Muhammad Iman Rafif (Sastra Inggris 2016) dan Nur Fahmia (Sastra Indonesia 2015) mewakili FIB UGM untuk mengikuti L’Arts ASEAN Seeds Camp Program V. Acara ini diadakan oleh Thammasat University, Thailand, pada tanggal 18–23 Desember 2018. Peserta terdiri atas 48 mahasiswa dari negara Thailand, Indonesia, Kamboja, Malaysia, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Sri Lanka, dan Inggris. Tema acara ini yaitu “Digital Natives and the New Empowerment”.
Iman dan Mia
Kegiatan ASEAN Seeds Camp Program V dilaksanakan di Kota Ratchaburi dan Parachuap Piri Khan. Kegiatan di Ratchaburi meliputi pelatihan materi mengenai film pendek, penulisan naskah, pelatihan gerak badan, dan hukum hak cipta. Adapun tambahan pelatihan memasak makanan pembuka, makanan pembuka, dan merangkai daun pandan menjadi bunga mawar. Kemudian, di Prachuap Piri Khan terdapat kegiatan mengunjungi hutan mangrove dan UKM tenun.
Kegiatan akhir dari pelatihan ini yaitu peserta bekerja kelompok untuk mengeksekusi VLOG pendek yang akan meningkatkan kesadaran yang signifikan tentang Thailand sebagai tempat pembuangan baru bagi limbah dunia. Kelompok Muhammad Iman Rafif menyabet juara first runner-up dengan menyajikan video berupa ad-campaign Thailand berjudul “The Land-feel of Thailand” yang menampilkan berbagai keindahan Thailand dengan fakta yang mencengangkan. Muhammad Iman Rafif berhasil mendapat gelar best director dalam menyutradari film pendek tersebut dengan bantuan dari tim-nya, Smart Mob, dan gelar best music untuk Chanyoung Bae, mahasiswa Korea Selatan yang menjadi produser musik pada film itu. Lalu, kelompok Nur Fahmia menyandang best original script dengan video bertema science fiction. Film ini menampilkan tokoh manusia di masa depan yang mengunjungi Thailand pada masa kini yang penuh sampah. Kemudian, manusia masa depan tersebut berniat untuk membantu manusia kini agar dapat menyebarkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan Thailand.
HEADLINE
Prodi Sastra Inggris FIB UGM telah selesai menyelenggarakan sebuah konferensi mahasiswa S1 yang dinamai Student Conference on English Literature and Linguistics (StuCELL) pada tanggal 21 November 2018. Konferensi ini merupakan debut Prodi Sastra Inggris dalam penyelenggaraan forum seminar untuk mahasiswa S1 pada lingkup nasional. Tema besar yang diusung oleh StuCELL tahun ini adalah “Bahasa, Keberagaman, dan Identitas” (Language, Diversity, and Identity). Tema ini dirasa mewakili dinamika sosial dewasa ini dimana keragaman budaya dan masalah identitas terkait agama, ras, etnik, dan gender, masih menjadi polemik yang sensitif di masyarakat. Konferensi ini mengundang seluruh mahasiswa Prodi Inggris di Indonesia untuk menilik problema tersebut dalam karya sastra Inggris atau teks non-fiksi berbahasa Inggris. Tema ini diharapkan mampu mengasah kepekaan mahasiswa terhadap masalah keragaman dan identitas serta menumbuhkan jiwa akademisi yang toleran dan menghargai keberagaman.
Sambutan publik atas konferensi ini amatlah baik. Hal ini terbukti dari cukup banyaknya artikel yang masuk dari mahasiswa-mahasiswa berbagai universitas di Indonesia. Sebanyak 58 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia terdaftar sebagai presenter dalam forum StuCELL 2018.
Kegiatan konferensi berjalan dengan lancar. Acara dimulai pukul 08.00 WIB dengan sambutan singkat ketua panitia StuCELL 2018 Mala Hernawati, M.A., dilanjutkan dengan sambutan dan pembukaan konferensi secara resmi oleh Ibu Dr. Nur Saktiningrum, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FIB UGM. Acara dilanjutkan dengan pertunjukkan tari tradisional Gambyong Pareanom oleh dua mahasiswi Prodi Sastra Inggris. Acara kemudian dilanjutkan dengan plenary session yang diisi oleh dua keynote speakers, Dr. Adi Sutrisno (Universitas Gadjah Mada) dan Dr. Widyastuti Purbani (Universitas Negeri Yogyakarta) dan dimoderatori oleh Elisabeth Oseanita Pukan, M.A. (Universitas Sanata Dharma). Dalam sesi ini, Dr. Adi Sutrisno menyampaikan materi yang berjudul Problems of Speech Perception Experienced by the EFL Learners dan Dr. Widyastuti Purbani menyampaikan materi yang berjudul Identity and Children Literature.
