Yogyakarta, Selasa, 27 Agustus 2024. Dr. Abdul Wahid, M.Hum., M.Phil., Kepala Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada menjadi narasumber dalam kegiatan Pelatihan Internalisasi Keistimewaan Yogyakarta Angkatan 3 Tahun 2024. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintah Kabupaten Bantul. Dalam kegiatan ini, Dr. Abdul Wahid memberikan sesi ceramah sejarah Yogyakarta tentang tentang Sejarah Keistimewaan Yogyakarta, khususnya tentang Peran Yogyakarta dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945-1949 kepada peserta Pelatihan Internalisasi Keistimewaan Yogyakarta Angkatan 3 Tahun 2024. Kegiatan dilaksanakan pada Selasa, 27 Agustus 2024, mulai pukul 13.30 WIB – 15.30 WIB, bertempat di Ros in Hotel Yogyakarta, Jalan Ringroad Selatan, Druwo, Sewon, Bantul.
Dalam kesempatan ini, sebagai narasumber, Dr. Abdul Wahid menyampaikan pemaparan historis tentang Sejarah Keistimewaan Yogyakarta, khususnya terkait peran dan partisipasi Yogyakarta dalam Perang Kemerdekaan Indonesia di tahun 1945 – 1949. Peran yang dimaksud meliputi aspek aspek berikut ini:
- Keputusan Sultan Hamengku Buwana IX dan Sri Paku Alam XVIII untuk bergabung dengan Republik Indonesia, yang diproklamasikan secara politik oleh Sukarno dan Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Keputusan ini kemudian diperkuat dengan Amanat 5 September 1945. Inilah tonggak pertama dan utama dari sejarah keistimewaan Yogyakarta.
- Keputusan Sultan HB IX dan Sri PA XVIII untuk menawarkan kota Yogyakarta sebagai ibukota alternatif bagi Republik Indonesia pada awal Januari 1946, karena Jakarta sudah diduduki oleh Tentara Belanda, dan keamanan para pemimpin Republik Indonesia menjadi terancam. Tidak hanya menawarkan Yogyakarta menjadi Ibukota Republik, yang kemudian diterima dengan senang hati oleh Sukarno-Hatta, Sultan HB IX juga mendukung secara finansial jalannya pemerintahan RI di Yogyakarta.
- Partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat dalam mendukung dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, mulai dari kalangan pemuda yang bergabung dengan laskar dan badan perjuangan, tokoh agama, seniman, budayawan, serta perempuan dan remaja putri yang bergabung dalam PMI, dapur umum, dan penggalangan dana.
- Pemimpin dan masayarakat Yogyakarta bahu membahu mendukung para pejuang dan Tentara melawan Agresi Militer Belanda pada bulan Desember 1948; dan kemudian mensukseskan Serangan Umum 1 Maret 1949, yang hingga kini dikenang sebagai momentum penting untuk mematahkan klaim Belanda bahwa Pemerintah RI dan TNI telah runtuh, sekaligus menegaskan eksistensi Pemerintah Republik Indonesia.
- Dukungan Sultan HB IX dan para cendekiawan Yogyakarta terhadap upaya Pemerintah RI untuk mendirikan sebuah universitas milik negara Republik Indonesia, yaitu Universitas Gadjah Mada pada tangal 19 Desember 1949. Ini menjaadi bukti kemampuan dan kesiapan Republik Indonesia untuk menjadi negara yang merdeka dan berdaulat serta mampu berdiri sejajar dengan negara negara lain di dunia, termasuk di bidang ilmu pengetahuan.
Peserta utama kegiatan ini adalah para pegawai negeri sipil (PNS) dan non-pegawai negeri sipil (Non-PNS) eselon II dan III dari berbagai institusi dan dinas pemerintahan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul. Pelatihan ini merupakan bagian dari program peningkatan kapasitas dan kualitas Sumber Daya Manusia, di lingkunga Pemerintah Kabupaten Bantul.