Senin-Rabu, 15-17 Juli 2024 lalu, Departemen Antropologi FIB UGM bekerja sama dengan University of Münster, Jerman, menyelenggarakan Workshop Existence is Care: Health, care, and support structures in postcolonial contexts of high cultural diversity. Pemilihan tema workshop ini didasari oleh semakin dinamisnya ranah studi kesehatan terutama dalam konteks pengasuhan global, sehingga workshop ini bertujuan sebagai wadah untuk mendiskusikan pengaruhnya terhadap layanan kesehatan sehari-hari, dan layanan kesehatan secara lebih luas dalam berbagai bentuk serta maknanya. Sistem pengasuhan global yang ditandai dengan standarisasi terapi dan taksonomi – yang terus berlanjut meskipun distribusi sumber daya tidak merata – memunculkan pertanyaan: apa implikasi dari upaya penyeragaman hubungan pengasuhan dan kekerabatan di Indonesia?
Acara ini dihadiri oleh akademisi dan para penggiat dunia “care” dari berbagai latar belakang studi seperti Antropologi, Psikologi dan Kedokteran. Selama tiga hari, peserta memperoleh kuliah umum dari pembicara tamu dari Jerman dan Amerika Serikat serta menampilkan rancangan riset terkait isu pengasuhan dari berbagai konteks wilayah. Prof. Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M.A. membuka sekaligus menjadi Keynote Speaker pada hari pertama dilanjutkan commentary Prof. Dr. Thomas Stodulka dari University of Münster. Menutup diskusi pada hari pertama dan memberikan konteks lebih mendalam terhadap isu ini, Pemutaran Film ‘The Sacrifice’ karya Prof. Robert Lemelson turut ditayangkan.
Di hari kedua, Prof. Byron Good dari Harvard University, memaparkan hasil risetnya dalam buku Haunted by Aceh: Toward an Anthropological Hauntology (Hantuologi) kemudian diteruskan dengan pemaparan presentasi dari beberapa partisipan yang berkontribusi antara lain:
- Caring through the unknown. The uncertainty of navigating complex cultural contexts of severe mental pain by Florin Cristea
- “Ngemong”: Caring for Person with Schizophrenia in Java by Yohanes K. Herdiyanto, Subandi, Wenty M. Minza
- Pasung: The practice of caring? Family‘s challenges of giving care to persons with serious and persistent mental illness by Tri Hayuning Tyas
- In the Name of Virtue: Religion in the Care Work of Community Health Worker by Chusna Cahya Marhaeni
- Sacred Service: Unveiling the Drive and Hurdles of Volunteer Nurses in Indonesia by Irmayani Said
- The Hypnotist’s Dilemma: Mystical Recuperation and Counterproductive Care in Postcolonial Indonesia by Nick Long
- Care (and) Work in the Female Sphere by Mona Elisa Behnke
- Making it Inclusive: Caring for Refugee Patients in Indonesian Puskesmas by Elan Lazuardi & Realisa Masardi
- Early Child Care in Indonesian Dual Breadwinner Family by Nuzul Solekhah
- Where Do We Go from the Doorstep? Demystifying Family and Imagining the Collective through Queer Care by Pychita Julinanda
- Collective care initiative as a means to share the potentiality for a space of hope by Khairunnisa
Pada hari terakhir, acara ini ditutup dengan diskusi oleh Prof. Mary-Jo Delvecchio-Good dari Harvard University, Retna Siwi Padmawati dari Kedokteran, FKKMK UGM, Lintang Sagoro dari Harvard Medical School yang membahas tentang Care at the End of Life in Indonesia serta Closing Discussion oleh Ciptaning Larastiti & Khairunisa yang dimoderatori oleh Dr. Elan Lazuardi dengan topik Imagine! Once we stopped caring? Care as Methodology. Seluruh rangkaian workshop kemudian ditutup dengan makan malam bersama di Yabbiekayu Resto, Bantul.
Credit foto: Puspita Anindya/Novilatul/Daiva Keefe
Penulis: Asmi Ramiyanti
Editor: Okky Chandra Baskoro