Belajar di luar negeri adalah impian bagi banyak pelajar, termasuk salah satu mahasiswa dari Program Studi Sastra Inggris UGM, Benedicta Angie. Sejak kecil, ia selalu penasaran tentang kehidupan di negeri-negeri asing. Oleh karena itu, ia aktif mencari kesempatan untuk belajar di luar negeri. Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), program pemerintah yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa vokasi dan sarjana untuk belajar di universitas ternama di seluruh dunia selama satu semester, menjadi kesempatan yang sempurna bagi Angie untuk mewujudkan mimpinya. Setelah melalui proses seleksi yang panjang, Angie berhasil terdaftar dalam program IISMA dengan pendanaan penuh di Korea University, Republik Korea (Korea Selatan).
Selama masa belajarnya di Korea University, Angie mengikuti empat mata kuliah: Media dan Budaya Populer di Korea, Kriminologi, Bahasa Korea Pemula II, dan Pengantar Linguistik Terapan. Salah satu hal yang paling menarik bagi Angie selama belajar di Korea adalah tingkat kompetisi di kalangan mahasiswa Korea. Angie menyadari perbedaan ini ketika membandingkan pengalaman belajarnya di kelas Kriminologi, yang didominasi oleh mahasiswa Korea, dengan kelas-kelas lainnya yang mayoritas diikuti oleh mahasiswa internasional.
“Di kelas, mahasiswa lokal tidak terlalu aktif dalam bertanya atau menjawab pertanyaan, mereka cenderung sangat tenang. Namun setelah melewati ujian tengah semester, kita bisa merasakan betapa seriusnya mereka belajar,” ungkapnya. “Dosen kami memberikan penilaian akhir dengan metode kurva, dan harus saya akui, sangat sulit untuk berkompetisi dengan mereka. Perbedaan ini sangat terasa, karena di mata kuliah lain, di mana mayoritas mahasiswanya adalah mahasiswa internasional, dinamika kelas dan tingkat kompetisinya tidak jauh berbeda dengan yang saya alami di UGM.”
Secara keseluruhan, Angie menikmati perjalanan akademiknya di Korea. Kelas-kelas yang ia ikuti sangat menyenangkan meskipun menantang, dan para dosen sangat membantu. Angie sedikit kecewa karena tidak bisa bergabung dengan klub-klub kampus karena periode kunjungannya yang singkat. Namun, ia tetap bisa bersosialisasi dan bertemu teman baru melalui proyek berkelompok di kelas dan pertemuan asosiasi buddy di kampus.
Selain kegiatan akademik di kelas, Angie juga mengikuti berbagai aktivitas untuk lebih meresapi budaya Korea Selatan. Ia mengunjungi banyak istana, museum, galeri seni, dan festival. Sebagian besar tempat-tempat tersebut dapat dikunjungi secara gratis, terutama pada saat Chuseok (Hari Raya Korea). Warga lokal di Korea juga sangat ramah. Meskipun ada kendala bahasa, mereka berusaha sebaik mungkin untuk memahami para mahasiswa asing.
Selain mendapat banyak wawasan terkait kegiatan akademik dan budaya melalui program pertukaran ini, Angie belajar untuk lebih sabar terhadap dirinya sendiri. Ini adalah pelajaran berharga yang tidak akan Angie didapatkan jika ia tidak mengikuti program pertukaran di Korea. “Tinggal di zona nyaman di Indonesia membuat saya lupa bahwa setiap hari adalah hari pertama saya hidup. Terkadang saya lupa bahwa sebagai manusia, saya akan melakukan kesalahan, akan ada ketidaknyamanan, dan hidup tidaklah sempurna. Saya banyak belajar bahwa jika saya ingin maju, saya harus bersabar dengan diri saya sendiri dan menikmati prosesnya.”
Setelah menyelesaikan program pertukaran, Angie berencana untuk menyelesaikan studinya tepat waktu dan melanjutkan pendidikan pascasarjana di luar negeri. Sementara itu, ia juga ingin membantu teman-temannya yang berharap bisa melanjutkan studi ke luar negeri dengan memberikan nasihat yang dapat membantu proses persiapan mereka. Selain itu, ia juga berencana untuk memanfaatkan pengetahuan yang diperolehnya dari program pertukaran, terutama bahasa Korea, untuk mewujudkan impiannya menjadi seorang penerjemah.
[S1 Sastra Inggris, Sekar Ajiningsih]