Untuk meningkatkan motivasi para presenter dalam melakukan penulisan karya ilmiahnya, StuCELL 2018 memberikan penghargaan Best Paper Award untuk karya ilmiah terbaik. Tahun ini, StuCELL menganugerahkan penghargaan Best Paper Award untuk dua tulisan ilmiah terbaik (satu dari bidang linguistik dan satu dari bidang sastra). Karya terbaik linguistik berjudul Turn-Taking Strategies Used by Male and Female Presenters in Talk Shows “Jimmy Kimmel Live!” and “Ellen De Generes Show” yang ditulis oleh Nur Trihandayani Rivai dari Universitas Negeri Malang. Karya terbaik Sastra berjudul Catholic Church’s Symbols in Dan Brown’s Origin Book yang ditulis oleh Medina Muncar Irmaranti, Devina Eka Putri, dan Maria Godeliva D.K. dari Unika Soegijapranta, Semarang. Penghargaan Best Paper Award diberikan oleh Dr. Tofan Dwi Hardjanto, M.A., yang berperan sebagai ketua tim blind review abstrak dan artikel StuCELL 2018.
Sesi parallel StuCELL 2018 terbagi dalam empat ruang dan tiga sesi waktu. Di dalam sesi parallel tersebut, para presenter mempresentasikan karya ilmiahnya di bidang sastra dan bahasa Inggris. Topik-topik presentasi yang beragam dan menarik membuat sesi diskusi menjadi hidup dan seru. Hal ini terlihat dari umpan balik peserta yang merasa masih ingin mendapatkan waktu tambahan untuk diskusi. Rangkaian acara StuCELL 2018 berakhir pukul 17.00 WIB dengan pembagian sertifikat kepada seluruh peserta. (kontributor: Maher)
Tim Badan Semi Otonom (BSO) Rampoe FIB UGM berhasil meraih medali emas dalam perhelatan Wonju Dynamic Dancing Carnival yang digelar di kota Wonju-si, orea Selatan pada 11 – 16 September 2018. Tim Rampoe UGM adalah salah satu BSO minat bakat kesenian Aceh di Fakultas Ilmu Budaya yang anggotanya tidak hanya berasal dari FIB tetapi juga mahasiswa dari fakultas lain di lingkungan UGM. Dalam ajang lomba kali ini, Tim Rampoe FIB UGM kembali menorehkan prestasi di tingkat internasional. Dekan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Dr. Wening Udasmoro mengngkapkan bahwa Rampoe FIB UGM telah hampir selalu meraih juara dalam setiap ajang kompetisi internasional yang diikutinya. Hal ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi. Dalam ajang kompetisi di Korea Selatan ini Tim Rampoe FIB UGM berhasil mendapatkan uang pembinaan sebesar 6 juta won Korea, atau setara dengan Rp78 juta.
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ditetapkan sebagai juara umum di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke- 31 tahun 2018 yang diumumkan pada acara penutupan Sabtu (1/9) malam di Gedung Olahraga UNY. Acara yang dilaksanakan sejak 29 Agustus – 1 September tersebut menjadi ajang unjuk gigi UGM yang berhasil mendapatkan perolehan medali sebanyak 10 emas 3 perak, dan 5 perunggu yang didapat dari dua kategori yang dinilai, yakni poster dan presentasi.
Pada kategori poster, UGM mendapat sebanyak 3 emas, 1 perak, dan 3 perunggu. Tiga medali emas diraih oleh tim PKM-PSH, PKM-KC, dan PKM-M. Satu medali perak disumbang oleh PKM-M dan tiga medali perunggu berhasil disumbang oleh PKM-PE dengan jumlah 2 medali, dan PKM-M 1 medali.
Sementara pada kategori presentasi, UGM memperoleh 7 emas, 2 perak, dan 2 perunggu. Tujuh medali emas masing-masing disumbang oleh PKM-PSH 1 medali, PKM-PE 2 medali, PKM-KC 1 medali, PKM-K 1 medali, PKM-M 1 medali, dan PKMGT 1 medali. Dua medali perak disumbang oleh PKMPE dan PKM-GT. Terakhir, dua medali perunggu diraih oleh PKM-PE dan PKM-M.
Dengan perolehan tersebut, UGM berhasil menyandang gelar sebagai juara umum mengalahkan Universitas Brawijaya yang tiga tahun berturut-turut menduduki posisi tersebut. Sikap pesimis awalnya memang menghantui para peserta UGM, pasalnya tim yang lolos untuk melaju pada tahap PIMNAS hanya berjumlah 13 dan hanya dapat duduk di peringkat ke-12—jauh dari tahun sebelumnya yang berhasil meloloskan tim terbanyak. Namun jumlah yang sedikit tersebut tidak serta merta membuat para peserta menyerah. Mereka melalui beberapa tahap bimbingan dan pembinaan yang cukup keras dan penuh pilu.
