Yogyakarta, Minggu, 21 Juli 2024. 5% wilayah di Kabupaten Pekalongan tergenang banjir rob di tahun 2020, salah satu implikasinya yakni, tenggelamnya Dusun Semonet. Desa Wonokerto Kulon hampir setiap hari turut digenangi banjir rob, sehingga muncul intervensi teknis dari pemerintah dengan membangun tanggul long storage sebagai upaya mitigasi banjir rob. Berangkat dari fenomena tersebut, tim PKM-RSH Cerita Tanggul melakukan riset dengan mengambil judul “Malih Kebak Warih: Analisis Sosioteknik Pembangunan Long Storage sebagai Upaya Mitigasi Perubahan Iklim pada Masyarakat Pesisir Kabupaten Pekalongan”.
Tim PKM-RSH Cerita Tanggul 2024 yang merupakan kolaborasi dari mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Geografi, dan Fakultas Teknik ini diketuai oleh Ilham Andriyanto (S1 Antropologi Budaya). Anggotanya antara lain Aqilur Rachman Abdul Charitz (S1 Antropologi Budaya), Yuni Setya Ningrum (S1 Sejarah), Ratna Diah Maharani (S1 Pembangunan Wilayah), dan Agung Ahmad Haidar Fasya (S1 Teknik Infrastruktur Lingkungan). Subjek riset adalah masyarakat Wonokerto Kulon, Kabupaten Pekalongan. Adapun riset ini sudah dilaksanakan dari bulan Mei hingga Agustus 2024 mendatang. Riset ini diharapkan mampu memberi kontribusi dalam upaya mempercepat dan mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) ke-13 tentang Penanganan Perubahan Iklim yang saat ini memerlukan respon cepat dari berbagai pihak.
“Riset ini menjadi penting karena topik perubahan iklim beserta dampaknya merupakan permasalahan masa kini dan masa depan. Desa Wonokerto Kulon sendiri merupakan daerah yang terdampak langsung dari perubahan iklim tersebut. Daerah ini sering mengalami banjir rob, yang kemudian mendorong pemerintah pusat untuk membangun tanggul long storage sepanjang 7,2 km untuk memitigasi banjir rob. Namun, kami menemukan bahwa pembangunan tanggul long storage tersebut bukanlah akhir dari upaya mitigasi, justru malah menimbulkan dampak-dampak baru yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya,” ungkap Ilham.
Riset dengan metode mix method menggabungkan metode kualitatif dengan pendekatan etnografis dan historis, metode kuantitatif dengan pendekatan geografis ini mengungkap bahwa tanggul long storage berhasil mengurangi banjir rob dan efektif dalam melindungi properti masyarakat di Desa Wonokerto Kulon. Di sisi lain, sektor pertambakan di sisi selatan tanggul long storage mengalami penurunan produktivitas tambak dan jenis ikan yang dibudidaya karena infrastruktur air menyebabkan terbatasnya aliran air laut ke tambak yang mengakibatkan perubahan salinitas. Selain itu, frekuensi peningkatan muka air laut yang meningkat drastis telah membuat air yang ditampung di tanggul ikut meninggi sehingga memunculkan kekhawatiran di dalam masyarakat terkait potensi banjir yang akan datang di masa depan.
Dr. Agung Wicaksono, S.Ant., M.A., selaku dosen pembimbing mengatakan, “… suatu kehendak baik itu belum tentu dilaksanakan secara baik dan belum tentu menghasilkan sesuatu yg baik. Secara teknis, pembangunan tanggul long storage ini bisa seragam dampaknya, tetapi secara sosial belum tentu seragam. Makanya penelitian ini sangat menarik untuk mengungkap bagaimana persepsi masyarakat Wonokerto Kulon terhadap kehadiran tanggul long storage tersebut. Tentunya saya sebagai dosen pembimbing sangat mendukung kawan-kawan yang mengangkat topik ini.”
Secara teknis, masyarakat Wonokerto Kulon melakukan peninggian rumah sebagai bentuk mitigasi terhadap banjir rob di masa depan. Kemudian secara ekonomis, mereka mengubah faktor-faktor produksi yang dipunyai. Kondisi yang demikian juga membuat masyarakat menuntut adanya bantuan insentif dan bantuan sosial.
“Jujur mbak, peristiwa banjir yang terjadi setelah tanggul dibangun pada tahun 2021 kemarin benar-benar membawa trauma bagi saya dan keluarga. Dulu itu tanggul kan belum ada pintunya. Saya tidak mau lagi banjir besar itu terjadi. Makanya sekarang bersyukur sudah aman karena ada tanggul. Semoga tanggulnya juga tidak rusak. Tapi ya itu, jalan yang kian ditinggikan tentunya membuat kami harus meninggikan rumah, dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Semoga temen-temen UGM bisa membantu kami untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah,” ucap Indaya, salah satu warga di RT 31.