Dans notre environnement global, la capacité de communiquer efficacement peut être un défi.
Comme un des véhicules dans la communication globale, le développement de la langue française rencontre de nombreux défis. Intérieurement, les différences culturelles de chaque pays, même les différences sous-culturelles nécessiteraient des différents traitements. Extérieurement, le français a dû entrer dans des concurrences intenses avec plusieurs autres langues internationales, en particulier l’anglais. C’est dans le but de rechercher ces problèmes que cette Conférence International sur le Français (CIF 3) prend le thème « Le français : réflexion sur les défis mondiaux ». Dans cette troisième conférence internationale, organisée par l’APFI en collaboration avec l’Universitas Gadjah Mada, les enseignants aussi bien que les étudiants seront souhaités de partager leurs recherches et idées des études sur la langue, la littérature, la culture, et l’enseignement du français, soit exclusivement soit dans leur comparaison avec l’indonésien.
HEADLINE
Dalam rangka mengikuti event tahunan Kompetisi Pariwisata Indonesia yang kesembilan, prodi Pariwisata FIB mengirimkan beberapa delegasi mahasiswanya ke Bandung. Kompetisi Pariwisata Indonesia (KPI) merupakan event tahunan yang diadakan oleh prodi D3 Usaha Perjalanan Wisata Politeknik Negeri Bandung. Tahun ini KPI telah mencapai tahun kesembilan. KPI 9 ini diadakan di Politeknik Negeri Bandung pada 3—4 Mei 2018.
Beberapa cabang lomba yang diikuti oleh delegasi Pariwisata UGM adalah tourism advertising video, tourism quiz competition, tour package, paper, photography, speech, bussiness event proposal, dan travel writing. Dari delapan cabang lomba yang diikuti tersebut, Pariwisata FIB mampu membawa pulang empat piala. Keempat piala tersebut terdiri dari beberapa cabang lomba, yaitu.
(a) Juara I Paper
a.n Laras Candra Laksi (Pariwisata 2014), Junanto (Pariwisata 2015) dan Anindwitya R Monica (Pariwisata 2014).
(b) Juara III Tourism Advertising Video
a.n Seysha Airunisa Dewanthy (Pariwisata 2017), Muhammad Swastika Ardhi (Antropologi 2017) dan Andewi Rizkya Ramadhani (Pariwisata 2017).
(c) Juara II Tourism Quiz
a.n April Aji Santoso (Pariwisata 2016), Fauzani Ninda Paramitha (Pariwisata 2016) dan Dian Putri Ratnasari (Pariwisata 2016)
(d) Juara III Tourism Quiz.
a.n. Anggita Kartika Sari Rezki (Pariwisata 2016), Nita Suryani (Pariwisata 2016) dan Kornelius Ganang Fajarianto (Pariwisata 2016).
Mahasiswa Sastra FIB UGM berhasil memborong kejuaraan dalam Lomba Pidato Bahasa Jepang dan kaligrafi tingkat DIY pada Nihongo No Hi ke 13 tanggal 28 April 2018 yang dilaksanakan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Desak Nyoman Risma Riyandewi, menempati posisi pertama dan dilanjutkan Hardika Easti Asthi menempati posisi kedua dalam ajang Lomba Pidato Bahasa Jepang untuk umum di DIY. Lomba pidato ini diselenggarakan oleh Program Studi Sastra Jepang dengan The Japan Foundation (JF), Jakarta. Pemenang lomba pidato tingkat DIY akan mewakili DIY di lomba tigkat nasional yang akan diselenggaakan di Jakarta.
Bagi Desak, menjadi pemenang lomba pidato yang diselenggarakan JF merupakan impiannya sejak dulu, “jadi juara di lomba dari JF itu mimpiku sejak lama, dan akhinya sekarang tercapai,” jelasnya.
Selain mendapat juara pertama dan kedua, predikat terfavorit juri pada lomba pidato didapatkan oleh Bangun Permata, mahasiswa Sastra Jepang tingkat 3. Dan sebagai Juara 1 lomba shodo atau kaligrafi jepang diraih oleh Akbar Rizqi Dhea Habibi.
Nishigomi sebagai salah satu juri kaligrafi memuji hasil karya Akbar Rizqi Dhea Habibi, “tulisan Rizqi sangat bagus karena proporsi penggunaan space dan penulisannya sangat seimbang dan pas dengan kertasnya, dan poin paling penting dari shodo seperti tome, harai dan hane sangat diperhatikan” ucapnya saat penjelasan penilaian hasil karya.
Di akhir acara, Okamoto yang merupakan wakil JF yang menjadi juri pada lomba ini juga berpesan pada semua peserta lomba agar tetap bersemangat dalam belajar bahasa dan budaya Jepang. (kiki)
(Yogyakarta, 6/3) Fakultas Ilmu Budaya UGM memperingati Dies Natalis ke-72 pada bulan Maret 2018. Dies Natalis FIB UGM jatuh setiap tanggal 3 Maret, dan sebagai acara puncak rangkaian peringatan Dies Natalis, diadakan Rapat Senat Terbuka yang pada tahun ini digelar pada Selasa (6/3) bertempat di Auditorium Poerbatjaraka kampus FIB UGM.
Dalam kegiatan Rapat Senat Terbuka Peringatan Dies Natalis ke-72, Dekan FIB UGM, Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA mengungkapkan bahwa peringatan Dies Natalis ini dapat dijadikan ajang refleksi diri, untuk melihat secara kritis bagaimana perkembangan dan masa depan fakultas. “Sebuah otokritik membuat kita berpikir ulang berapa banyak modal yang kita miliki. Bukan soal modal uang saja, namun juga modal sosial yang kita miliki”, ungkap Dekan.
Lebih jauh dalam paparannya Dekan menyampaikan berbagai capaian dan strategi FIB dalam menyikapi perkembangan terutama dari tiga aspek penting, yakni manajemen sumber daya manusia (SDM), pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, kerja sama dan alumni, serta bidang keuangan. Dalam bidang SDM, misalnya, Dekan mengungkapkan bahwa persoalan SDM telah menjadi sentral pembicaraan dan pengelolaan di lingkungan fakultas minimal dalam empat tahun ke depan. “Tahun 2018 ini adalah awal dari kerja keras untuk megurus soal SDM ini dengan sungguh-sungguh”, ungkapnya. Selain diisi dengan Laporan Tahunan Dekan, peringatan Dies Natalis ke-72 FIB UGM tahun 2018 ini juga diisi dengan orasi ilmiah yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ida Rochani Adi, S.U yang berjudul “Menyoal Budaya Literasi dan Literasi Budaya”.
Pada peringatan Dies Natalis tahun 2018 ini, FIB UGM mengambil tema “Budaya Literasi dan Literasi Budaya”. Rangkaian acara Peringatan Dies Natalis ke-72 FIB UGM telah dimulai sejak bulan Februari, dengan digelarnya berbagai kegiatan seperti Anjangsana kepada para dosen dan tenaga kependidikan (tendik) FIB yang sudah memasuki masa purnatugas, kegiatan pertandingan olahraga, dan kegiatan donor darah.
the 16th Urban Research Plaza Forum 2018 is designed to discuss the following theme: “Contesting Social Space in Urban Context”. The forum will investigate how cultural and artist communities in urban Asia formulate and produce their works as their strategies to claim and protect their ‘social spaces’ in their neighborhoods. The forum will bring a comparative views and experiences from Japan and Indonesia in the forms of policy reports, evaluation reviews, and/or idea exploration.
TOR URP 16th Academic Forum 2018