Hal tersebut dirasakan oleh tim Putri Meilinda (Sastra Prancis, 2015), Akhmad Khanif (Antropologi Budaya, 2017) dan Muhammad Dian Saputera Taher (Antropologi Budaya, 17) yang berhasil meraih 2 medali emas kategori poster dan presentasi. Ketiganya berasal dari Fakultas Ilmu Budaya dengan dosen pembimbing Aprillia Firmonasari S.S., M. Hum., DEA. Tim tersebut menjadi tim satu-satunya UGM dari kelas PKM-PSH (Penelitian Sosiohumaniora) yang berhasil lolos menuju tahap PIMNAS.
“Usai pengumuman lolos PIMNAS, kami langsung diundang untuk acara konsolidasi dan pada tanggal 12 Mei 2018 hingga 15 Mei 2018, kami semua melakukan pembinaan intensif bersama dosen pembina di Salatiga. Pada saat itu, proses penuh tekanan terjadi. Banyak dari kami dikritik karena presentasi, artikel ilmiah bahkan laporan akhir yang tidak memenuhi kualitas penilaian di PIMNAS. Saya bahkan harus menunda mennyusun laporan KKN demi menyempurnakan semua tugas yang harus segera dikirim ke Dikti. Di hari terakhir pengiriman artikel ilmiah, kami sampai harus merevisi hingga 29 kali untuk memperhatikan titik koma agar tidak sampai salah. Semua proses berjalan alot, namun hasil memang sesuai dengan usaha. ” Jelas Putri Meilinda.
Pada ajang tersebut, Putri dan kawan-kawan mengangkat tema “Vitalitas Bahasa Rejang: Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa Rejang pada Masyarakat Suku Rejang Bengkulu dalam Memperkukuh Budaya di Era Globalisasi”. Judul penelitian tersebut terinspirasi dari fenomena kepunahan bahasa daerah. yang kini terus-menerus terjadi akibat intervensi dari bahasa-bahasa lainnya. Keprihatinan ini membawa mereka untuk tertarik mengukur daya hidup bahasa guna mengetahui sejauh mana eksistensi bahasa Rejang dalam era globalisasi dan upaya seperti apa yang cocok untuk melaksanakan program revitalisasi bahasa. Mengambil data kuesioner yang disebar pada 398 murid di Kabupaten Lebong Bengkulu dan mewawancari lebih dari 10 narasumber termasuk Wakil Bupati Kabupaten Lebong membuat mereka yakin akan hasil peneliian ini dapat dimanfaatkan bagi ilmu sosiohumaniora dan juga ketahanan bahasa Rejang di daerah Lebong di waktu mendatang.
“Ide terkait penelitian Sosiohumaniora bisa diambil dari mana saja Intinya adalah, semua mahasiswa merasa peka terhadap sekitar, khususnya mahasiswa FIB UGM agar kedepannya bisa menyumbang lebih banyak proposal. Tahun ini kalau tidak salah ada lebih dari 7 proposal yang didanai dari jumlah keseluruhan PKM PSH yakni 21. Semoga kedepannya dapat terus bertambah dan bisa membanggakan fakultas. “ ungkap Putra
Raihan tersebut tidak serta merta membuat mereka besar kepala. Bagi mereka hal ini menjadi pelajaran penting untuk selalu mendedikasikan diri pada negeri sekecil apapun masalah sosial yang terjadi. “Harapannya semoga bisa menjadi pemantik bagi mahasiswa FIB yang masih takut aau ragu untuk mengikuti PKM dan juga semoga tahun depan masih bisa ikut serta dengan tema yang berbeda.” tutup Khanif di sela wawancara.[firmonasari]
Dalam memperingati ulang tahunnya yang ke-72, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada akan menjadi tuan rumah simposium internasional pada bulan Agustus 2018 mendatang. Simposium yang bertajuk “Literasi Budaya dan Budaya Literasi di Indonesia” ini menelusuri tradisi membaca dan menulis di Indonesia dalam bentuk tradisional, kolonial, poskolonial dan digital serta perkembangan historisnya. Simposium ini juga memetakan karya-karya yang ditulis baik oleh penulis Indonesia maupun asing yang telah mempengaruhi diskursus subyek atau tema tertentu dan menghasilkan diskursus historiografi tertentu yang mempengaruhi budaya literasi Indonesia secara menyeluruh. Secara khusus Simposium ini hendak memetakan kontribusi fakultas-fakultas
humaniora dalam sejarah Indonesia bagaimana kemunculan sistem universitas dan ilmu-ilmu humaniora mempengaruhi literasi budaya Indonesia dan budaya literasi masyarakat Indonesia? Fakultas Ilmu Budaya yang pada awalnya disebut Fakultas Humaniora adalah fakultas pertama yang didirikan di universitas Gadjah Mada pada masa Revolusi 1946 ketika Yogyakarta menjadi ibukota Republik