• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • SDGs 5: Kesetaraan Gender
  • SDGs 5: Kesetaraan Gender
Arsip:

SDGs 5: Kesetaraan Gender

Kolaborasi UGM dan UNAIR dalam Seminar ASN 2025 Hidupkan Wacana Ekologi dalam Sastra dan Budaya

Rilis Berita Rabu, 8 Oktober 2025

Yogyakarta, 1 Oktober 2025 — Program Studi Magister Sastra UGM sukses menyelenggarakan Seminar ASN (Academic Sharing Network) 2025 secara daring pada Selasa (1/10), pukul 08.00–15.00 WIB. Kegiatan yang mengangkat tema “Ekokritik: Sastra dan Budaya sebagai Arena Negosiasi” ini merupakan hasil kolaborasi antara Magister Sastra UGM dan Magister Kajian Sastra dan Budaya Universitas Airlangga. Kegiatan ini dihadiri oleh banyak mahasiswa dari kedua universitas.

Acara dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. Setiadi, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Budaya UGM, yang dalam sambutannya menyampaikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya kegiatan ini. “ASN menjadi ruang bagi mahasiswa untuk menumbuhkan semangat akademik dan memperluas jejaring keilmuan lintas universitas. Melalui kolaborasi seperti ini, kita bisa belajar bersama dan membangun tradisi berpikir kritis yang berkelanjutan,” ujar Prof. Setiadi.

Selain dekan, acara ini juga dihadiri oleh Prof. Dr. Aprinus Salam, M.Hum. selaku Kaprodi Magister Sastra UGM dan Edi Dwi Riyanto, S.S., M.Hum., Ph.D selaku Kaprodi Magister Kajian Sastra dan Budaya UNAIR yang turut memberikan sambutan. Keduanya menyampaikan dukungan penuh terhadap kegiatan kolaboratif ini sebagai bentuk penguatan jejaring akademik antar fakultas dan wadah apresiasi bagi mahasiswa untuk mengembangkan penelitian mereka.

Rangkaian kegiatan ini dibagi dalam tiga sesi. Sesi pertama menghadirkan para dosen dari UGM dan UNAIR sebagai pemateri utama. Dari Program Studi Magister Sastra UGM, Dr. Pujiharto, S.S., M.Hum. membawakan materi berjudul “Pembacaan Eko Pascamodernis terhadap Cerpen Kecubung Pengasihan karya Danarto.” Dalam paparannya, Dr. Pujiharto menyoroti hubungan antara sastra dan lingkungan dalam karya Danarto yang sarat dengan kritik terhadap antroposentrisme manusia. “Cerpen Danarto menunjukkan pelanggaran batas antara dunia manusia dan dunia tumbuhan. Ketika manusia menyadari bahwa ia juga bagian dari alam, maka kesadaran ekologis itu hadir sebagai bentuk spiritualitas,” tutur Dr. Pujiharto dalam presentasinya.

Dua pemateri berikutnya merupakan dosen dari Program Studi Magister Kajian Sastra dan Budaya Universitas Airlangga, yakni Dr. Nadya Afdholy, S.Hum., M.Pd., M.Hum. dan Arum Budiastuti, S.S., M.C.S., Ph.D (Cand.), turut memperkaya diskusi dengan perspektif yang berbeda. Dr. Nadya memaparkan tentang ekofeminisme, yang menyoroti keterkaitan antara eksploitasi terhadap perempuan dan alam. sementara Arum Budiastuti Ph.D mengangkat tema green halal dalam konteks kajian budaya, meninjau hubungan antara nilai-nilai religius, etika, dan lingkungan.

Sesi pertama ini berlangsung sangat interaktif. Beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan kritis kepada para pemateri, menciptakan ruang diskusi yang hidup dan memperlihatkan antusiasme tinggi terhadap isu-isu ekologi dalam sastra dan budaya.

Pada sesi kedua dan ketiga, seminar dilanjutkan dengan pemaparan hasil penelitian mahasiswa. Tahun ini, ASN menerima belasan artikel ilmiah dari mahasiswa Magister Sastra UGM dan Magister Kajian Sastra dan Budaya UNAIR. Setelah melalui proses penilaian oleh Dr. Pujiharto selaku reviewer, empat artikel terbaik terpilih sebagai best paper dan dipresentasikan dalam sesi utama.

