
Yogyakarta, 14 Juli 2025 – Generasi Internet yang disebut juga sebagai Generasi Z mengacu secara spesifik bawah orang-orang yang lahir pada akhir tahun 1990 hingga awal tahun 2010.
Generasi Z sangat dipengaruhi oleh produk-produk teknologi, yaitu generasi asli yang telah hidup di dunia maya dan dunia nyata elektronik sejak masa kanak-kanak. Oleh karena itu, dianggap juga “penduduk digital”. Perkembangan teknologi sekali mempengaruhi generasi ini. Identifikasi diri, mereka tidak hanya menaruh harapan pada Internet, tetapi juga merasa bingung karena Internet. Keinginan akan kebebasan dan ketidakberdayaan hidup berdampingan dalam hati generasi Internet.
Internet bebas telah menjadi nilai-nilai yang sangat diperlukan dalam masyarakat demokratis. Melalui Internet, orang dapat dengan gratis berbagi suasana hati dan memanfaatkan sumber daya. Ponsel pintar juga sudah menjadi alat Internet yang penting bagi remaja zaman sekarang. Tapi pada saat yang sama, media sosial dan video instan yang berwarna-warni juga telah mengubah gaya hidup pemuda-mudi dan menciptakan generasi yang rentan kurang PD dan terhadap depresi.
Ada banyak alasan mengapa remaja bisa mengalami depresi, namun perasaan “tidak kompeten” atau “gagal” disebutkan salah satu alasan yang paling umum. Terutama media sosial dapat menyebabkan atau memperburuk perasaan tidak mampu tersebut. Kekuatan teknologi sebagaimananya benar “berpartisipasi“ dalam kehidupan dan selangkah demi selangkah cetakan gaya hidup semuanya.
Selain itu, Postingan di Internet sering kali melaporkan kabar baik tetapi bukan kabar buruk. Ketika pemuda menghabiskan banyak waktu menggunakan media sosial, mereka sering kali mengembangkan mentalitas komparatif seperti “dibayangi oleh orang lain”. atau “merasa bahwa saya tidak sebaik orang lain” adalah fenomena yang umum terjadi.
Paradoksnya, remaja yang depresi suka menunjukkan optimisme, PD atau kehidupan yang indah secara online. Terlihat bahwa Internet telah menjadi surga bagi remaja untuk menghindari depresi dan khawatir dalam kenyataan. Mereka membenci rasa sakit yang mereka derita dalam kehidupan nyata, sehingga mereka beralih ke Internet untuk mengejar kebahagiaan virtual. Ciri-ciri ledakan informasi di era Internet telah membuat kebebasan semakin meluas. Platform Internet dapat memberikan pemuda-pemudi beragam pilihan yang terang.
Meskipun konsep kebebasan telah berkembang ke tingkat yang lebih tinggi, hal ini juga meningkatkan rasa tidak aman di generasi Internet. Keberagaman internet juga mendukung setiap orang untuk berkembang ke arah yang berbeda. Diskusi seperti mendorong kelemahan, mendorong pembicaraan, dan mendorong perbedaan pun bermunculan. Fakta-fakta berikutnya menjadi bukti bahwa gaya hidup generasi muda lambat laun mulai terdampak.
Sebaliknya, fenomenanya juga membawa efek samping tentang kebingungan diri sendiri dan ketidakberdayaan. Semakin banyak anak muda sekarang yang kebanjiran “samudra ledakan informasi” yang luas serta bahaya dan mausuk ke arah gaya hidup yang buruk seperti menghasilkan uang cepat dengan penipuan atau memamerkan kekayaan keluarganya. Kejadian berikutnya tampaknya berbeda dengan niat awalnya.
Di era Internet, diskusi tentang selfie yang sempurna dan pekerjaan yang sukses sering bisa dilihat di mana-mana di media sosial. Ketika foto-foto yang menunjukkan tubuh atau penampilan yang sempurna terlihat di wawasan para remaja; ketika lulusan perguruan tinggi melihat bahwa teman-teman kelas mereka sudah memiliki pekerjaan yang patut ditiru, mereka mulai memikirkan gaya hidup yang diikuti sekarang dan mencoba mencari tempat yang berbeda: gaya hidup yang sukses dari orang lainnya membuat mereka untuk bekerja lebih keras dan mencoba untuk menjadikan diri sendiri lebih baik, semuanya memiliki kesempatan untuk memperbaiki kehidupannya melalui nilai-nilai cocok dari informasi Internet dan media sosial.
Namun kenyataannya tidak sempurna yang dibayangkan. Misalnya, dalam ingatan saya ada banyak “pemberi pengaruh“ yang sukses mendapat banyak perhatian dari Instagram tapi akhirnya menolak arti media sosial dan menutup akunnya. Semakin banyak pemuda-pemudi mengkritik budaya palsu generasi internet. Meski internet penuh dengan berbagai nilai dan opini, media sosial membatasi imajinasi masyarakat akan kesuksesan dan kecantikan. Sulit membayangkan kesuksesan di platform Internet adalah apa yang banyak pemuda-pemudi kejar ketika mereka masih di sekolah menengah.
Internet hanyalah sebuah hadiah gaib yang berorientasi pasar, dan semuanya di Internet menjadi komoditas yang dinilai dari jumlah “suka” atau tanggapan orang lain. Hal ini pada akhirnya menjadi pengejaran biasa-biasa saja dan tidak bisa membawa kebahagiaan yang nyata.
Terakhir tetapi tidak kalah penting, meskipun Internet gratis mungkin tidak memberikan kebahagiaan sejati bagi masyarakat, teknologi ini masih telah menciptakan kemungkinan tak terbatas untuk pengembangan diri dan imajinasi berbeda tentang masa depan. ( Konsep Internet bagai musuh dalam selimutnya. ) Saat ini, mustahil bagi kita untuk kembali ke era tanpa Internet. Namun, jika kita dapat mendeteksi dan lebih memahami terhadap tantangan psikologis generasi Internet, kita dapat menciptakan peluang Internet yang lebih baik!
[National Chengchi University, Wu Yu Han]
source photo : Media.id