Dengan telah selesainya proses review oleh para reviewer dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, dengan ini
diumumkan bahwa nama-nama di bawah ini telah lolos pada proses tersebut. Untuk itu, kami mohon kehadiran Saudara pada:
Hari, tanggal : Rabu, 1 April 2015
Pukul : 13.00 WIB
Tempat : Ruang Sidang Pimpinan, Gd. Poerbatjaraka, Lt. 1, FIB UGM
Agenda : Koordinasi Hibah Penelitian Tesis di Luar Negeri
Salah satu “warisan” yang masih melekat pada budaya bangsa Indonesia karena proses kolonialisme adalah nilai-nilai modernitas pada aspek budaya pada sebagaian masyarakat Indonesia. Aspek budaya modern ini, oleh Kolonial Belanda ditanamkan dengan beragam cara. Cara itu antara lain melalui pendidikan, agama, bahasa, teknologi, iklan, jenis pakaian, dan peralatan rumah tangga. Identifikasi modernitas dalam budaya misalnya, dapat ditemukan dalam iklam “Bepergian dengan kereta api”. Iklan ini menegaskan pesan bahwa keluarga modern berpergian dengan kereta api”. Demikian juga pada iklan rokok, dengan mengangkat pesan, “yang tidak merokok, tidak modern”. Pada iklan kaca mata dan arloji juga membawa pesan yang sama, tidak modern, bila tidak memakai kaca mata dan arloji.
Modern juga bisa dinilai dari kebiasaan sehari-hari warga, misalnya dengan kebiasaan membaca surat kabar dan menghadiri pasar malam yang diterangi listrik. Gambaran itu menjadi sebagian dari ceramah Prof. Dr. Henk Schulte Nordholt dalam kuliah umum bertajuk, “Modernity and Cultural Citizenship in the Late Colonial Indonesia” di ruang Multimedia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Senin, 23 Maret 2015.
Menurut Henk, sejumlah kemajuan dalam bidang pendidikan seperti yang ditunjukan kaum pergerakan seperti Ki hajar Dewantara, HOS, Cokroaminoto, dan kaum pergerakan lainnya, salah satu karena kaum berpendidikan Indonesia yang berhasil mengambil nilai-nilai modernitas yang berkembang di luar Indonesia. Berpikir menjadi negara merdeka dan menjadi negara yang bebas adalah mimpi yang ingin diwujudkan. Meskipun demikian, pendidikan di Indonesia pada era colonial gagal menghasilkan kelas menengah yang kuat dan mengambil peran politik yang dominan, sehingga sebagian orang-orang Indonesia yang berpendidikan hanya mampu berpartisipasi dalam system colonial. Kaum terpelajar banyak yang lebih suka bekerja sebagai pegawai administrasi kantoran dan perkebunan colonial.
Prof. Henk lebih lanjut mengatakan bahwa kebiasaan orang-orang Indonesia, terutama di luar Jawa yang senang dengan pesta menjadi salah satu bagian dari proses transfer modernitas colonial di negara koloni. Kesenangan terhadap hadiah, pakain (fashion) , dan sepatu sebagai bagian dari symbol modernitas pada waktu itu yang mudah diterima oleh masyarakat Indonesia, khususnya di perkotaan.
Dengan realitas itu, menurut Bambang Purwanto yang ikut mendampingi Prof. Henk, Kolonial hanya ditolak secara politik, tetapi diterima dalam konteks budaya. Penerimaan atas sejumlah nilai-nilai modernitas yang berjalan bersamaan dengan proses kolonialisme di Indonesia seperti yang disampaikan oleh Henk, membuktikan hal tersebut. Terkadang kita tidak menyadari bahwa “kebanggaan yang kita bangun lahir dari sesuatu yang kita benci secara politik, namun nilai-nilai budayanya kita ambil sedemikian luas”. Lihatlah nilai-nilai yang dibangun oleh warga negara yang dikategorikan sebagai “indies” di Nusantara. Di dalam keluarga, pasti berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda.
Henk Schulte Nordholt adalah Professor of Indonesian History at Leiden University; Head of Research at Royal Netherlands Institute at Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV), Belanda.
Overcapacity in the Java Sea Cantrangan Fishery: An Anthropological Approach to a Persistent Management Problem
Pemateri:Dr. Katharina Schneider
(Heidelberg University)
26 Maret 2015
Ruang Sidang 1 FIB UGM
Pukul 13.00
Abstract:
Overcapacity (‘too many boats chasing too few fish’) is a persistent problem in fisheries all around the world and is widely regarded as one of the key drivers of overfishing. It has also been linked to poverty among fishers. Little progress has been made in addressing this problem. From an anthropological perspective, one obvious reason is that scientists tend to insist on measuring problems before solving them. Measuring overcapacity is notoriously difficult, especially in the small-scale, mixed gear and multi-species fisheries of the global south. Based on ethnographic research with fishers in an over-capacitated fishery on the Java north coast, this paper aims to outline an alternative, anthropological approach that makes the concerns of different participants in the fishery regarding fishing capacity and their strategies for addressing these concerns central. I aim to demonstrate that such an approach can help us appreciate how overcapacity is generated through the action of particular people under particular conditions. At the same time, it can help us envision strategies for reducing overcapacity that are appropriate to particular fisheries and independent of measuring the phenomenon.
Description
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada and One Asia Foundation will conduct a seminar on Asian community and its development in globalization. Consisting of lectures and in-depth discussions, the seminar will be focused on the Asian region from social, economic, political and culture aspects. Experts of Asian studies will be invited to deliver the prepared lectures. The course is intended to deepen understanding of Asian region and globalization from different approaches and provide a setting for academic interaction among Indonesian scholars. By these means, the seminar can hopefully pave the way for future collaboration in generating knowledge about Asia region and the study of social and humanities. A hundred participants are expected in joining the seminar. The seminar will conducted on
Day : Wednesday
Date : 25 March 2015
Time : 08.00-15.30 WIB
Venue : Auditorium, Gd.Poerbatjaraka Lt. 3
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Requirements and Important Information
The lectures are open to all students of UGM. Application should include student’s data (name, student number, department, email) and to be sent to one of the contact persons below. Certificate will be awarded to participants in the end of the seminar.
Contacts
For more information, please contact:
Febri Ady Prasetyo febri.ady.p@mail.ugm.ac.id
Sari Ratna Dewi sari.ratna.d@mail.ugm.ac.id
Lecture Series on Theory FIB UGM
18 Maret 2015 ; 08.00-10.00
Ruang Multimedia Margono Lt. 2
Pemateri:
Dr. Ratna Noviani
Tema: Conspicuous Consumption dari Thornstein Veblen