Keempat artikel tersebut menunjukkan variasi tema yang menarik sekaligus variatif, tiga diantaranya berasal dari mahasiswa Magister Sastra UGM yang membahas isu ekologi dalam sastra, dan satu artikel dari mahasiswa Magister Kajian Sastra dan Budaya UNAIR yang mengkaji ekologi dalam perspektif budaya. Setiap presentasi memicu diskusi hangat antara pemateri dan peserta, menjadikan seminar ini tak hanya ajang berbagi pengetahuan, tetapi juga sarana pertukaran gagasan yang inspiratif.

Kolaborasi antara Magister Sastra UGM dan Magister Kajian Sastra dan Budaya UNAIR dalam Seminar ASN 2025 membuka peluang besar bagi mahasiswa untuk berkarya dan memperluas jejaring akademik. Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya berkesempatan mempresentasikan hasil risetnya, tetapi juga berpotensi untuk mempublikasikannya sebagai bentuk kontribusi ilmiah bagi dunia akademik sastra dan budaya.

[Magister Sastra, Marsya Kamila]

Magister Sastra FIB UGM Gelar Lokakarya Menembus Jurnal Bereputasi: Strategi Penulisan dan Publikasi Artikel Ilmiah

HEADLINE Kamis, 18 September 2025

Yogyakarta, 17/9/2025 – Program Studi Magister Sastra Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada mengadakan lokakarya akademik yang mengusung tema “Menembus Jurnal Bereputasi: Strategi Penulisan dan Publikasi Artikel Ilmiah”. Acara yang berlangsung pada Rabu (17/9) di Auditorium C Gedung Poerbatjaraka ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., guru besar Fakultas Ilmu Budaya UGM, dan Adwidya Susila Yoga, S.Pd., M.A., akademisi sekaligus praktisi publikasi ilmiah. Acara dipandu oleh Nada Nadillah sebagai moderator.

Dalam pemaparannya, Prof. Wening Udasmoro menekankan bahwa menulis artikel untuk jurnal bereputasi memerlukan ketegasan dalam pemilihan isu dan ketelitian dalam membangun metodologi penulisan. “Hal pertama yang harus diperhatikan adalah material atau isu. Isu yang kuat adalah isu yang spesifik, kontekstual, dan menantang secara intelektual. Jangan terjebak pada isu yang klise,” jelasnya.

Beliau mencontohkan beberapa topik yang bisa menjadi pintu masuk segar dalam penelitian sastra, seperti isu LGBTQ+ di negara Muslim, aborsi di negara Muslim, hingga pemberontakan pengarang perempuan di Indonesia terhadap dominasi penulis laki-laki. 

Prof. Wening juga menekankan pentingnya literature review yang berbasis kebaruan (novelty). “Literature review adalah fondasi. Dari situlah kita bisa menunjukkan kontribusi pada perdebatan akademis. Kalau hanya mengulang penelitian lama, tulisan kita tidak akan dianggap kompeten,” tegasnya.

Sesi kedua dilanjutkan oleh Adwidya Susila Yoga, S.Pd., M.A. yang menekankan pentingnya kecermatan dalam mencari jurnal sasaran, serta perlunya menentukan topik yang akan dibahas dalam artikel. “Menulis artikel itu tidak bisa dilepaskan dari pemetaan topik dan storyline yang jelas. Setelah itu, kita perlu melakukan sourcing dengan optimal, jangan sampai referensi hanya menumpuk di bagian pendahuluan tapi minim di pembahasan. Tahap berikutnya adalah journal hunt, yakni mencari jurnal yang sesuai dengan topik, konsisten, dan bereputasi baik,” paparnya.

Beliau juga mengingatkan bahaya jurnal predator. “Kalau sebuah jurnal punya frekuensi terbit yang terlalu tinggi, proses review yang terlalu cepat, E-ISSN yang tidak valid, atau biaya publikasi yang ambigu, kita harus waspada. Itu biasanya tanda jurnal predator,” ungkapnya.

Lebih jauh, ia mendorong mahasiswa memanfaatkan teknologi. “Gunakan perangkat digital seperti Grammarly, DeepL, Vosviewer, bahkan AI, tapi penggunaannya harus bisa dipertanggungjawabkan secara akademis. Jangan hanya asal pakai,” jelasnya.

Lokakarya ini berlangsung dinamis dengan sesi tanya jawab antara peserta dan narasumber. Naria (Magister Sastra UGM) yang menyinggung soal pemilihan objek material. “Apakah objek material harus karya sastra yang sudah mendapat penghargaan? Dan apakah research question itu harus selalu berangkat dari teori?” ujarnya.

