM
  • Pengukuhan Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum. sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya UGM

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY