
Dr. Muhammad Zamzam Fauzanafi, pengajar dari Departemen Antropologi didapuk sebagai salah satu narasumber acara yang diadakan oleh Kementerian Kebudayaan, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X di Purbalingga pada Kamis, 31 Juli 2025. Acara tersebut dilaksanakan dalam rangka pelestarian dan pengembangan objek pemajuan kebudayaan (OPK). Tema yang diusung “Ngantih Benang-Tenun Tumanggal”. Ngantih benang sendiri artinya memintal benang. Sementara Tumanggal merupakan sebuah desa yang ada di Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purbalingga.
Melalui perspektif antropologi indrawi, Mas Zamzam, sapaan akrabnya mengatakan bahwa memintal benang (ngantih benang) bukan hanya proses teknis, tetapi juga sebuah praktik yang sangat dalam, indrawi, dan tertanam secara budaya (culturally embedded). Di Jawa, pemintal yang berpengalaman dapat mengidentifikasi kualitas serat dengan sentuhan/keterampilan yang diwariskan dari generasi ke generasi.Selain itu, pemintalan benang juga dapat dihubungkan dengan siklus kehidupan dan spiritual serta terjadi keterlibatan multisensori. Hal tersebut yang menjadi kekuatan pemintalan benang atau tenun yang menggunakan dengan tangan. Lain halnya dengan pemintalan industri atau menggunakan mesin biasanya tidak memiliki kualitas “rasa seperti benang yang dipintal dengan tangan”.
Penulis: Dewi W
Foto & Sumber: Dokumen Dr. Muh. Zamzam