Menanggapi hal ini, Prof. Wening menjelaskan, “Objek material tidak harus karya yang sudah mendapat penghargaan. Yang lebih penting adalah isu yang ingin kita tawarkan. Fokuskan pada kebaruan dan perspektif yang kita hadirkan, bukan pada kredibilitas karya. Untuk research question, itu bisa berangkat dari masalah yang ingin dikaji, bukan semata-mata dari teori.”

Sementara itu, Andi (Magister Administrasi Publik UGM) menanyakan cara menyeimbangkan penelitian lokal dengan isu global. “Kekuatan penelitian di Indonesia adalah bukti empiris yang kaya. Bagaimana cara menyeimbangkannya dengan isu global agar tetap relevan?” tanyanya.

Prof. Wening menegaskan, “Kuncinya adalah fokus pada isu yang kontekstual tapi tetap membuka diri pada perdebatan global. Ambil isu yang orang lain belum banyak tahu, lalu kaitkan dengan diskursus yang lebih luas. Dengan begitu, penelitian kita akan punya daya tarik internasional.”

Lokakarya ini berhasil memberikan wawasan mendalam mengenai strategi menulis artikel ilmiah dan menembus jurnal bereputasi. Para peserta tidak hanya mendapat teori, tetapi juga panduan praktis dari para narasumber. Dengan semangat ini, Magister Sastra FIB UGM berharap mahasiswa mampu menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas, kontributif, dan mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional.

Penulis: Marsya Kamila/Humas Magister Sastra

Kuliah Umum Magister Sastra Mengungkap yang Tak Terlihat dalam English Pop Literature

Rilis Berita Kamis, 18 September 2025

Yogyakarta, 15/9/2025 – Program Magister Sastra, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, kembali menyelenggarakan kuliah umum yang kali ini bertajuk “Make the Invisible Visible Again: Race, Gender, and Language in Popular Literature”. Acara berlangsung pada Senin (15/9) di Auditorium Gedung Soegondo FIB UGM dengan menghadirkan Dr. Ashika Prajnya Paramita, S.S., M.A. sebagai narasumber utama.

Kuliah umum ini diikuti mahasiswa dan pemerhati sastra yang antusias mendalami bagaimana ideologi bekerja dalam teks-teks populer. Dengan gaya pemaparan yang komunikatif, Dr. Ashika mengajak peserta untuk melihat bahwa sastra tidak pernah hadir sebagai cerita yang netral, melainkan selalu membawa ideologi yang kadang tersembunyi.

Dalam paparannya, Dr. Ashika membuka diskusi dengan pertanyaan sederhana, What’s visible? and What’s invisible? Ia mencontohkan hal-hal sehari-hari yang tampak netral namun sesungguhnya sarat ideologi, mulai dari warna band-aid yang menyesuaikan warna kulit tertentu, wacana beauty, hingga bahasa tertentu yang dianggap lebih baik dari bahasa yang lain. Mengutip Antonio Gramsci, Mbak Ashika menekankan bahwa ideologi bekerja melalui common sense yang dianggap wajar dan alamiah oleh masyarakat. “Everyday ideology is always around us, if we are not aware, we need to check,” jelasnya.

Dr. Ashika juga menyoroti bagaimana representasi ras dan gender hadir dalam karya populer, khususnya film superhero. Contoh yang diangkat antara lain perdebatan tentang Sam Wilson sebagai Captain America, serta anggapan bahwa terpilihnya Barack Obama sebagai presiden kulit hitam otomatis menandai akhir rasisme di Amerika, padahal realitas sosial menunjukkan sebaliknya.

Dalam isu gender, ia menggarisbawahi bagaimana kekuatan fisik dalam film superhero lebih sering dikaitkan dengan laki-laki, sementara karakter perempuan kerap diberikan kekuatan tak kasat mata. “Gender is a kind of imitation for which there is no original,” kutipnya dari Judith Butler (1993), sambil menekankan bahwa maskulinitas dan femininitas selalu dikonstruksi dan berubah sesuai konteks sosial.

Menariknya, Dr. Ashika juga mengajak audiens membaca representasi dalam film Indonesia Satria Dewa: Gatotkaca (2022). Ia menunjukkan bagaimana tokoh-tokoh berkulit putih sering digambarkan sebagai bos, sementara karakter berkulit gelap tampil sebagai satpam atau pekerja kelas bawah. Selain itu, penggunaan aksen bahasa juga membentuk hierarki tersendiri, bahasa Jawa dilekatkan pada orang desa, sedangkan tokoh utama menggunakan gaya bahasa gaul Jakarta.

