SDGs 4: Quality Education | SDG 8: Decent work and economic growth | SDG 11: Sustainable cities and communities | SDGs 11: Cultural heritage | SDG 5: Gender equality
Dalam sebuah public lecture yang diadakan pada Jumat, 8 Maret 2024, Departemen Sejarah UGM menghadirkan Dr. Maarten Fornerod, seorang associate professor di bidang biologi sel dari Erasmus Medisch Centrum Rotterdam. Selain itu, ia juga merupakan sekretaris organisasi Indische Genealogische Vereniging (IGV). Kegiatan ini mengusung judul Tracing Indonesian Family History in Europe: How the World Gets Smaller by Bigger Data From Archives and DNA yang dilaksanakan di Lantai 2 Ruang Multimedia, Gedung Margono FIB UGM sejak pukul 09.00-11.00 WIB.
Materi presentasi yang dipaparkan Dr. Maarten Fornerod berkaitan dengan metodologi terhadap objek kajian sejarah keluarga terbilang baru. Ia mengenalkan metodologi yang menggabungkan penggunaan sumber arsip serta pelacakan data DNA dari objek yang diteliti. Cara itu pernah ia gunakan untuk melacak sejarah keluarganya yang menunjukkan bahwa keluarganya memiliki genealogi Tionghoa dari Indonesia. Lalu, sanak familinya itu menyebar ke beberapa negara di Eropa. Dr. Maarten Fornerod juga menjelaskan bahwa warisan (red: turunan genetik) Indonesia-Belanda yang tersebar di Eropa biasanya dimulai dari garis Ibu. Hal ini berkaitan dengan DNA Mitokondria yang secara sains memang seratus persen diwarisi dari Ibu.
Dr. Maarten Fonerod juga menyampaikan bahwa IGV bekerjasama dengan Yayasan VerhalenOverLeven sedang melakukan proyek penelitian yang bertajuk “10.000 Voormoeders Project”. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun sebuah basis data yang terdiri dari foto, data biografi, dan informasi hasil sejarah lisan tentang 10.000 Ibu Leluhur terdahulu di Asia. Proyek ini mengajak partisipasi publik yang memiliki hubungan genealogi dengan Hindia Belanda atau Indonesia untuk mengumpulkan berbagai informasi terkait nenek moyang mereka. Basis data yang terbangun diharap dapat menavigasi berbagai dimensi informasi yang diperoleh untuk mengetahui sejarah keluarga keturunan Hindia Belanda atau Indonesia di Eropa.
“So, my conclusion is that… the archive and the DNA can be used to get a clear picture of individual histories, right? And this connection of individual histories, there are rich sources of human history, and they kind of complement, let say, top-down history, officially history from government,” tutur Dr. Maarten Fornerod.