Yogyakarta, 14 November 2025 – Dalam episode UGM Podcast bertajuk “Tanaman Porang, Rahasia Baru untuk Pangan Masa Depan” yang tayang pada 6 November 2025, Prof. Dr. Bambang Hudayana, M.A., Guru Besar Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya UGM, memaparkan hasil risetnya tentang potensi porang sebagai alternatif pangan untuk masa depan Indonesia.
“Porang itu tanaman yang tersingkirkan, sehingga wajar kalau banyak orang belum mengenalnya. Tapi kalau sudah tahu porang itu apa, pasti akan jatuh hati,” ujar Prof. Bambang membuka perbincangan. Ia menjelaskan bahwa porang memiliki keunggulan sebagai sumber karbohidrat rendah kalori yang dapat diolah menjadi beragam makanan—dari mie, roti, hingga bakso—serta dapat tumbuh di lahan kering tanpa perawatan intensif. Menurutnya, riset ini lahir dari semangat diversifikasi pangan dan pemberdayaan masyarakat desa. “Kita harus mencari alternatif pangan, kembali pada kekayaan lokal kita. Indonesia tidak hanya punya beras, tapi juga jagung, sagu, ketela, dan kini porang yang mulai bersinar,” jelasnya.
Melalui kerja sama lintas disiplin di Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM, Prof. Bambang bersama mahasiswa MBKM mendampingi petani porang di Ponorogo dan Madiun. Mereka membantu petani mengolah porang tidak hanya untuk ekspor, tetapi juga sebagai bahan pangan keluarga. “Kami ingin petani tidak sekadar menanam, tapi juga makan dari hasil tanamnya sendiri. Dengan begitu, mereka lebih sejahtera,” tegasnya. Program ini berhasil menumbuhkan antusiasme masyarakat. Berbagai olahan porang, seperti bakso dan gorengan, bahkan dilombakan di tingkat desa. “Kalau masyarakat merasakan manfaatnya langsung, mereka akan antusias dan berinovasi sendiri,” tambahnya dengan bangga.
Menutup perbincangan, Prof. Bambang menyampaikan pesan inspiratif: “Kalau kita bisa berinovasi, yang dulu dianggap tidak berguna bisa menjadi emas.” Melalui risetnya, UGM kembali menegaskan perannya dalam membangun ketahanan pangan nasional—karena, seperti semboyan yang ia ucapkan, “Riset kuat, pangan hebat.”
[Antropologi Budaya, Bonifacius Edo Wisnu]