“Literature is never just stories. Ideologies hide in plain sight. Reading critically is seeing power,” tegasnya, menutup sesi utama kuliah umum.

Sesi tanya jawab berlangsung hangat dengan pertanyaan seputar representasi perempuan dalam komik, bias ideologi dalam membaca karya sastra, hingga standar maskulinitas dalam karakter superhero modern. Mbak Ashika menekankan bahwa progres ideologi tidak pernah linear, melainkan messy dan penuh resistensi. Ia juga mengingatkan pentingnya kesadaran kritis pembaca dalam memeriksa bias masing-masing.

Kuliah umum ini memperlihatkan bahwa kajian sastra populer bukan sekadar membahas hiburan, melainkan juga membuka ruang refleksi kritis tentang kekuasaan, representasi, dan ideologi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan ini, Magister Sastra UGM menegaskan komitmennya untuk menghadirkan ruang akademik yang relevan dengan isu-isu kontemporer, sekaligus membekali mahasiswa dengan cara pandang kritis dalam membaca teks dan budaya.

Penulis: Marsya Kamila/Humas Magister Sastra

Workshop Penulisan Kreatif: Menyelami Seni Flash Fiction bersama Alexandra Masri Do

SDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan Kamis, 18 September 2025

Yogyakarta, 11/9/2025 – Program Magister Sastra, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, menyelenggarakan workshop penulisan kreatif dengan tema flash fiction selama dua hari, yakni pada Selasa (9/9) dan Kamis (11/9) di Gedung Soegondo, Ruang 125, FIB, UGM.

Acara menghadirkan penulis kreatif internasional, Alexandra Masri Do atau akrab disapa Maz Do, lulusan Master of Fine Arts (MFA) bidang fiksi dari Cornell University, Amerika Serikat. Alexandra, yang tengah menjalani program Fulbright di Yogyakarta, dikenal luas melalui publikasi cerpen-cerpennya di Guernica, The Baffler, dan McSweeney’s Quarterly Concern. Kegiatan ini diikuti kurang lebih 20 peserta, tidak hanya dari Program Magister Sastra UGM, tetapi juga dari kalangan luar yang tertarik mendalami penulisan kreatif.

Sesi pertama, bertajuk “Flash Fiction: Discover the Art of Short-Form Storytelling”, memperkenalkan konsep dasar flash fiction sebagai bentuk narasi yang ringkas namun tetap mampu menghadirkan kedalaman cerita. Alexandra membuka materi dengan sebuah latihan provokatif yang disebut Lying Exercise karya Steven Doung.

Menurutnya, latihan ini penting karena menulis fiksi pada dasarnya adalah “berbohong” dalam arti positif dengan menciptakan realitas baru melalui imajinasi. “Fiction is a lie, but it is a lie that reveals truth. As writers, we invent, we fabricate—but through this act of lying, we reach something deeply human and meaningful,” ujar Maz Do.

Melalui latihan ini, peserta diajak menyadari bahwa kebohongan yang diciptakan dalam fiksi justru dapat menjadi pintu masuk untuk mengungkap kebenaran yang lebih luas. Setelah itu, Maz Do memperkenalkan konsep bentuk, perspektif, dan bagaimana sebuah cerita bisa dilihat sebagai rangkaian pertanyaan yang menantang ekspektasi pembaca.

Sesi kedua, bertajuk “Generative Creative Workshop: Write Your Own Flash Fiction”, lebih banyak berfokus pada praktik menulis dan mengembangkan cerita. Peserta diajak memulai cerita melalui latihan sederhana seperti Chair Exercise, yang menghubungkan kata-kata dengan visual dan memori personal. Maz Do mengajak peserta memulai dengan kata sederhana, “kursi”, kemudian menuliskan sinonim, membandingkan bayangan visual yang muncul, serta menghubungkannya dengan memori pribadi. Dari sana, peserta diminta menulis kalimat singkat dan menceritakannya dalam forum diskusi.

Antusiasme peserta sangat terlihat selama dua hari pelaksanaan. Suasana kelas berlangsung dinamis, dipenuhi diskusi, latihan berpasangan, dan refleksi bersama. Kehadiran peserta dari berbagai latar belakang baik akademisi, mahasiswa, maupun pecinta sastra membawa warna tersendiri dalam proses kreatif.

