Yogyakarta, 5 Desember 2025 – Sepuluh mahasiswa Magister Sastra Fakultas Ilmu Budaya peserta Mata Kuliah Filologi menggelar Pameran Klinik Filologi dengan tema “Jejak Kosmologi dalam Naskah Kuno”. Pameran ini merupakan bagian dari kegiatan akademik yang diampu oleh para dosen Filologi Fakultas Ilmu Budaya, yakni Prof. Dr. Aprinus Salam, M.Hum., Prof. Dr. Sangidu, M.Hum., serta Dr. Arsanti Wulandari, S.S., M.Hum.
Kosmologi sebagai cara manusia memahami asal-usul, struktur, dan keteraturan alam semesta, telah lama menjadi fondasi penting dalam kebudayaan. Jauh sebelum hadirnya ilmu pengetahuan modern, masyarakat Nusantara telah membangun pemahaman kosmologisnya sendiri dan menuangkannya dalam berbagai manuskrip Arab, Jawa, hingga Melayu. Pengetahuan tersebut kemudian diwariskan lintas generasi sebagai bagian dari tradisi intelektual Nusantara.
Melalui kegiatan Klinik Filologi ini, para mahasiswa berupaya membuka ruang diseminasi untuk memperkenalkan kembali temuan-temuan kosmologis dari naskah kuno. Manuskrip tidak hanya memuat kisah atau ajaran moral, melainkan juga mencerminkan cara berpikir, struktur pengetahuan, serta sistem kepercayaan masyarakat masa lampau.
Di tengah kehidupan modern yang kerap memisahkan pengetahuan rasional dari pengalaman spiritual, kegiatan ini mengajak masyarakat untuk melihat kembali bagaimana leluhur memahami alam secara holistik menggabungkan pengalaman empiris, simbolis, dan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pameran ini menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, sekaligus membuka ruang apresiasi baru terhadap kekayaan intelektual Nusantara.
Pameran ini selaras dengan komitmen pendidikan berkelanjutan sebagaimana tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 4 mengenai Quality Education. Melalui pelestarian manuskrip, penguatan literasi budaya, dan pengembangan riset humaniora, kegiatan ini mendukung terciptanya pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan mendorong pembelajaran sepanjang hayat. Selain itu, agenda ini turut mencerminkan upaya menjaga warisan budaya, sejalan dengan SDG 11 tentang Sustainable Cities and Communities, yang menekankan pelestarian budaya sebagai bagian dari pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.
[Humas FIB UGM, Alma Syahwalani]

