Yogyakarta, 4 Juli 2024. Kadipaten Pakualaman bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan seminar dengan tema “Pengenalan Buku Batik Pakualaman: Antara Tradisi, Sastra, dan Wastra” pada Kamis, 04 Juli 2024. Seminar ini mengundang tiga orang narasumber, yaitu Gusti Kanjeng Bendoro Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam, Dr. Sudibyo, M.Hum. (Kanjeng Mas Tumenggung Widyo Hadiprojo), dan Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.hum. (Nyi Mas Tumenggung Sestrorukmi). Acara yang dilaksanakan di Kagungan-Dalem Kepatihan Pakualaman, Jl. Masjid No. 5 Yogyakarta ini dihadiri oleh Keluarga dan kerabat Puro Pakualaman, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Paguyuban Sekar Jagat, serta tamu undangan lainnya.
Buku Batik Pakualaman: Antara Tradisi, Sastra, dan Wastra ini sendiri diterbitkan oleh Penerbit Kanisius pada 2023 dan ditulis oleh tiga orang yang sekaligus berperan sebagai narasumber seminar, yaitu Gusti Kanjeng Bendoro Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam, Dr. Sudibyo, M.Hum. (Kanjeng Mas Tumenggung Widyo Hadiprojo), dan Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.hum. (Nyi Mas Tumenggung Sestrorukmi). Buku ini berisi tentang jejak sejarah perkembangan batik di Pura Pakualaman yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari batik gagrag Ngayogyakarta.
Dalam seminar ini, judul materi yang dibawakan yaitu “Batik Pakulaman dalam Lintasan Zaman”. Adapun kesimpulan dari materi ini adalah, dalam penciptaan-penciptaan motif baru, batik lebih banyak diekspos sebagai bagian dari fashion. Kurang mendapatkan perhatian bahwa pada masa lampau motif batik merupakan bagian dari pengetahuan. Sebagai salah satu pusat preservasi dan konservasi kebudayaan, Kadipaten Pakualaman juga berada dalam situasi ini. Pada satu dasawarsa terakhir yakni sejak 2011 muncul inovasi baru berdasarkan batik tradisi dan penciptaan motif-motif baru berdasarkan iluminasi dan dekorasi dalam naskah-naskah lama. Batik naskah merupakan sebuah upaya untuk memperkaya motif batik dan sekaligus merupakan tafsir baru atas motif-motif dekoratif lama dengan pemaknaan baru. Meskipun demikian, kontinuitas masih menjadi pertimbangan dalam penciptaan motif motif baru. Motif-motif dekoratif lama dalam naskah dialihwahanakan sebagai motif baru batik.
Batik naskah membuktikan bahwa batik tidak hanya sekadar fashion. Batik kembali memasuki ranah ilm (ilmu, pengetahuan) sebagaimana pada awal perkembangannya. Dalam dua bab terakhir diungkapkan bahwa pada setiap helai batik naskah tersembunyi filosofi dari motif yang tertulis pada batik itu. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi berupa batik naskah yang dilakukan G.K.B.R.A.A. Paku Alam secara tidak langsung mengembalikan fungsi batik sebagai sarana pembelajaran moral, etika, dan filsafat, serta nilai-nilai luhur yang diharapkan diteladani oleh keluarga besar Pakualaman dan masyarakat pada umumnya.
Seminar dengan tema “Pengenalan Buku Batik Pakualaman: Antara Tradisi, Sastra, dan Wastra” dan materi berjudul “Batik Pakulaman dalam Lintasan Zaman” ini sesuai dengan program Sustainable Development Goals (SDG’s) tujuan keempat, “Pendidikan Berkualitas (Quality Education): menjamin pendidikan yang inklusif dan setara secara kualitas dan mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua”, serta tujuan kesebelas, “Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan (Sustainable Cities and Communities): mewujudkan kota kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan”, khususnya poin 11.4 mempromosikan dan menjaga warisan budaya dunia dan warisan alam dunia.