Workshop ini memberikan pengalaman berharga tentang bagaimana sebuah cerita singkat mampu menggugah imajinasi pembaca. Maz Do tidak hanya menawarkan teori, tetapi juga membekali peserta dengan keterampilan praktis untuk menulis, merevisi, dan mengasah sensitivitas sastra mereka.

Melalui workshop ini, Program Magister Sastra FIB UGM menegaskan komitmennya dalam menghadirkan ruang pembelajaran kreatif yang terbuka, inovatif, dan berkelas internasional. Dengan bimbingan Maz Do, flash fiction terbukti mampu menjadi medium segar dalam mengeksplorasi imajinasi, menghadirkan inovasi baru dalam pengayaan keterampilan bidang sastra hari ini.

Penulis:  Marsya Kamila/Humas Magister Sastra

Festival Sastra Korea UGM 2025: Seminar Sastra, Prestasi, dan Inspirasi

SDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 5: Kesetaraan Gender Rabu, 17 September 2025

Yogyakarta, 6/9/2025 — Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, sukses menyelenggarakan Festival Sastra Korea UGM 2025 di Auditorium Purbacaraka. Acara berlangsung pada pukul 09.00–11.30 WIB dengan rangkaian kegiatan yang terdiri atas seminar sastra, pengumuman lomba, serta talk show bersama penulis novel Cursed Bunny, Chung Bora.

Sesi seminar dibuka oleh Ibu Alfiana Amrin Rosyadi, salah satu pendiri komunitas K-Lit UGM, yang memaparkan perjalanan komunitas dari awal terbentuk hingga akhirnya mampu menyelenggarakan berbagai kegiatan literasi, termasuk workshop penerjemahan dan festival sastra Korea pertama di Indonesia.

Selanjutnya, Ibu Febriani Elfida Trihtarani menyampaikan materi bertajuk “Novel Cursed Bunny: antara Horror, Elemen Magis, dan Isu Sosial”. Beliau menjelaskan bagaimana kumpulan cerpen karya Chung Bora tersebut mengangkat kisah-kisah penuh horor, berpadu dengan unsur magis serta isu-isu sosial yang mencerminkan realitas di Korea Selatan.

Acara berlanjut dengan pengumuman pemenang lomba. Dalam kategori Lomba Karya Ilmiah Sastra Korea, juara pertama diraih oleh Az-Zahra Ahsana Amala yang menerima hadiah sebesar Rp3.000.000. Zahra juga berkesempatan mempresentasikan karyanya berjudul “Analisis Kecenderungan Gangguan Kepribadian Ambang pada Tokoh Utama Novel Jugigo Sipeun Ai karya Lee Kkonnnim”. Juara kedua diraih oleh Ajeng Adinda Putri dengan hadiah senilai Rp1.500.000, dan juara ketiga oleh Rizqi Hauna Nadhira dengan hadiah senilai Rp1.000.000.

Sementara itu, untuk kategori Lomba Video Review Novel Cursed Bunny, juara pertama dimenangkan oleh Bernadeta Dheswita Puspitasari yang meraih hadiah senilai Rp600.000, juara kedua oleh Yosie Rizkha Amaf dengan hadiah senilai Rp450.000, dan juara ketiga oleh Jeanetta Gabriella Bangun dengan hadiah senilai Rp200.000.

Seluruh hadiah disponsori oleh Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea FIB UGM sebagai bentuk apresiasi atas kreativitas mahasiswa. Penyelenggara berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi wadah literasi, tetapi juga mendorong lahirnya generasi muda yang kritis, kreatif, dan peduli terhadap perkembangan sastra Korea di Indonesia.

 

Penulis: Sherina Azmi A.

123…12

Rilis Berita

  • Pertemuan Keenam Kuliah Kewirausahaan Sastra Arab UGM: Mahasiswa Sastra Arab UGM Rancang Bisnis Plan Kewirausahaan Sosial Berbasis Literas
  • Kolaborasi UGM dan UNAIR dalam Seminar ASN 2025 Hidupkan Wacana Ekologi dalam Sastra dan Budaya
  • Fakultas Ilmu Budaya Menerima Kunjungan Studi dari SMA Daarut Tauhid dan SMA Thursina IIBS
  • Mahasiswa FIB Sukses Menggelar Acara Pentas Ambal Warsa UKM Swagayugama Ke-57 Tahun
  • UGM Raih Peringkat Pertama Nasional dan Masuk 50% Teratas Dunia dari Data EduRank

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju